“Trip to France” Berburu Harta Karun di Montpellier
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika kita berkunjung ke Prancis. Kuliner, romansa, mengunjungi situs bersejarah, dan mendengarkan alunan musiknya. Tapi bagi banyak orang Prancis mendatangi pasar loak atau ke tempat charité, yaitu sebuah tempat bagi mereka yang ingin menyumbangkan barang yang sudah tidak digunakan lalu dijual kembali untuk solidaritas kemanusiaan.
Hal itu telah kami buktikan saat bersama sahabat saya Nani, berkunjung ke kota Montpellier yang berada di daerah selatan Prancis. Pada kunjungan hari ke empat di Montpellier dimana kami menginap di rumah keluarga sahabat saya Dini Kusmana Massabuau, kami sempat berburu harta karun di tiga tempat berbeda namun memiliki kesamaan yaitu barang bekas.
Dini dan suami ternyata sangat menyukai pasar loak bahkan hobi mereka berburu barang-barang bekas dan antik. Ini bisa dilihat dari isi rumah dan perabotan makan mereka yang merupakan hasil buruan dari pasar loak.
Beberapa penelitian ilmiah telah mempelajari kebiasaan berbelanja masyarakat dengan sistim seperti ini. Kelompok ilmuwan ini melihat perputaran kelebihan stok rumah tangga sebagai hal yang penting karena mencegah biaya limbah pembuangan, dan juga menghasilkan komunitas kecil di mana berhemat dan berwirausaha tumbuh subur.
Tiga tempat yang kami datangi selamat liburan di Montpellier adalah, marché aux puces di Palavas, Emmaüs Montpellier dan terakhir pasar antik Montpellier atau dikenal dengan nama Les Dimanches du Peyrou.
Sabtu pagi dengan diantar Kang Dadang demikian Dini memanggil nama sang suami tercinta David – pria Perancis yang mengantarkan kami ke Car Boot Sale demikian biasa orang Inggris menyebut pasar loak. Car boot populer di Inggris, yang sering disebut sebagai ‘sepatu bot mobil’. Dalam bahasa Perancis disebut dengan marché aux puces atau vide-grenier. Marché aux puces merupakan perorangan berkumpul untuk menjual.
Istilah “penjualan bagasi mobil” mengacu pada penjualan barang-barang dari bagasi mobil. Meski sebagian kecil penjualnya adalah pedagang profesional yang menjual barang, atau memang sedang mencari-cari barang yang ingin dibeli, namun sebagian besar barang yang dijual adalah barang bekas milik pribadi. Penjualan car boot di bagasi mobil adalah cara menarik sekelompok besar orang di satu tempat untuk mendaur ulang barang-barang rumah tangga yang berguna namun tidak diinginkan yang mungkin sudah dibuang.
Pasar loak pertama yang kami kunjungi bernama “marché aux puces de Palavas” yang berada di daerah pantai, kita Palavas hanya 10km dari rumah Dini. Pasar loak ini diadakan setiap sabtu pagi dari jam enam pagi hingga pukul satu siang. Layaknya seperti car boot sale di Inggris para pedagang pasar loak kagetan ini membawa barang dagangan dengan mobil yang di parkir di tengah lapangan luas. Barang-barang yang dijual ditata di depan mobil mulai dari buku-buku, baju dan pernak pernik alat rumah tangga sampai mainan anak-anak. Ada istilah Inggris “you name It,” pokoknya semua ada kecuali makanan tentunya.
Biasanya para pedagang di pasar loak ini bukanlah berprofesi sebagai pedagang meskipun ada satu dua tapi umumnya warga Perancis yang mempunyai barang-barang yang sudah tidak dipakai lagi dan mungkin ada orang lain yang membutuhkannya. Selain itu juga harganya murah meriah dan kadang bisa ditawar.
Dini mendapatkan bros cantik dengan harga murah begitupun saya mendapatkan buku dan gelang yang lucu sementara Nani mendapatkan tas dengan merek terkenal Kami menyusuri para pedagang kagetan ini, walaupun banyak barang menarik tentunya tidak bisa kami beli semua meskipun murah meriah. Sebelum jam satu siang para penjual kembali memasukan barang-barangnya kedalam bagasi mobil dan kembali membawa pulang.
Sore harinya kami berburu harta karun di Emmaüs. Emmaüs didirikan oleh Abbé Pierre pada tahun 1949. Gerakan Emmaüs saat ini mewakili jaringan struktur yang melakukan intervensi di bidang aksi sosial, integrasi, akomodasi dan perumahan. Jauh dari skema amal dan bantuan tradisional, model Emmaüs mengajak orang-orang yang berada dalam situasi sangat rentan untuk menjadi penghubung dalam solidaritas, beralih dari status “penolong” menjadi “pengasuh”.
