9 Jam Terbang Untuk Menikmati Gule Kambing
Erika Novi Frisca, seorang mahasiswi Indonesia yang sudah kuliah selama 3 tahun di Far Eastern Federal University (FEFU) di Vladivostok harus terbang selama 9 jam untuk sampai di Moskow agar dapat sholat Idul Adha bersama WNI lainnya dan menikmati gule kambing. Sementara, Sarah Edna Fadilah Ramadhani, seorang mahasiswi S3 Kedokteran di Bashkir State Medical University di negara bagian Bashkortostan, lebih beruntung karena hanya perlu waktu 2 jam terbang untuk tiba di Moskow.
Sebagaimana di tanah air, masyarakat Indonesia di Moskow juga dapat menikmati makanan khas Idul Adha seperti lontong, gule kambing, opor ayam, balado kentang goreng hati, telur balado, asinan, dlll. Dari sekitar 300 warga yang hadir, tampak pula beberapa WNI asal Kalimantan Timur yang sedang berlibur di Rusia.
Sesuai edaran Dewan Mufti Rusia, masyarakat Indonesia di Moskow melaksanakan sholat Idul Adha pada hari Selasa, 21 Agustus 2018. KBRI Moskow bekerja sama dengan Himpunan Persaudaraan Islam Indonesia (HPII) telah melaksanakan kegiatan sholat Id tepat pukul 08.00 pagi hari bertempat di Ruang Serba Guna KBRI. Tampak beberapa diplomat dari Nigeria yang turut bergabung dalam sholat Id kali ini. Bertindak selaku imam, Rifqi Zulkarnaen dan khatib adalah M. Alfan Baedlowi, keduanya mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Moskow.
Dalam khotbahnya, Alfan yang juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) untuk Federasi Rusia dan Eropa Utara, membahas seputar makna hari Idul Adha yang terkait dengan nilai-nilai keimanan terhadap Yang Maha Kuasa, penghormatan kepada sesama manusia, ketulusan serta pengorbanan yang bermakna sosial. Disoroti pula keteladanan Nabi Ibrahim dan bakti yang ditunjukkan oleh Nabi Ismail.
Pada kesempatan ramah tamah, Duta Besar RI untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi, menyampaikan ucapan selamat Idul Adha di tengah keprihatinan adanya bencana alam yang menimpa saudara-saudara kita di Lombok. “Saya berharap semangat berkorban ini dapat disalurkan untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah di Lombok”, ungkap Dubes Wahid.
Turut pula hadir, tim dan manajer para pendaki gunung Garuda Muda Indonesia yang terdiri dari 4 siswa Pecinta Alam SMA 68 Jakarta (Elpala), yaitu Geas Aldino, Ryan Muhammad Azizulfiqar, Salsa Khusnus Solekhani dan Timothy Jonathan. Mereka adalah pengaki gunung Indonesia termuda yang berhasil mencapai puncak Elbrus tepat pada tanggal 17 Agustus yang lalu. Mereka didampingi oleh pendaki difabel Indonesia yang cukup berpengalaman, Sabar Gorky; alumni Elpala, Fransisca Onaria dan wartawati salah satu media on-line tanah air, Widya Victoria.
Pada saat ramah tamah dengan Dubes Wahid, tim pendaki gunung Garuda Muda menceritakan pengalaman mereka. Dalam rangka memperingati HUT ke-73 kemerdekaan RI, mereka berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di puncak gunung Elbrus tepat tanggal 17 Agustus 2018. Mereka menempuh rute pendakian melalui jalur selatan. Tim pendaki gunung Garuda Muda ini berhasil memecahkan rekor MURI sebagai pendaki gunung termuda Indonesia. Gunung di Rusia ini merupakan gunung tertinggi di Eropa, setinggi 5.642 meter di atas permukaan laut dan termasuk dalam tujuh puncak gunung tertinggi dunia. Bagi Sabar Gorky pendaki tunadaksa berkaki satu, kesempatan ini merupakan kali kedua berhasil menaklukkan puncak Elbrus, setelah pada 2011 melakukan hal yang sama melalui pendakian rute jalur utara dan menjadi pendaki tunadaksa Asia pertama yang berhasil mencapai puncak Elbrus.
Pada kesempatan pendakian ini, tim pendaki Garuda Muda juga sempat bertemu dengan dua mahasiswa Indonesia pendaki gunung yang saat ini sedang belajar di kota Voronezh, yaitu Dhafin Shafwan Wirasugena dan Christophorus Hartawan. Kedua mahasiswa ini juga berhasil mencapai puncak Elbrus di tanggal yang sama.