Dari Gaya sampai Bola, Vibes Kota Milan Italia Memang Beda
Halo Sobat Surat Dunia, kalau ditanya kota di Benua biru mana yang mau dikunjungi minimal sekali seumur hidup, kota Milan pasti jadi salah satu jawabannya. Nah, beberapa waktu lalu saya sempat menyambangiMilan. Meskipun cuma beberapa hari, kota ini cukup mengesankan. Ada banyak perbedaan tentu saja dengan Frankfurt Jerman. Apa saja? Simak ya!
Kota Milan dikenal sebagai salah satu kota Mode di Eropa. Makanya tidak heran, banyak rumah mode dunia dan tentu saja lokal-nya yang membuka toko di kota ini. Dari gaya vintage sampai masa kini, semua ada. Jika kita jalan-jalan ke sekitaran Il Duomo di Milano, banyak toko berseliweran. Toko-toko yang tersebar di penjuru kota ini bikin pusing karena terlalu banyak pilihan, jenis dan harga. Rasanya rugi kalo enggak belanja hehe.
Terus nih, coba deh perhatikan, di kota Milan hampir semua warganya tampil gaya dan modis. Jujur, saya yang di Frankfurt kadang sabodo teuing alias cuek dengan penampilan (karena yang penting nyaman), di Milan jadi auto-minder. Sebenarnya bukan karena mereka pakai barang ber-merek alias branded, tetapi warga Milan tuh bisa banget memadu-padankan gaya berbusana dan mereka percaya diri. Keren deh!
Selain memiliki selera fesyen yang oke, Milan juga punya nama harum bagi pecinta sepak bola dunia. Banyak penggemar AC Milan dan Inter Milan yang merasa wajid datang ke sana. Mereka berkunjung ke San Siro untuk memuaskan dahaga akan sport yang satu ini. Apalagi menuju ke sana pun enggak sulit karena ada stasiun kereta dengan destinasi “San Siro”.
Saat saya masih SMA, saya adalah fans AC Milan. Dulu rela nonton bola dini hari dan pergi ke sekolah dengan mata sembab karena ngantuk. Makanya, saat saya bukan penggemar lagi, jiwa ultras meronta-ronta pengen ikut tur. Namun saat lihat harganya 30-an euro (sekitar 500.000 rupiah) jadi agak mundur. Akhirnya, saya cuma ke fan shop dan berfoto sana-sini.
Kalau di Jerman, tur klub bola harganya bisa hanya belasan euro. Kalau tidak salah, klub Eintracht Frankfurt bisa didatangi dengan harga 15 euro atau 250.000 rupiah. Kebetulan tahun 2022 lalu, saya bertandang ke Allianz Arena di Munchen. Markas klub Bayern Munich ini menawarkan tur tanpa guide seharga 14 euro alias 238.000 rupiah.
Hal menarik lagi dari kota Milan adalah transportasi umum. Pembelian tiket lewat mesin juga cukup mudah. Harga tiket seharian sekitar 7 euro, sementara saya beli yang 3 hari adalah 15 euro untuk 3 zona. Lalu, di samping terintegrasi, informasi tertulis dan lisan diumumkan pakai dua bahasa, yakni bahasa Itali dan Inggris. Kalau di Frankfurt, sudah ada namun hanya di sejumlah titik.
Satu lagi hal unik sekaligus miris bagi saya, info “waspada copet” diumumkan berkali-kali. Pasalnya, mereka yang bergaya keren dan modis ini katanya banyak yang merupakan gerombolan copet profesional. Incarannya adalah turis Asia yang tampilannya All out. Makanya, selain tidak bergaya keren-keren amat, banyak baca doa dan waspada adalah kunci perjalanan aman dan nyaman.