Kosmogoni Para Musafir Karya Maëva Le Roux Seniman Berdarah Indonesia Prancis di Pamerkan di Sebuah Kastil “Beauregard”, Prancis
Maëva Renée Putri Le Roux, wanita campuran, ayah Prancis dan ibu Bali. Maëva telah tinggal di dua belas negara dan mengunjungi ratusan kota. Kontras warna yang tinggi mencerminkan ketegangan di persimpangan dunia. Simbolisme mengungkapkan tema yang menyandingkan alam dan lingkungan budaya, tetapi juga spiritual dan ilmiah. Pencarian komposisi dan berita baru perspektif mengundang kita untuk mempertanyakan sudut pandang kita dan untuk tetap berpikiran terbuka. Karya seni wanita yang saat ini sedang dalam proses menyelesaikan gelar Master bidang Hubungan Internasional dan Diplomasi Budaya, yang berbasis di Berlin, di pamerkan di Le Château de Beauregard, mulai bulan Mei hingga Juli.
Surat Dunia (SD) : Bonjour Maëva, selamat untuk pamerannya.
Maëva : Merci, terimakasih, saya senang sekali karena ada media Indonesia yang tertarik dengan karya seni saya.
SD : Maëva, ceritakan apa yang membuat anda mulai melukis ?
Maëva : Ketika saya kecil, sahabat orang tua saya seorang arsitek menggambar sebuah kuda dan hal ini membuat saya terpesona melihat sesuatu yang begitu bagus dan seperti hidup dari situ saya mulai berpikir mungkin ada kekuatan yang bisa dikeluarkan dari sebuah gambar. Kemudian ketika kami sekeluarga hidup di Maroko, di sekolah saya ada kegiatan melukis dan itu awalnya saya mulai mengenal dasar melukis. Lalu kami pindah ke Venezuela pada usia saya di 12 tahun, di sana saya memiliki guru seni yang datang ke rumah, dialah yang memberikan banyak ilmu dan teori seni tidak hanya mengenai seni lukisan namun seni lainnya juga. Dari situlah di usia 17 tahun, seni menjadi salah satu bagian diri saya dan ketika kami tinggal di Bali, saya kembali memperdalam seni melukis cat minyak yaitu di Ubud selama sebulan dengan seorang guru seni, kemudian di SMA, seorang guru seni memberikan banyak dorongan bagi saya untuk lebih berkembang, mengenal ekspresi yang ingin saya tuangkan dalam lukisan saya.
SD : Siapa yang orang yang memberikan pengaruh terhadap seni lukis anda dan juga memberikan banyak masukan dalam karya anda ?
Maëva : Dua orang yang sangat berpengaruh dalam karya saya adalah guru seni saya di Ubud dan di SMA. Merekalah yang membuat saya untuk mencari tahu dan mengenal lebih banyak para seniman dari berbagai negara. Salvador Dali salah satu yang mempengaruhi seni saya, juga ada Frida Kahlo, Paul Gauguin dan Gustave Klimt. Tapi jujur saja menurut saya pribadi gaya seni melukis pada akhirnya adalah sebuah perkembangan atas perjalanan pribadi seseorang contohnya saya dalam melukis, ekspresi melukis saya bisa karena bertemu orang, travel dan lain sebagainya. Karena menurut saya walaupun kita diberi bakat melukis tanpa adanya pembelajaran maka bagi saya, seni lukis tidak akan berkembang, karenanya saya selalu belajar dan belajar…
SD : Teknik apa yang anda gunakan dalam melukis ?
Maëva : Saya banyak menggunakan cat air dan cat minyak tentunya, saya juga senang memadukan antara lukisan dengan tempelan gambar, atau kain, pinsil warna dan lainnya mungkin lebih kepada eksperimen. Saya juga saat ini banyak mencoba menggunakan berbagai materi untuk lukisan saya.
SD : Bagaimana anda menggambarkan karya seni anda ?
Maëva : Hemm menurut saya seni lukis figuratif, yaitu menggambarkan banyak wanita, bunga, pemandangan dimana obyek tersebut merupakan simbolik dengan makna penting juga komposisi dari lukisan sangat penting bagi saya. Saya memang saat ini sedikit demi sedikit beralih kepada seni abstrak, yangmana bukan hal yang mudah dari terbiasa dengan seni figuratif. Saya juga selalu memberikan warna kontras dalam lukisan saya, misalnya antara warna hitam dengan warna menyala, intinya saya ingin memberikan kebahagiaan dari lukisan yang buat.
