16 Raksasa Indonesia Tampil di Africa Big 7
Indonesia melalui kerja sama kolaborasi efektif Indonesian Trade and Promotion Center (ITPC) Johanessburg dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pretoria, mendatangkan 16 exhibitor asal Indonesia yang langsung hadir maupun hanya mengirimkan sampel produknya. Nama-nama besar seperti PT. Mayora Indah, PT. Forisa Nusapersada, dan PT. Rodamas Inti Internasional PT. Indofood Sukses Makmur, Kalbe International, PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia, PT. Sumber Kopi Prima (Caffino), PT Pulau Sambu (Kara), Orang Tua Grup; serta CV Kapiten Nusantara, PT Pancatani Rahayu Internasional, CV. Jaya Abadi (Regal), PT. Dolphin Food & Beverages Industry, PT. Niramas Utama (Inaco), Arto Wijoyo dan KSN turut meramaikan paviliun Indonesia di Africa Big 7.
Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Pretoria, Victor J. Sambuaga, menyambut baik keikutsertaan ke-enam belas produk-produk makanan populer di Indonesia. Victor menilai bahwa kehadiran produk-produk Indonesia ini dapat secara positif mendukung tujuan utama Indonesia dalam meningkatkan hubungan perdagangan antara kedua negara. “Saya sangat bersyukur dan memberi apresiasi kepada upaya perusahaan-perusahan Indonesia yang hadir pada gelaran pameran ini, yang sudah tentu memberikan dukungan kepada upaya membuka “pasar baru” dan mempromosikan produk-produk Indonesia dan juga secara tidak langsung akan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan perdagangan kedua negara, Indonesia dan Afrika Selatan serta negara-negara sekitarnya”, jelas Victor sesaat setelah membuka secara resmi paviliun Indonesia di arena Africa Big 7.
Senada dengan itu, Direktur ITPC Johannesburg, Tonny Hendriawan, dalam kesempatan yang sama juga menambahkan bahwa hadirnya produk-produk makanan dan minuman Indonesia diharapkan dapat meningkatkan branding Indonesia di Afrika Selatan. “Pameran ini juga dapat menjadi sarana memperluas akses pasar di Afrika Selatan dan juga tak ketinggalan negara-negara lain di di kawasan selatan Afrika”, demikian jelas Tonny.
Catatan kinerja perdagangan Indonesia dengan Afrika Selatan pada periode 2019-2021 menunjukkan tren positif di mana total perdagangan meningkat 37% dari US $ 1,99 Milyar di tahun 2019 menjadi US $ 3,76 Miliar pada tahun 2021. Setali tiga uang, nilai ekspor Indonesia juga meningkat sebesar 28% dari US $ 1,17 Milyar pada tahun 2019 menjadi US $ 1,93 Milyar pada tahun 2021. Ekspor Indonesia ke Afrika Selatan pada periode Januari – April 2022 mengalami kenaikan 3% dibandingkan periode yang sama tahun 2021 dari US $ 569 Juta pada tahun 2021 menjadi US $ 584 Juta pada tahun 2022. Walaupun demikian, secara umum, neraca perdagangan Indonesia – Afrika Selatan masih defisit untuk Indonesia pada periode Januari – April 2022 ini sebesar US $ 291 Juta.
Ekspor produk makanan olahan Indonesia ke Afrika Selatan dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 126% dari US $ 83 Ribu pada Tahun 2019 menjadi US $ 429 Ribu di tahun 2021. Sementara itu, untuk produk minuman mengalami kenaikan ekspor sebesar 2% dari US $ 21,8 Ribu pada tahun 2019 menjadi US $ 22,9 Ribu di tahun 2021. Melihat tren yang positif dalam 3 (tiga) tahun terakhir untuk ekspor makanan olahan dan minuman ke Afrika Selatan, diharapkan produk-produk Indonesia yang hadir di Pameran Africa’s Big 7 dapat meningkatkan market share produk ini dan menjadi peluang bisnis untuk memperluas pasarnya di konsumen Afrika Selatan dan Negara-negara di kawasan.
Afrika sebagai pasar non-tradisional dan tantangannya untuk Indonesia
Dalam konteks kondisi pasar, khususnya untuk produk makanan, Afrika Selatan adalah jenis pasar yang berbeda dan unik dibanding pasar tradisional Indonesia, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan negara-negara Asia lainnya. Upaya untuk mempelajari perilaku konsumen di Afrika Selatan perlu dilakukan secara baik. Konsumen di Afrika Selatan umumnya ‘setia’ dengan merek tertentu dan memiliki selera lokal yang agak berbeda. Konsumen Afrika Selatan 70% berpendapatan menengah bawah sehingga sangat sensitif terhadap harga. Selama ini saluran distribusi produk makanan dimonopoli oleh jaringan ritel modern seperti Pick n Pay, Shoprite, Checkers, Spar dan Woolworths.
Tantangan lain adalah pemberlakuan tarif yang relatif tinggi sekitar 5-30% untuk produk makanan asal Indonesia oleh pemerintah Afrika Selatan, sementara itu untuk produk asal EU/UK, EFTA (European Free Trade Association), SADC (Southern African Development Community), MERCOSUR (Southern Common Market/ Argentina, Brazil, Uruguay and Paraguay) dan AfCFTA (The African Continental Free Trade Area), Afrika Selatan menerapkan tingkat tarif yang relatif lebih rendah. Kompetitif dari segi harga dan kualitas adalah hal mutlak untuk produk Indonesia agar dapat bersaing di Afrika Selatan serta negara-negara sekitarnya.
Dihadiri oleh pemain besar bisnis makanan dan minuman dari banyak negara di dunia, menjadikan Africa Big 7 pameran produk makanan dan minuman terbesar di benua Afrika.