Komunitas Pencinta Batik Adakan Workshop Perluas Pengenalan Batik di Prancis
Siapakah yang tak kenal batik? Batik sebagai salah satu produk budaya Indonesia, telah dikenal sampai lepas batas negara. Masyarakat kita mengenakan batik dalam berbagai kesempatan, dari busana sehari-hari sampai acara resmi, dari upacara nujuh bulanan calon ibu sampai acara perkawinan, dari mbok-mbok penjual sayuran di pasar Bringharjo, pejabat tinggi sampai artis kelas dunia kita seperti Anggun C. Sasmi dan Agnes Monica. Warga Indonesia segala usia suka berbatik dan bahkan bangga berbatik.
Karena itulah batik kebanggan kita ini haruslah tetap kita jaga, perkenalkan dan promosikan sampai ke seantero dunia.
Tanggal 2 Oktober 2009 UNESCO telah menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non Bendawi sehingga Pemerintah RI menetapkan tanggal tersebut sebagai Hari Batik Nasional.
Beberapa diaspora Indonesia yang bermukim di wilayah Prancis Selatan yang sama-sama mencintai batik menginisiasi pembentukan sebuah komunitas yang dinamakan “Batik en Provence”. Komunitas ini mempunyai misi luhur memperkenalkan batik sekaligus membuat orang lebih mencintai batik.
Komunitas ini dipimpin oleh Marianne Gunanto, warga Prancis yang bersuamikan seorang WNI, Budi Gunanto keduanya pemilik ‘Toko Ada’ di La Garde yang menjual batik dan kerajinannya. Komunitas yang saat ini beranggotakan 8 orang dari berbagai kota di Prancis Selatan diorganisir oleh Esti Georges, pelukis dan pencinta batik
Sebagai langkah awal bersama dengan DWP KJRI Marseille, komunitas menyelenggarakan “Atelier de Batik” pada tgl 8 Oktober dengan workshop membatik, pameran kain batik koleksi pribadi anggota dan demo membatik oleh Ninik Wiratno. Stand mini penjualan batik oleh Toko Ada, serta peragaan busana, tari dan musik juga menjadi bagian kemeriahan acara ini.
Pemilihan momen bulan Oktober dimaksudkan agar spirit peringatan Hari Batik Nasional dapat semakin dihayati. Program yang didukung penuh oleh KJRI Marseille menghadirkan 20 orang peserta workshop yang antusias, terdiri dari warga Prancis dan warga asing lainnya (Jepang, Kolombia, Madagaskar) dan tentu saja para diaspora Indonesia yang bermukim di Prancis.
Konjen RI Marseille Arief Basalamah dalam sambutannya memberikan apresiasi atas inisiatif dibentuknya komunitas ini dan berharap agar komunitas dapat terus memperkenalkan dan meningkatkan kecintaan batik khususnya di Prancis Selatan.
Pengenalan batik lebih dalam diperkenalkan Esti Georges dengan paparan ihwal batik, dilanjutkan Cira Bhang, pelukis Indonesia yang karyanya telah dipamerkan diberbagai negara. Dengan latar belakang dosen dan pernah mengajar batik, Cira menjelaskan teknik dasar membatik seperti menentukan suhu malam/lilin yang sesuai, membuat garis/titik, cara memegang canting dan lainnya kepada peserta. Dengan arahan Cira, para peserta mempraktekkan torehan malam/lilinnya pada sehelai kain yang sudah bergambarkan motif batik.
Banyak para peserta baru mengetahui proses membatik, bahkan baru pertama kali melihat canting dan malam. Workshop ini juga dibantu oleh beberapa diaspora Indonesia lainnya yaitu Dara Arief, Hani Bawono, Jane Couilleret Borman, Ninik Wiratno, Irma Kartika, dan Leni Astuty
Batik Indonesia is the Best !
Batik sudah go Internasional tapi nasib para pembatik masih saja menyedihkan.
Acungan jempol untuk para diaspora Indonesia yang bermukim di Perancis Selatan, yang telah membentuk Komunitas Pecinta Batik dan mengadakan acara workshop ini. Salam dari Yogyakarta untuk Ninik Wiratno Taurand.
Acungan jempol untuk diaspora Indonesia di Perancis Selatan yang telah membentuk Komunitas Pecinta Batik dan mengadakan workshop ini. Ternyata teman saya, Ninik Wiratno Taurand, adalah penggiat batik di Perancis. Salam sehat selalu untuk beliau.