Umat Hindu Bali Laksanakan Ritual Hari Kuningan Di Denmark
Hari Raya Kuningan merupakan akhir dari rangkaian Hari Raya Galungan yang merupakan kemenangan atas Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kebatilan).
Kuningan sendiri bermakna lebih kepada pengendalian dan intropeksi diri. Menurut ajaran Hindu Bali, Hari Kuningan adalah saat kembalinya para Hyang ke Kahyangan setelah berstana di bumi untuk memberikan aura suci sejak lima hari sebelum Hari Raya Galungan.
Ritual persembahyangan dilakukan dengan khidmat untuk menghantarkan para Hyang ke Kahyangan melalui Puja Bhakti dan dilakukan pagi hari sebagai waktu terbaik untuk menguatkan kebijaksanaan sebelum pukul 12 siang. Persembahyangan dipimpin oleh I Gede Widana, seorang tokoh masyarakat Hindu Bali di Denmark.
”Merayakan Galungan dan Kuningan di Denmark sangat unik karena tidak hanya diikuti oleh masyarakat Bali yang tinggal di Denmark, tetapi juga oleh warga Denmark yang merupakan friends of Indonesia. Acara ini kami tunggu-tunggu untuk melepaskan kerinduan akan kampung halaman karena walaupun tidak seramai di Bali, namun suasananya mirip seperti di Bali,” ujar I Gede Widana yang sudah menetap di Denmark selama 20 tahun.
Sebelum persembahyangan dimulai, para ibu melakukan Tari Rejang Renteng yang merupakan tarian sakral dan memberikan makna kepada semua orang yang ada di bumi untuk melepaskan ego pribadi. Galungan dan Kuningan adalah rangkaian hari raya besar umat Hindu Bali yang jatuh setiap 210 hari sekali menurut kalender Bali. Menurutnya I Gede Widana, terdapat sekitar 60 keluarga dari Bali atau berketurunan Bali yang tinggal di Denmark.
Sebagian besar dari mereka tergabung dalam perkumpulan masyarakat Bali di Denmark, Krama Bali Denmark, yang baru didirikan satu tahun yang lalu. Dengan didirikan Krama Bali Denmark diharapkan akan semakin memperkuat silaturahim masyarakat Bali yang tinggal di Denmark.