SD : Tema apa yang anda jelajahi ?
Maëva : Menurut saya lewat seni kita banyak bertanya mengenai hubungan kemanusiaan, tujuan hidup kita di bumi ini, asal usul dan kemana arah hidup kita. Bagaiman bumi itu, galaksi, gravitasi, fisika semuanya menjadi salah satu yang saya jelajahi dan menjadi banyak pertanyaan dan lewat senilah saya mencoba menggambarkan semuanya itu dari sudut pandang seni saya lewat goresan, harmoni warna dan komposisi karya saya.
SD : Ini sangat menarik, apakah yang anda baru saja katakan ada hubungannya dengan perjalanan hidup anda sejak kecil yang terbiasa dengan perbedaan budaya, geografi dan juga pendidikan anda sendiri saat ini?
Maëva : Bisa dibilang seperti itu. Saya sering bepergian semasa kecil berkat kehidupan ekspatriat dan kemudian dengan pendidikan saya. Ayah saya bekerja di Alstom untuk pemasangan kereta api, trem dan sejenisnya. Ketika proyek berakhir, keluarga saya pindah. Jadi kami pindah hampir setiap 3 tahun. Secara pribadi, saya pernah tinggal di dua belas negara: Indonesia, Thailand, Singapura, Bahrain, Maroko, Venezuela, Meksiko, Prancis, Belanda, Turki, Australia, dan Jerman. Oleh karena itu, saya telah disadarkan sejak usia dini dengan budaya, cara hidup dan cara pandang yang berbeda. Studi saya memberi saya alat untuk lebih memahami hubungan ekonomi, politik dan budaya antar negara. Ketika saya meninggalkan sekolah menengah, saya ragu-ragu antara belajar ilmu politik atau sekolah seni. Saya mengambil jalan pertama karena saya ingin menyimpan seni untuk diri saya sendiri dan saya pikir saya bisa mengubah lebih banyak hal di dunia ini dengan politik. Tapi terus terang saat ini saya tidak begitu yakin … Tapi pada akhirnya saya selalu berusaha menyatukan keduanya karena membuat saya bahagia dan merasa lengkap ketika saya bisa melakukan keduanya.
SD : Bila sedang tidak melukis waktu anda gunakan untuk apa ?
Maëva : Saya sangat tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan visual, fotography, pertukangan yah pekerjaan manual pokoknya. Saya juga kadang diminta menjadi model, membaca juga salah satu kesukaan saya dan tentunya jalan di alam bebas bersatu dengan alam salah satu yang membuat saya tenang dan relaks.
SD : Apakah anda memiliki mimpi masa depan selain menjadi pelukis ?
Maëva : Proyek impian saya adalah dengan karir saya sebagai seniman bisa membuat saya untuk berkeliling ke berbagai negara, menemukan koleksi seni dari berbagai penjuru dunia tidak harus berupa barang yang mahal atau memiliki nilai tinggi karena namanya misalnya, namun hasil artisanal misalnya dari pengrajin kecil yang mungkin orang lain tidak kenal atau terlihat namun memiliki makna penting sebenarnya. Dengan koleksi tersebut, impian saya adalah membuka sebuah museum seni di Bali bersama rekan-rekan saya dan tentunya keluarga saya juga. Museum ini layaknya tempat persinggahan bagi para seniman, dengan tempat untuk kursus seni misalnya, dengan perpustakaan yang lengkap, yah bisa dibilang sebagai pusat budaya seni nantinya. Karena Bali adalah sebuah pulau dengan kekayaan begitu belimpah dengan tradisi seni budayanya namun kadang saya melihat masih sedikit sekali tempat-tempat yang menampung seni budaya seperti ini. Saya berharap nantinya mulai dari anak-anak sekolah hingga para seniman sudah bisa memanfaatkan tempat ini nantinya untuk berbagai kegiatan positif. Dan bisa menjadi salah satu tempat yang didatangi para turis sebagai pusat mengenal seni budaya.
Expo : Château de Beauregard, Prancis 15-16 Mei 2021 , 12-18 Juli 2021.
Cantik sekali pelukisnya
Keren lukisannya.