UMKM Indonesia dapat Tembus Pasar Kanada
Salah satunya Oey Trading yang telah bergerak di industri tersebut selama 32 tahun. Joe Oey yang merupakan salah satu diaspora indonesia yang telah menjalankan usaha sebagai importir produk makanan Indonesia di Toronto.
“Toronto yang merupakan ibukota Provinsi Ontario di Kanada, bersama Provinsi Manitoba, Saskatchewan dan Nunavut, juga merupakan provinsi utama tujuan ekspor dari 54% produk Indonesia pada tahun 2019 dan 53% impor Indonesia dari Kanada. Dengan lebih dari 37,7 juta populasi Kanada, 81% merupakan urban population dan terkonsentrasi di atas 40% berada di Provinsi Ontario. KJRI Totonto, senantiasa mengenalkan potensi ekspor produk makanan Indonesia ke pasar yang memiliki jumlah penduduk sangat signifikan untuk consumer goods products,” ungkap Konsul Jenderal Indonesia di Toronto, Leonard F. Hutabarat.
Joe Oey, berdasarkan pengalaman, ia menekankan perlunya eksportir makanan Indonesia (khususnya UMKM) untuk memperhatikan regulasi mengenai food safety di Kanada sebelum melakukan ekspor. Meski dalam 10 tahun terakhir peraturan mengenai food safety di Kanada semakin ketat, namun masih sangat mungkin untuk dipenuhi oleh produsen makanan di Indonesia. Misalnya, produsen harus menyebutkan jika produknya mengandung susu.
Eksportir juga sudah harus mengantongi lisensi dan juga traceability sesuai regulasi untuk memberi jaminan bahwa produk makanan tersebut aman untuk dikonsumsi. Packaging produk juga perlu dibuat dalam dua Bahasa, yaitu Bahasa Inggris dan Perancis. Masyarakat Kanada tergolong berani dalam hal makanan. Mereka tidak segan-segan mencoba makanan dari berbagai latar budaya, sepanjang memperhatikan aspek-aspek yang menjadi perhatian utama mereka, seperti kandungan, fakta nutrisi, sampai aspek lingkungan.
Konjen Leonard juga menyampaikan bahwa the new normal mempunyai karakteristik tertentu khususnya untuk makanan sehingga perlu protocol kesehatan baru bagi industri. Marketing digital atau e-commerce merupakan salah satu cara yang paling aman untuk berbisnis di saat pandemi COVID-19.
UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di banyak negara berkembang, namun juga 90% perusahaan di dunia didukung oleh UMKM, termasuk 70% pekerjaan berada di sektor UMKM dan kontribusi UMKM pada 50% GDP dunia.