Kantor Pos Pusat Barcelona, Sebagai Saksi Pengiriman Suara Pemilu
Teman-teman di Indonesia, kapan terakhir kali memakai jasa Pos untuk mengirim surat atau paket?
Saya sendiri ketika masih di Indonesia merasa menggunakan jasa Pos paling intensif pada waktu SMP. Saya biasanya membeli prangko dan mengirimkan surat ketika ke kantor Pos. Sebagai kolektor prangko, saya paling suka mengayuh sepeda sepulang sekolah menuju kantor Pos. Pak Pospun sudah hafal, kalau saya datang pasti saya akan menanyakan prangko keluaran terbaru bulan itu. Disodorkanlah dua map tebal berisi prangko-prangko keluaran terbaru, supaya saya bisa memilih. Kantor Pos bercat orange berlokasi di pertigaan jalan raya kecamatan tersebut, menjadi tempat favorit saya melepas lelah sepulang sekolah. Saya terbiasa tidak jajan disekolah, sehingga uang saku dari orang tua lebih banyak saya habiskan untuk membeli prango, sekali membelipun tidak hanya satu biji, kalau pas ada prangko berseri, misalnya cerita rakyat atau fauna, saya bisa membeli satu paket.
Selain membeli prangko, saya juga biasa berkirim surat untuk saudara sepupu, walaupun intensitasnya tidak sering, namun hal itu membekas dalam benak saya sebagai moment mendapatkan prangko balasan. Selain itu, saya memiliki beberapa sahabat pena yang saya dapatkan dari bimbingan belajar jarak jauh. Biasanya guru Bimbingan Konseling (BK) SMP saya selalu membuka dan membaca surat-surat sebelum surat itu sampai ke tangan saya, dengan alasan mengetahui bahwa surat tersebut bukan surat dari lawan jenis. Padahal sahabat pena saya kebanyakan perempuan dan hanya satu laki-laki, namun tetap saja surat-surat saya selalu dibuka terlebih dahulu. Tapi ya begitu jaman dahulu fenomena di SMP di level kecamatan tempat saya menuntut ilmu, mungkin demi kebaikan anak didiknya. Walaupun menurut saya terkadang terlalu berlebihan dan overjudging.
Kembali ke pokok cerita tulisan saya hari ini, adalah cerita tentang mengirim surat suara pemilu via Pos. Kantor Pos di Spanyol masih eksis keberadaanya hampir di seluruh wilayah. Selain kantor Pos, disediakan pula kotak Pos berbentuk silinder dengan warna identik kuning di tepi jalan. Di Spanyol, Pos masih menjadi sarana pengiriman kertas surat yang diandalkan disamping kemudahan penggunaan surat elektronik atau e-mail di jaman yang serba modern saat ini. Misalnya tagihan-tagihan gas, Listrik dan air juga dikirimkan melalui Pos ke rumah-rumah warga, disamping juga dikirm lewat e-mail. Bahkan bebrapa surat dari sekolah atau dinaspun terkadang juga dikirim lewat Pos. Jadi sangat dianjurkan bila seseorang berpindah kontrakan rumah, mereka wajib melapor ke Ajuntament, semacam kecamatan yang mengeluarkan surat Empadronamiento (Sensus tempat tinggal) yang merupakan surat resmi yang menyatakan alamat tempat tinggal kita. Pengalaman terakhir, ketika anak sekolah mendapatkan bantuan Voucher dari pemerintah, yang dikirim langsung ke rumah, mereka tidak akan mengkonfirmasi alamat ke siswa yang bersangkutan, namun langsung menggambil data alamat rumah seluruh siswa yang terdaftar di sekolah dasar se Catalunya dari data di Ajuntament. Akhir tahun 2022 saya pindah kontrakan dan bersyukur sudah sempat melapor ke Ajuntamen untuk mendapatkan Empadronamiento baru, sehingga vocher sampai di alamat rumah baru.
Pemilu di Spanyol tahun 2024 ini menggunakan dua metode, pertama menggunakan metode bilik suara yang dilaksanakan tanggal sebelas Februari dan metode kedua adalah metode via Pos. Dipertengahan bulan Januari, panitia pemilihan luar negeri (PPLN), sudah mengirimkan informasi via e-mail jika surat pemungutan suara sudah dikirimkan ke alamat masing-masing dan kami dihimbau untuk secara aktif mengecek kotak surat yang ada di rumahnya masing-masing guna memastikan surat suara sudah telah sampai. Surat suara kami telah sampai sehari sesudah e-mail dari PPLN dikirim, yang didalamnya disertakan amplop kirim balik. Sesudah saya selesai mencoblos pasangan capres dan cawapres serta anggota DPR RI, maka saya segera mengirimkan ke kantor Pos agar surat suara bisa diterima kembali sebelum batas waktu yang sudah ditetapkan, yaitu 14 Februari. Meskipun di dekat tempat tinggal saya ada dua kantor Pos yang bisa saya jangkau dengan berjalan kaki, karena kebetulan saya tinggal didaerah yang merupakan persimpangan anatara dua wilayah. Namun karena keterlibatan saya sebagai pemilih luar negeri ini merupakan peristiwa yang bagi saya bersejarah, karena mungkin tidak akan terulang, maka saya sempatkan mengirimnya ke kantor Pos pusat yang berada di Gothic centre. Pos yang dalam bahasa Catalan disebut dengan Correus dan dalam bahasa spanyol disebut Correo, pada walnya digunakan untuk mengirimkan surat dan telegram, namun seiring dengan pertumbuan teknologi komunikasi, telegram sudah tidak lagi difungsikan.
