Indonesia Hadir Di Pusat Kota Paris Selama Satu Minggu!
Dengan tema INDONESIE un fascinant voyage, Indonesia A Fascinating Journey, Diaspora Indonesia di Perancis khususnya Paris dengan Ketuanya Nina Hanafi, telah berhasil membuat masyarakat Paris kagum dan terpesona dengan kebudayaan Indonesia. Bahkan sepengatahuan saya, sejak saya tinggal di Perancis 32 tahun yang lalu, baru pertama kali ini ada festival kebudayaan Indonesia selama seminggu tanpa berhenti, dari tanggal 14 Mei sampai dengan tanggal 19 Mei 2018. Sesuatu yang luar biasa !
Saya dengan becak yang menarik banyak pengunjung untuk mencobanya.
Bukan secara kebetulan kalau Nina dan kawan-kawan Diaspora mengincar Kotamadya di daerah Paris 1 ini, sebagai tempat untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia.
Alasan pertama, Kotamadya Paris 1 ini mempunyai program yang sangat menarik yang diadakan setiap tahun dengan tema FESTIVAL BERBAGAI KEBUDAYAAN di Paris distrik 1 – « FESTIVAL de la DIVERSITÉ CULTURELLE dans le 1er. »
Alasan kedua , perlu diketahui Paris terdiri dari 20 distrik. Setiap distrik punya Walikota dan punya kegiatan yang berbeda.
Distrik 1 ini adalah distrik yang paling monumental tempatnya karena kota Paris mulai dibangun di daerah ini, tempatnya berdekatan dengan Catedral Notre Dame de Paris dan Musium Louvre yang sangat bersejarah dan megah serta merupakan tempat utama yang harus dikunjungi para turis, selain Menara Eiffel.
Ini merupakan kesempatan emas bagi Diaspora Perancis untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia yang kaya dan beranekaragam kepada masyarakat Paris sekaligus kepada turis yang datang dari seluruh pelosok dunia. Tapi bukan saja Diaspora mendapat tempat tapi Indonesia juga merupakan Tamu Kehormatan untuk, tahun 2018 ini. Keren kan ?
Festival berbagai kebudayaan ini diadakan oleh Walikota untuk memperkenalkan kepada masyrakat Paris berbagai kebudayaan yang ada di Paris khususnya di daerah Paris 1 sekaligus untuk menunjukkan keterbukaan, respek serta rasa ingin tahu masyarakat Paris terhadap kebudayaan dari negara lain di seluruh dunia. Dalam kegiatan ini diaspora didukung oleh KBRI Paris dan UNESCO.
Festival ini dibuka oleh Walikota Paris distrik1 sendiri Mr. Jean-Francois LEGERET yang berkata dalam pidatonya :
“Merupakan suatu kehormatan bagi saya bisa menyediakan tempat dan memilih Indonesia sebagai Tamu Kehormatan dalam Festival Kebudayaan ini. Untuk saya, ini merupaka pengalaman yang baru dan sangat mengesankan. Saya bangga ikut memperkenalkan kebudayan Indonesia yang beraneka ragam dan sangat menakjubkan kepada masyarakat Paris dan turis dari seluruh dunia di tempat yang istimewa dan prestige ini bagi kami karena dikelilingi monumen-monumen bersejarah seperti Notre Dame de Paris dan Louvre”.
Salah seorang pengunjung yang datang menyatakan kepada saya: “Ketika saya menutup mata sejenak, terdengar musik yang lembut, tercium wangi-wangian yang eksotik dari warung-warung kuliner dan ketika saya buka mata, terlihat orang-orang Indonesia yang ramah dan ceria dengan pakaiannya yang berwarna warni. Rasanya saya berada di Indonesia. Liburan yang akan datang saya ingin pergi ke Indonesia”.
Benar saja, acara ini langsung memberikan dampak positif! Masyarakat Paris jadi lebih mengenal Indonesia dengan kebudayaannya yang beraneka ragam. Sebagai orang indonesia, jujur terselip rasa bangga melihat pankart besar yang bertuliskan INDONESIA melekat di dinding muka Kotamadya yang kuno tapi megah. Melihat foto-foto dan payung bermotif batik menempel dengan cantiknya di pintu dan pagar besi Kotamadya Paris. Tiga puluh dua tahun! Baru kali ini rasanya begitu haru melihat Indonesia bisa berada di pusat kota Paris tersorot selama enam hari!
Bukan hanya kesenian tari, musik dan fashion show saja yang ditampilkan, ada juga beberapa stand makanan dan jajanan pasar, kopi dan kerajinan tangan berjejer di depan Kotamadya di pusat kota Paris ! Siap untuk dicicipi dan shopping. Dan ini banyak sekali diminati oleh pengunjung.
Saya kok jadi merasa seperti di Bandung, udara sejuk dengan warna warni payung indonesia. Bedanya sungainya bernama Sungai Seine bukan sungai Citarum dan bersih serta dikelilingi bangunan bangunan kuno nan megah serta bersejarah.
Di Festival ini hadir Bapak Duta Besar RI di Paris Bapak Hotmangaraja Pandjaitan, Ketua Diapora United Bapak Herry Utomo dan Perwakilan dari Unesco Paris serta Para Undangan penting lainnya dari Kotamadya Paris. Malah Anggun celebritis kondang juga sempat mampir di hari pertama loh. Ia sangat bangga dengan adanya kegiatan ini. Semoga tahun berikutnya ia bersedia mengisi acara biar semakin marak promosi Indonesia di Paris ini!
