Film Indonesia di Fantasia Film Festival 2025 Montréal

Penulis: Yosef Yudharso

Setelah beberapa tahun absen, akhirnya film garapan sutradara Indonesia kembali digelar di Fantasia Film Festival yang berlangsung dari tanggal 16 Juli sampai 3 Agustus 2025 di kota Montréal, provinsi Québec di Kanada. Tahun ini ada tiga film yang ditampilkan: “The Verdict”, “Kitab Sijjin dan Illiyyin” dan film pendek “More Pain More Gain”, ketiga-tiganya diluncurkan bersamaan tahun ini juga dan diputar dalam versi Bahasa Indonesia dengan teks Bahasa Inggris.

“The Verdict” adalah film kolaborasi Korea Selatan – Indonesia karya Lee Chang-Hee dan Yusron Fuadi. Mengisahkan tuntutan keadilan seorang sekuriti Pengadilan Negeri kepada hakim atas sebuah kasus rekayasa yang telah menewaskan istrinya yang hamil tua. Film ini berhasil menggambarkan keresahan masyarakat atas carut-marutnya supremasi hukum di Nusantara dan bagaimana sosial media menjadi jalan keluar dari ketidakadilan tersebut. Tidak sulit bagi penonton mengambil jarak dengan film fiksi ini karena banyaknya pemutarbalikkan logika serta penutupan gambar-gambar rujukan, suatu cerminan kenyataan yang menarik diperhatikan. Hal ini justru menghibur para penonton Festival yang tertawa seru dan riuh bertepuk tangan menyaksikan permainan plot cerita yang menegangkan ini.

Sementara itu film horor “Kitab Sijjin dan Illiyyin” karya Hadrah Daeng Ratu mendapat sambutan tempuk tangan yang lebih meriah lagi di akhir pemutarannya di malam terakhir di bulan Juli kemarin. Film yang meraih penghargaan Kuda Hitam dari Fantasia Film Festival untuk kategori sutradara terbaik ini sempat menampilkan rekaman video ucapan terima kasih sang sutradara kepada penonton Festival persis sebelum film diputar. Menceritakan tentang balas dendam seseorang yang dikucilkan dan diperlakukan buruk oleh keluarganya sejak kecil, latar belakang budaya dan agama memberikan warna eksotis dalam film exsorsisme ini. Diawali dengan adegan mencabut beling kaca yang terinjak, penonton diingatkan bahwa film ini penuh dengan darah dan adegan-adegan menyeramkan lainnya, suatu hal yang diminati banyak penonton Festival ini. Walaupun pocong tidak membuat penonton Kanada merasa takut, tetapi efek kejut dan misteri berlatar musik yang mendukung kengerian berhasil memuaskan penonton hingga bertepuk tangan riuh. Hanya penonton Indonesia yang betul-betul merasakan bulu kuduk berdiri di malam Jumat itu.

Lain halnya dengan film pendek “More Pain More Gain” karya Yusgunawan Marto, film berdurasi 11 menit ini menceritakan bagaimana asupan minuman berprotein meningkatkan semangat dua penggiat pusat kebugaran Jati dan Abe untuk bersaing memperebutkan gengsi dan dukungan penggemar mereka. Film penuh cipratan darah dan cairan jingga kental yang dipromosikan oleh Joni Krakatau ini berhasil meraih perhatian penonton Festival yang bereaksi antara lain pada adegan Jati menjilat cairan di lantai dan adegan patah tulang. Ruang sinema di kampus Universitas Concordia sore itu penuh sesak dengan penonton yang juga menyaksikan film panjang berjudul “Holy Night: Demon Hunters” karya Lim Dae-hee dari Korea Selatan yang diputar kemudian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *