Refleksi Mahasiswa Indonesia di Jerman: Bisa Jalan-jalan ke Berbagai Tempat, Terima Kasih 2024

Hallo Sobat Surat Dunia, tidak terasa ya, sebentar lagi tahun masehi berganti, dari 2024 menjadi 2025. Sepanjang tahun ini pasti banyak cerita berbeda dalam diri kita. Nah jelang tutup tahun, saya mau sedikit merefleksikan hal-hal yang bisa jadi pengalaman berharga.

Banyak peristiwa yang bisa diambil hikmahnya dan bisa jadi titik balik ke arah yang lebih baik, apalagi usia jelas Insha Allah akan bertambah. Awal tahun 2024 ini saya habiskan di Lisbon Portugal. Pertama kalinya ke negeri tempat Cristiano Ronaldo berasal. Impresi saya, so far kota ini menyenangkan karena cuacanya lebih baik dari Jerman. Kemudian, untuk kuliner ada Pastel de Nata yang merupakan kue khasnya.

Tahun baru 2024 di Lisbon Portugal

Saya bukan pecinta makanan manis, tetapi ini enaaaak! Kulit krispi mirip croissant berpadu manisnya perpaduan kuning telur, gula dan krim yang jadi isian tengah, terasa pas dan nikmat.

Traveling ke sejumlah tempat baru juga jadi highlight saya di tahun yang disebut Naga Kayu ini. Alhamdulillah, bisa menjejakkan kaki di sejumlah kota besar di Eropa selain Lisbon.

Di bulan Maret, saya traveling ke Milan Italia, mendatangi San Siro yang pernah saya idolai di waktu SMA. Sayang banget saya gak sempat masuk museumnya karena mahal, 30 euro atau lebih dari Rp500.000. Namun saya sempat beli kaos memorabilia saat Milan juara Champions League tahun 2003 silam.

Bergaya di lokasi mainstream, Duomo Italia
Di depan San Siro Milan

Kemudian di bulan Mei, saya berkesempatan ke Tenerife Spanyol yang merupakan bagian dari kepulauan Canary. Isinya, yaaa banyak pantai dan ada gunung. Di sana juga ada pohon pisang. Para bule ini bahkan foto-foto dengan hepinya dengan background pohon pisang. Sementara bagi saya, “Ya Allah ini mah di Indonesia banyak pisan hihhi”. Oiya saya sempat praktekin kemampuan (pas-pasan) saya berbahasa Spanyol. Lumayanlah, buat pesen kopi dan kue hehe.

Pohon pisang di Tenerife Spanyol

Lalu, di bulan Agustus saya ke Brussels. Belgia. Kota ini mirip Paris karena banyak orang berbahasa Prancis, di berbagai sudut agak bau pesing dan lumayan warna-warni karena imigran. Tetapi, dari kunjungan ke Brussels, saya malah hepi saat ke kota sekitar, seperti Ghent dan Louvain La Neuve. Di kawasan yang terakhir saya sebut, berdiri ada Herge Museum alias Museum Tintin. Saya yang bukan penggemar , jadi lumayan kesengsem. Lantas, satu buah komik bergambar pun saya jadikan oleh-oleh saat pulang ke Frankfurt.

Di depan Manneken Pis yang rame banget

Di bulan Septembernya tiba-tiba dapat kesempatan ke Bali gara-gara rapat PPLN sedunia. Meski cuma lima hari, cukup senang karena menghirup udara Tanah Air.

Mampir Bali gara-gara tugas 5 hari
Foto bareng PPLN Dunia di Bali

Nah, ngomongin PPLN, Alhamdulillah tahun 2024 ini juga berlangsung pemilihan umum Indonesia saat Februari. Kegiatan tersebut berjalan cukup lancar. Lalu, bulan November saya kembali ke Indonesia, tapi transit di Abu Dhabi dan sempat ke Singapura sebelum lanjut ke Krabi dan Bangkok Thailand.

Makan udon pakai es di Singapura
Berfoto bersama pemilik tempat pijat di Pantai Krabi

Saya terakhir kali ke Thailand itu 8 tahun lalu dan saya bisa lihat wisata di Negeri Gajah Putih ini lebih maju dari negeri kita. Tingkat keamanan cukup memadai dan sejauh ini harga untuk turis dan lokal tidak dibedakan. Kuliner di tempat wisata juga gak overrated harganya plus rasanya juga cukup seragam.

Menikmati Tomyum di warung lokal Thailand

Menurut catatan Seasia Stats, di tahun 2023 ada 28,15 juta turis mengunjungi Thailand. Disusul Malaysia dengan 20,14 juta. Sementara Indonesia mendapatkan 11,68 juta wisatawan mancanegara. Angka ini di bawah Vietnam yang didatangi lebih dari 12,6 juta. Hmmm…Meski jauh dari kampung halaman, tentunya saya berharap banyak dengan Indonesia, salah satunya soal pariwisata.

Bali masih jadi top of mind para wisatawan asing, padahal negeri kita tuh cantik, sayangnya yang terkenal belum banyak. Kebijakan yang sering berubah dan isu keamanan juga jadi hal yang bikin turis mancanegara maju mundur. Belum lagi mental oknum yang kadang menganggap orang asing itu kaya dan bisa diperas. Ah sudahlah.. Pokoknya kita doakan yang terbaik untuk bangsa Indonesia. Di tahun depan, pelan-pelan lebih baik. Aamin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *