Dua Kali Ramadan di Jerman, Ternyata Ini Persamaan dan Bedanya
Halo sobat Suratdunia, selama beberapa bulan ini saya sibuk dengan kerjaan yang nanti saya akan bagikan ceritanya di episode lain. Ditunggu ya hehehe. Namun sebelum Ramadan usai, saya mau berbagi sedikit cerita pengalaman menjalani puasa di negeri orang. Saya mendaratkan diriakhir bulan di Jerman bulan November 2021, sehingga saya beribadah puasa pertama kali di Frankfurt di bulan April 2022. Sementara di tahun 2023 ini jadi Ramadan kedua saya.
Tahun lalu suasana masih terasa pandemi banget, alias masih menggunakan masker. Di samping itu, banyak banget penyesuaian yang harus saya lakukan. Sementara kalau kegiatan umumnya masih sama. Seperti sahur sederhana yang benar-benar hanya air putih dan kurma, setelah itu tidur lagi. Sementara itu untuk kegiatan di siang hari, masih kuliah hybrid yakni online dan offline di tahun lalu dan tahun ini semua tatap muka. Makanya, kadang ngabuburitnya di kampus atau perpustakaan.
Lalu, baik di 2022 dan 2023 saya masih mengisi waktu dengan jadi babysitter di akhir pekan. Masih sama pula, kegiatan buka puasa bersama di Masjid komunitas Indonesia di Frankfurt. Momen buka puasa bareng komunitas Indonesia itu berasa di Tanah Air. Cuma bedanya tidak ada berburu takjil saat nunggu bedug Maghrib hihihi.
Sajian yang disediakan juga kuliner Indonesia dengan bahan-bahan yang ada di supermarket lokal, tetapi pas udah jadi sih rasanya mirip-mirip. Di samping itu juga silaturahminya yang beneran berasa bareng ibu-ibu dan bapak-bapak kompleks, seru!Masih soal buka puasa, di tahun 2022 lalu ada teman nonmuslim yang berbaik hati bikin acara bukber. Lucunya, mereka yang tidak berpuasa malah lebih semangat buat berkontribusi. Sementara di tahun ini pastinya masak bareng teman-teman Indonesia dan ada teman orang Jerman yang ikutan puasa, tapi katanya sih dia nggak kuat kalo harus nahan minum dan banyak lagi cerita yang tidak bakal terlupakan di bulan Ramadan, salah satunya adalah ulang tahun saya 26 Maret lalu hehe.
Perjuangan di bulan Ramadan tahun ini menurut saya diwarnai juga dengan adanya sejumlah aksi mogok kendaraan umum seperti kereta biasa, bawah tanah dan tram. Hal ini bikin ribet. Pasalnya, kami harus bergantung dengan bus yang datangnya tidak terprediksi. Cuaca di bulan April di Jerman juga kurang stabil. Biasanya musim semi adem dan penuh sinar matahari, kali ini terkadang hujan dan angin wara-wiri. Jaket winter masih jadi teman sejati. Padahal tahun lalu saya sudah pakai jaket tipis huhuhu..
Namun yang pasti, tahun ini maupun sebelumnya Ramadan tidak ditemani keluarga tercinta. Suara azan Magrib yang jadi the most wanted juga kurang kedengaran. Akan tetapi Ramadan menurut saya adalah momen kontemplasi dan perbaikan diri. Insha Allah semuanya jadi lebih baik, Aamin.