“Night at the Museum” bersama Gamelan di Moskow
Menariknya lagi, pengunjung diundang untuk menyaksikan pertunjukan gamelan selama 1 jam penuh yang dimulai tepat pukul 21.00 waktu Moskow atau pukul 1 dini hari Waktu Indonesia Barat.
Cuaca dingin Moskow yang mendekati 0 derajat Celsius diiringi hujan rintik di saat menjelang waktu tidur tidak menghalangi warga Rusia datang ke museum untuk menyaksikan Gamelan. Ruang pertunjukan yang berkapasitas 110 tempat duduk pun penuh oleh pengunjung yang sangat antusias. Para pengunjung tidak hanya datang dari kalangan orang tua, melainkan juga dari kelompok remaja, bahkan anak-anak.
Pertunjukan dipersembahkan oleh Tim Kesenian Gamelan Dadali binaan KBRI Moskow. Sentuhan tangan-tangan lembut nan terampil para penabuh gamelan menghantarkan suatu alunan simfoni orkestra yang semakin menguatkan nuansa “Night at the Museum” karena mampu menggetarkan perasaan dan dinikmati para pengunjung.
KBRI Moskow bekerja sama dengan The State Museum of Oriental Art menyelenggarakan “Malam Hari di Museum bersama Gamelan” di salah satu museum bergengsi dan bersejarah tersebut, Minggu (3/11/2019). Ini adalah salah satu museum tertua di Rusia yang didirikan tahun 1918.
Semua penabuh gamelan, termasuk sinden, adalah warga Rusia yang sangat mencintai budaya Indonesia. Mereka adalah Anna Dyurina (saron), Anton Pinchuk (saron), Ekaterima Kamilova (bonang penerus), Ekaterina Mednikova (kenong), Elizaveta Moskvina (demung), Nikita Serdyuk (gong), Larisa Lazareva (peking), Yulia Ryzhaya (bonang barung), dan Ekaterina Makanina (bonang barung).
Mereka piawai memainkan tidak hanya satu alat musik gamelan, tetapi yang lainnya. Mereka dapat memainkan alat musik secara bergantian atau berputar, sehingga suatu alat musik, khususnya alat musik kunci tidak tergantung pada seseorang tertentu saja.
Ekaterina Makanina, misalnya sangat piawai memainkan kendang dan bonang barung. Yulia Ryzhaya tidak hanya cekatan dalam memainkan bonang barung, tetapi juga sebagai sinden dengan alunan suaranya yang merdu. Di antara pemain, hanya seorang berkewarganegaraan Indonesia, yaitu Tri Koyo, lulusan ISI Yogyakarta yang merupakan pelatih gamelan tersebut yang memainkan kendang.
Nomor-nomor yang dipentaskan seperti lancaran Singa Merah, Ladrang Sigra Mangsah dan Pangkur-Playon Sanga, Slendang Biru, Waru Doyong, Lancaran Bendrong dan Grodril, dan Ayak Ayak Talu.
Wakil Pertama Direktur Jenderal The State Museum of Oriental Art, Tatyana Metaksa, mengatakan museum memiliki hubungan yang erat dengan KBRI Moskow dan sering menyelenggaakan berbagai kegiatan, seperti pameran foto Indonesia pada musim panas lalu, dan pertunjukan gamelan kali ini.
“Kita telah mendengarkan konser gamelan yang sangat menarik dan luar biasa. Terima kasih banyak kepada KBRI Moskow dan tim kesenian yang telah mempersembahkan seni budaya yang indah di museum ini,” kata Tatyana Metaksa.
Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi, sangat terkesan dan mengapresasi antusiasme yang sangat tinggi warga Rusia terhadap budaya Indonesia.
“Di Rusia sedang libur panjang saat ini sejak Sabtu hingga Senin, pertunjukan diselenggarakan malam hari, cuaca dingin dan hujan. Tapi kita lihat warga Rusia datang berduyun-duyun ke museum dan menyaksikan gamelan,” ujar Dubes Wahid.
Dubes Wahid mengemukakan bahwa warga Rusia menjunjung tinggi seni budaya dan juga menyukai budaya oriental, termasuk Indonesia. Kerja sama kebudayaan Indonesia dengan Rusia, seperti melalui penyelenggaraan berbagai pertunjukan, antara lain gamelan, tidak hanya untuk lebih memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Rusia, tetapi juga lebih mempererat hubungan kedua bangsa.
Pada ajang Festival Indonesia awal Agustus lalu Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyerahkan becak dan sepeda antik kepada The State Museum of Oriental Art, sehingga memperkaya koleksi benda-benda seni budaya dari Indonesia.
KBRI Moskow