Festival ini dikelola oleh IDNF (Indonesian Disapora Network France) dengan Perwakilan Unesco di Paris sebagai pelindung dan didukung oleh KBRI Paris serta bekerja sama dengan semua Perkumpulan Perancis-Indonesia serta semua grup penari dan kesenian yang ada di Paris dan sekitarnya. Kami juga mendatangkan beberapa perancang mode dan penari penari dari Indonesia.
Nina Hanafi sebagai Ketua Diaspora Perancis menyatakan kekagumannya atas rasa GOTONG ROYONG dari masyarakat Indonesia di Perancis untuk mengharumkan nama Tanah Air kita di Luar Negeri.
“Ternyata walaupun jauh dari tanah air dan sudah lama tinggal di luar negeri, prinsip gotong royong masih melekat pada kita semua”. Tutur Nina.
Acara dibuka dengan pertunjukkan tari Kembang Girang oleh grup joget Nusantara dari Paris. Dilanjutkan dengan tarian dan peragaan busana dari kain tenun Sumba karya Dian Oerip yang berkolaborasi dengan Heru Mataya perancang payung bermotif batik dengan tema NUSA Wasra & Umbrella.
Peragaan busana batik klasik campur batik modern dari merk POPULO yang diwakili oleh Ba’i, juga ditampilkan. Peragaan ini banyak mendecak kagum pengunjung.
Fotografer wanita Indonesia yaitu Tenny Schneider, mengisi ruangan pameran dengan karyanya yang bertema Beauty and Faces. Beberapa Fotografer Perancis Bruno Rotunno, Caroline & Hugues Dubois juga turut memarkan hasil karya mereka, bertema Women in Bali dan Borobudur under the fool Moon.
Acara hari pertama ini ditutup dengan cocktail dan para tamu serta pengunjung berkesempatan mencicipi makanan kecil dan kue kue indonesia sambil menyaksikan konser Jazz dari grup Paris Down Town Big Band yang keren yang anggotanya terdiri dari guru musik dan murid murid dari Conservatoire de Paris.
Selama enam hari berikutnya acara berlangsung dengan berbagi aktivitas lainnya yang berhubungan erat dengan seni budaya Indonesia. Seperti diskusi mengenai kedudukan wanita dalam masyrakat indonesia, demonstrasi pencak silat oleh KBRI dan UNESCO, workshop batik oleh Desi Djoehana dan Sandy, Pijat indonesia oleh pakar massage Ruth Indihati, berbagai stand makanan dan musik juga melukis di atas payung oleh Heru Mataya.
Selama berlangsungnya acara, para penari dari grup atau perkumpulan yang berada di Paris seperti Joget Nusantara , Ibu-Ibu dari IKFI (Ikatan Keluarga Perancis-Indonesia) Sekar Jagat, Srikandi , dan dari Indonesia, seperti Grup Joko SPP , grup Nona Asri dan grup Borneo ikut meramaikan kegiatan ini.
Pameran foto juga ikut ditampilkan, beberapa fotografer asal Indonesia dan Perancis turut berpartisipasi. Yaitu Tenny Schneider seorang fotografer wanita Indonesia yang tinggal di Paris dan dan Swiss dengan tema Beauty & Faces. Bruno Rotunno dengan tema Women in Bali dan Caroline & Hugues DUBOIS dengan tema Borobudur under the Moon.
Para MC juga cukup kreatif dalam menanggulangi kekosongan panggung pada saat para penari atau para peragawan dan peragawati belum siap tampil di panggung dan agar para pengunjung tidak kabur dan lupa waktu, maka dengan spontan mereka para MC, termasuk saya yang kebetulan mendapat tugas sebagai MC, mengajak penonton untuk menari poco-poco, sejojo dan « maumere ». Ternyata ide dadakan ini malah disambut hangat para pengunjung, mereka meminta untuk diperpanjang acaranya tari bersamanya.
Pengalaman ini sangat membuat saya merasa bangga khususnya dengan teman-teman Diaspora Paris dan Perancis. Walaupun kita sudah lama hidup dan menetap di Luar Negeri, ternyata kita masih sangat sayang Tanah Air bahkan mungkin lebih sayang dari sebelumnya karena jauh di mata sehingga semakin terasa artinya. Karena itu memanng tak heran bila hal ini membuat banyak perantauan seperti saya dan teman-teman lainnya menjadi sangat semangat mempertahankan dan memperkenalkan kekayaan kebudayaan kita yang beranekaragam di negara tempat kita tinggal, di negara kedua kita setelah Indonesia.
Satu hal yang juga patut dibanggakan acara ini berlangsung hampir tanpa sponsor. Seluruh anggota menyumbang semampunya, baik itu waktu, tenaga dan konsumsi serta biaya perjalanan bagi yang tinggal di luar kota Paris ditanggung sendiri. Ini sangat luar biasa bagi saya! Untuk penginapan di Paris misalnya, tidak ada masalah. Semua teman yang punya tempat, selalu bersedia menerima tamu untuk beberapa malam. Itulah indahnya rasa persaudaraan antara teman se tanah air ketika kita berada jauh dari kampung halaman.
Mungkin acara ini masih banyak kekuarangannya, tetapi saya salut untuk para penyelenggara yang bekerja konon sejak tiga bulan sebelumnya dan sebagai volunteer tanpa pamrih demi membawa citra bangsa dan tanah air tercinta. Hal ini patut kita acungkan jempol!
Bravo teman-teman Diaspora !
Penulis: Yuyu Hagenbucher
Editor: Dini Kusmana Massabuau