Kemeriahan Perayaan Idul Fitri 1444 H di Barcelona
Pelaksanaan salat idul Fitri 1444 H di Parque de Clot tahun ini adalah ketiga kalinya bagi kami di Barcelona. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, perayaan Idul Fitri kali ini lebih semarak karena peraturan batasan-batasan aktivitas mengenai COVID sudah secara penuh dicabut akhir bulan Februari. Kamis siang, saya mendapatkan informasi dari teman jamaah masjid Clot, atau yang juga disebut Center Cultural Islamic Catala, mengenai jadwal sholat Ied yang akan digelar hari Jumat 21 April 2023. Bersamaan dengan pesan yang dia kirim, ada sebuah flayer yang bertuliskan, Celebramos Eid Al Fitr después Salat Eid atau bersama-sama merayakan idul fitri sesudah salat Ied.
Kami sudah sampai sekitar pukul 7.30 ketika jamaah belum banyak yang datang. Hiasan balon warna putih sudah terpasan di kanan kiri lapangan, sebuah tulisan Eid Mubarak digantung disisi depan, meja-meja stand mulai disiapkan di sisi-sisi lapangan. Salat Ied dijadwalkan pukul 8.15 dan dilaksanakan satu kali saja, hal ini berbeda dengan dua tahun lalu yang pelaksananya dua kali karena jarak antar jamaah masih harus diterapkan. Diluar prediksi saya, tahun ini jamaah sangat membludak, sehingga jamaah putri diminta terus bergeser ke belakang agar jamaah putra bisa tertampung di lapangan. Karena diminta bergeser, maka kami jamaah saling berinteraksi untuk mengurutkan sof salat, duduk di sebelah saya sederetan jamah dari Afrika dengan pakaian tradisional dari kain warna-warna mencolok. Akhirnya kami mengobrol dengan seorang wanita yang dari tadi tidak melepaskan jari-jarinya dari tasbih yang digenggamnya. Kami mengobrol sebentar untuk berkenalan dan saling mengetahui negara masing-masing, ternyata sudah sembilan tahun mereka berdomisili di Barcelona.
Rangkaian ceramah sebelum pelaksanan salat mulai dilakukan, kami mencoba mendengarkan, namun ada yang membedakan dengan tahun lalu, tahun ini ada ceramah dengan Bahasa Urdu oleh seorang pria berpakaian khas Pakistan dan dilanjutkan ceramah oleh perwakilan dari muslim Maroko dengan Bahasa Arab bercampur Spanyol. Bahasa Urdu adalah bahsa resmi Pakistan, karena saya tidak bisa Bahasa Urdu maka saya tidak memahami apa yang disampaikan. Sekitar pukul 8.30 salat dimulai yang dipimpin langsung oleh imam masjid Clot yang juga akan bertindak sebagai Khatib. Karena saya kebetulan sedang berhalangan, maka saya hanya duduk dan sesekali mengambill foto ketika jamaah rukuk. Sebuah pemandangan yang indah ketika seluruh umat bersujud sebagai wujud ketundukan, pengagungan, kekhusyukan, dan penghinaan diri dari setiap jiwa terhadap dzat yang patut disembah yaitu, Allah yang satu. Semua jamaah mencoba memantaskan diri di hari nan suci ini untuk meminta ampunan dari dzat dimana semua jiwa ada digenggamanNya.
Selesai salat, Sebagian besar jamaah sudah bergegas meninggalkan area salat, karena di negara yang Islam menjadi minoritas seperti ini, tidak ada libur diterapkan. Jam kerja dan sekolah berjalan seperti biasa. Para pekerja yang mengikuti salat kemungkinan mengajukan ijin agar bisa melaksanakan salat di pagi hari, seperti juga anak saya. Paginya saya sudah mengirimkan email ke wali kelas masing-masing, untuk memintakan ijin bahwa sehari penuh tidak masuk karena kami sebagai muslim merayakan Islamic festive day atau Eid al Fitr, begitu singatnya dari email saya. Alhamdulillah, selama ini tidak ada masalah dengan ijin tersebut.
Bersyukur sekali, walaupun tidak membuat janjian sebelumnya kami dipertemukan dengan banyak teman dari Indonesia di Barcelona, sehingga kami bisa melakukan foto bersama dan membuat video ucapan selamat idul fitri. Sesudah selesai bermaaf-maafan dengan teman-teman, kami berkeliling lapangan untuk melihat aktivitas yang ada. Stand kurma, makanan ringan, permen dan hena yang disiapkan oleh muda-mudi yang sebagian besar adalah takmir masjid, pembina dan anak-anak pramuka muslim sudah dipenuhi pengunjung. Kami saling menyapa dengan jamaah yang sering kami temui di masjid Clot ketika mengantar anak pramuka.
Fotografer muda berkeliling mengambil momen-momen terbaik dari setiap jamaah. Sesi yang paling ditunggu-tunggu adalah sesi door prize, anak-anak membawa nomer dengan harap -harap cemas, namun gembira. Tak banyak yang menunggu door prize, hanya tersisa sekitar 40 orang saja dari sekitar empat ratus nomer yang dibagikan. Panitia yang membacakanya pun sampai berganti tiga kali, karena banyaknya nomer yang diambil namun ternyata tidak ada yang memiliki. Alhamdulillah, satu dari tiga nomer yang kami miliki terbaca, dan kami di minta ke depan.
Girangnya anak saya ketika diminta memilih satu regalo atau hadiah, sebuah kotak pink paling besar yang dipilih. Walaupun kami sudah mendapatkan hadiah, namun kami masih meunggu sampai acara pembagian hadiah selesai, agar bisa menikmati suasana meriah lebaran sebagai pengganti rasa rindu dengan kampung halaman. Satu persatu hadiah telah didistribusikan, dan setiap jamaah bergembira. Sesudah berpamitan dengan seorang teman Maroko, kami pulang untuk membeli roti di daerah Raval yang banyak menyajikan makanan halal.