Gamelan – Perigi Mimpi Tak Habis
Penulis: Dr. Victor A. Pogadaev
Pada tanggal 7 November baru lalu, dalam rangka Hari Wayang Internasional, sebuah tontonan unik berlangsung di aula konser Perpustakaan Sastra Asing Seluruh Rusia di Moskow yaitu pagelaran gamelan Jawa “Dedalu” dan pertunjukan wayang kulit.
Keunikan pertunjukan tersebut adalah seluruh penabuh gamelan adalah orang Rusia, peserta sekolah gamelan KBRI Rusia yang sejak tahun 2017 dipimpin oleh pegawai KBRI, Bapak Tri Koyo, yang tampil pada pertunjukan tersebut juga sebagai dalang.
Tri Koyo merupakan lulusan Universitas Kebudayaan dan Seni Yogyakarta. Beliau adalah seorang ahli alat musik gamelan, pengikut aliran klasik, mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang teori musik gamelan, dan merupakan seorang komposer. Selain itu beliau menguasai teknik dalang teater wayang kulit.
Pertunjukan sering kali dipentaskan berdasarkan epos India kuno, Mahabharata dan Ramayana, tetapi dengan nuansa lokal. Kali ini Tri Koyo membawakan salah satu cerita kecil namun penting dari Mahabharata, yaitu berkisah tentang raja raksasa haus darah Prabu Boko yang kebiasaannya memakan manusia meresahkan penduduk desa sekitar. Pementasan cerita itu diiringi musik gamelan.
Aulanya dipenuhi penonton, jarang sekali warga Moskow berkesempatan menonton wayang dan mendengarkan bunyi gamelan yang memesona. Dan tentu saja penampilan tersebut disambut dengan tepuk tangan yang gemuruh. Sejumlah penonton bahkan meneriakkan “Mantap” dalam bahasa Indonesia. Mereka adalah mahasiswa Indonesia yang belajar di beberapa perguruan tinggi di Moskow, dan mahasiswa Rusia yang belajar bahasa Indonesia di sini, termasuk Diplomasi Diplomatik dan Institut Negeri-Negeri Timur.
Dan saya teringat, akhir tahun 1990-an saya juga ikut dalam permainan gamelan dengan bermain gong. Di antara pesertanya saat itu adalah indonesianis ternama Rusia, antara lain Igor Kashmadze dan Elena Belkina. Bahkan kami pernah menyambut tamu pada resepsi HUT Kemerdekaan KBRI tahun 1999 dengan permainan gamelan.
Apa boleh dikatakan, gamelan selalu memberikan kesan yang besar pada para pendengarnya. Misalnya penyair Rusia Konstantin Balmont, yang pernah berkunjung ke Jawa pada tahun 1914, mengungkapkan kekagumannya dalam sebuah puisi indah, yang beliau sebut saja “Gamelan”.
Saya mencoba menerjemahkan puisi ini ke dalam bahasa Indonesia dan harap pembaca Indonesia akan menyukainya.
Gamelan - bak laut - tak berujung,
Gamelan - bak bayu - tak habis.
Meronggenglah gadis Jawa ramping
Dengan wajah pucat dan manis.
Lemah lunglai tiada tara lagi,
Harumnya rempah bibir anggerik,
Halusnya seroja embun pagi
Yang dibuka bagi berahi tak serik
Dalam tarian berulang – tangan
Merajat-rajut jaringan gerak,
Kunang-kunang riang beterbangan,
Gamelan buat jantung detak-detak
Di tempat seroja bergoyanganKunang-kunang sama bertunang
Berpisah, semula bersayangan -Terang-gelap-terang-gelap-terang.
Gugus bintang tuju tengah malam,
Tengah malam ada api di gunung.
Bunyi itu masakan menghilang?Tari dongeng buat aku tertegun.
Di balik gunung bersahut-sahut
Bunyi logam, tali yang tipis.
Gamelan - kental bagaikan maut Gamelan - perigi mimpi tak habis.(Dialih bahasakan dari Bahasa Rusia oleh Victor Pogadaev)