Makan Sambil Bercerita Bahas Buku Resep Mustikarasa di Paris

Sekelompok kecil orang Indonesia di Paris, pada hari minggu 26 mei yang lalu berinisiatif membuat acara di rumah salah satu diaspora Indonesia, Ibu Sandy. Acara tersebut bertema « Suka ria Mustikarasa, makan sambil bercerita » dan menghadirkan JJ Rizal, sejarawan Indonesia.

Dihadiri tidak hanya warga Indonesia yang berdomisili di Paris melainkan juga dari daerah Normandie dan Berry juga beberapa orang Prancis.

JJ Rizal dalam pengantar acara mengatakan bahwa buku Mustikarasa lahir dari gagasan mantan presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno yang merupakan pecinta makanan.

Menurut Presiden pertama Indonesia ini, makanan adalah persoalan penting. Setelah kemerdekaan 1945, Indonesia mendapat peringatan dari Badan Pangan Dunia (FAO) di bawah PBB yang mengatakan bahwa negara itu akan mengalami krisis pangan. Tentu saja peringatan ini menggelitik Soekarno, bagaimana mungkin terjadi krisis pangan sementara di Indonesia tersedia banyak bahan pangan.

Bapak Proklamator ini lalu memerintahkan untuk mengumpulkan resep-resep masakan sebanyak mungkin dan selengkap-lengkapnya dari seluruh Indonesia. Bukan hanya untuk mendokumentasikan dan menyelamatkan kekayaan warisan kuliner Indonesia yang beragam serta kaya pengaruh hasil silang budaya dalam sejarahnya yang panjang bertemu aneka bangsa, melainkan juga sebagai upaya memberi basis bagi politik pemertahanan pangan. Buku Mustikarasa terbit di tahun 1967 atau diakhir masa pemerintahanya, tetapi kemudian dilupakan selama era pemerintahan selanjutnya.

JJ Rizal terdorong untuk menerbitkannya kembali melalui rumah penerbit bukukobam dan lahirlah versi terbaru.

Dalam acara, beberapa diaspora Indonesia merealisasikan resep-resep dari buku tersebut untuk disajikan dan dinikmati bersama di antaranya; sambal pentjok kecombrang, kue pisang, patjri nanas, sop singkong, semur jengkol, nasu likku, serta kue ontbijtkoek.

Acara makan-makan sambil diskusi ini dimeriahkan juga oleh Keroncong Mambo, grup musik tradisional Indonesia di Paris serta pembacaan puisi oleh Yoshi Febrianto.