Penjualan barang bekas sebelumnya dipilih terlebih dahulu, dibersihkan, bila ada kerusakan sebisa mungkin diperbaiki. Penjualan kembali barang tersebut menghasilkan sumber daya yang diperlukan bagi kehidupan sosial para pekerjanya.
Pengalaman berbelanja yang luar biasa. Area tersebut dibagi menjadi beberapa kategori berbeda – buku, furnitur, mainan, barang pecah belah, elektronik, dan sebagainya. Ini cukup terorganisasi dengan baik dan memiliki sistem pembayaran yang baik juga. Staf ramah dan harga sangat terjangkau! Tempatnya besar, beberapa barangnya agak lusuh tapi tawarannya bagus, dan selalu bagus untuk digunakan kembali, bukan hanya membeli yang baru. Di sana terdapat hanggar yang berbeda: furnitur, barang pecah belah, buku, pakaian, mainan, bahkan pintu dan jendela.
Abbé Pierre menghabiskan hidupnya dengan bekerja untuk memulihkan martabat dan antusiasme semua orang yang masih hidup. “Amal sejati terdiri dari tindakan melawan ketidakadilan” Henri Grouès, yang dikenal sebagai Abbé Pierre Castor yang meditatif Lahir pada tahun 1912 di Lyon, Henri Grouès mengabdikan hidupnya untuk membantu dan mencintai perjuangan untuk keadilan. Seluruh barang yang dijual memang tidak semua nya antik tapi harganya itu beda dengan dua car boot yang kami datangin sebelumnya.
Pasar loak yang ketiga yang kami datangin adalah les Dimanche du Peyrou (Pasar loak dan antik Montpellier) yang cukup dikenal yang dibuka mulai pukul 7.30 sampai jam dua siang. Pasar antik di kota Montpellier ini berada di kawasan turistik. Sebuah tempat wisata merupakan peninggalan bersejarah karena berada di kawasan “Promenade du Peyrou, juga disebut “Place Royale du Peyrou”. Sebuah lapangan terbuka seluas 4,59ha yang terletak di sebelah barat distrik Écusson di kota Montpellier (Hérault), Lapangan ini dikelilingi oleh tembok raksasa, diklasifikasikan sebagai monumen bersejarah.
Pasar antik yang satu ini memang spesial karena lebih condong untuk mereka pencari benda-benda kuno. Orang yang datang juga terlihat lebih chic! Kebanyakan barang yang ditawarkan di Promenade du Peyrou ini mencari kado atau dekorasi antik. Tak heran harga yang ditawarkan kadang lebih tinggi dibandingkan pasar loak biasa.
Tapi jangan putus asa, bila kita telaten dan sabar, bisa menemukan mulai dari baju, perhiasan, tas hingga dekorasi antik dengan harga terjangkau. Dini sekali lagi membeli sebuah bros, dia rupanya penggemar berat bros antik, dan cocok dipakai olehnya. Saya dan Nani, malah di pasar antik ini lebih beruntung mendapatkan banyak barang yang kemarin sabtu tidak didapat. Nani terlihat sumringah karena semua yang ia inginkan pada minggu itu bisa dibelinya dengan harga cocok.
Berikut panduan ke pasar loak di dan sekitar Montpellier. Seperti umumnya keluarga di Eropa pada Sabtu dan Minggu pagi bila tidak ada kegiatan ya pergi nya ke pasar loak, tidak heran jika pasar seperti ini tumbuh subur dimana mana khususnya di daerah pedesaan.
Tentu saja kota Montpellier juga sangat asik untuk didatangi selain berburu Harta karun di pasar loak. Jalan-jalan di ‘lta pelajar ini sangat menyenangkan.
Merci ya Dini telah memperlihatkan kepada kami sisi lain dari Perancis. Dini dan kami memang sedikit beda dengan orang Indonesia lainnya yang lebih akrab dengan mall atau outlet barang bermerek. Kami lebih suka berburu seperti ini karena ada kepuasan tersendiri bila mendapatkan barang bagus, murah dan mungkin usianya juga tua, ya namanya pasar loak…
Keren banget! Benar, biasanya kalau cerita soal liburan atau perjalanan di Eropa kalau bukan tempat wisata, belanja barang bermerek di outlet2. Perlu dicoba nih gaya liburan seperti ini pasti lebih berkesan.
Dini di sini yang pegang surat dunia ya? Dulu menulis untuk kompas.com rubrik surat dari Prancis kan ya? Kangen juga dengan tulisan2nya.