Bus berkode D20 yang saya tumpangi untuk menuju Correo berhenti di halte Pg Colom-Via Laietana yang terletak hanya 170-meter dari kantor Pos. Sesampainya di depan kantor Pos, saya disambut oleh tangga batu yang elegan mengarah ke tiga pintu besar yang diapit oleh empat pilar raksasa bergaya Ionic yang tepat diatasnya ada sebuah lambang large coat of arms. Salah satu yang menarik dari bangunan yang dibangun oleh dua orang arsitek bernama Josep Goday i Casals and Jaume Torres i Grau adalah, perpaduan antara Catalan modern dan Noucentism (arsitektur Spanyol). Bangunan yang dibangun di tahun 1927 ini langsung menghadap Pelabuhan Barcelona yang hanya berjarak beberapa meter saja. Selesai menaiki tangga, ada tiga pintu kayu dan kaca klasik yang berputar menjadi akses utama masuk ke banguan megah yang terdiri dari dua lantai tersebut. Masuk di pintu utama saya disuguhi sebuah hall, yang dikanan kirinya terdapat tangga melingkar menuju lantai atas, berjalan beberapa Langkah kedepan, ada pintu kaca tinggi dengan dua sepeda Pos yang di pajang di bagian Tengah. Satu sepeda tua bertulisakan Correo dan satu sepeda dberulisakan Telegrafos. Kemungknan sepeda ini adalah sepeda yang digunakan oleh pak Pos jaman dahulu saat alat transportasi umum belum terintegrasi seperti saat ini.
Masuk di hall utama, terlihat ada 4 pilar utama yang menopang bangunan yang atapnya langsung menembus lantai dua. Atap hall berbentuk kubah kaca raksasa, large glass Dome, khas bangunan-bangunan eropa kuno, yang memungkinkan sinar matahari masuk kedalam ruangan secara mudah. Seperti kebanyakan bangunan kuno di eropa, langit-langit bangunan dipenuhi lukisan yang menandai keartistikan bangunan ini.
Selesai mengambil foto hall, saya menuju mesin nomer antrian yang disediakan, dan memilih tombol enviar atau mengirim. Bersyukur antrian tidak terlalu lama, amplop kirim balik surat suara yang sudah dibubuhkan prangko oleh PPLN, membuat saya tidak perlu membayar biaya pengiriman. Petugas hanya mengecek berat surat saya yang bisa dicover oleh prangko yang sudah tertempel. Setelah memastikan selesai, saya tidak langsung pulang. Namun saya sempatkan berkeliling bangunan yang dibangun sebagai pengganti kantor Pos pusat yang awalnya di Marcús Capel sejak tahun 1338. Di hall sebelah kanan, terdapat loket telegrafo atau telegram yang sudah tidak difungsikan lagi. Namun keberadaanya tetap dijaga supaya sejarah tidak terhapus. Menengok ke atas terlihat lantai dua bangunan yang memiliki interior senada dengan lantai bawah.
Puas mengambil foto, saya langkahkan kaki menuju pintu keluar, melewati seorang satpam senior yang duduk terkantuk-kantuk di sisi kiri pintu masuk. Demikian cerita saya mengirimkan surat suara pemilu tahun 2024 ini melalui kantor Pos pusat yang diresmikan oleh raja Alfonso XIII tersebut. Kantor Pos ini menjadi saksi kontribusi saya sebagai warga negara untuk memilih pemimpin yang amanah dan semoga kantor Pos di Indonesia juga masih eksis seperti jaman dulu.
Bagus sekali kantor pos di Spanyol dan masih berfungsi, di Indonesia kayanya surat menyurat udah mati, pembayaran listrik misalnya juga udah pake sistim token tuh. Kayanya pos di Indonesia lama-lama jadi museum lol
Iya kak di sini coreo masih banyak peminatnya. Surat menyurat masih aktif. Jgn sampai jadi kuseun ya…
Maap typo, Kuseun=Museum