Festival Garuda: Ragam Budaya Indonesia Memikat Hati Warga Lille

Catatan Sita Phulpin – France

Mendung dan udara dingin yang memyelimuti kota Lille hari Sabtu 25 Oktober 2025 tak menghalau antusias warganya untuk datang ke acara Festival Garuda. Sebuah festival yang menampilkan keragaman budaya, tradisi dan kuliner Indonesia besutan Asosiasi Rumah Indonesia (ARI) yang bergerak di ranah sosial budaya.

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Mohamad Oemar dalam pidato pembukaannya, Festival ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Prancis-Indonesia. Diharapkan dengan Festival ini, persahabatan dan kerjasama antara Prancis dan Indonesia makin erat.

Meskipun festival ini merupakan kiprah pertama ARI yang baru berdiri tanggal 25 Juni 2024, acara yang didukung oleh KBRI Paris dan Soedarpo Fondation ini mampu mendulang sukses. Penonton membludak. Tercatat tak kurang dari 1300 orang menghadiri Festival Garuda yang digelar di Bazaar Saint So, Lille. Sejak jam 11 siang hingga jam 18.00 sore, pengunjung, yang sebagian besar adalah warga Prancis, terus mengalir.

Acaranya pun cukup komplit. Ada pameran foto dan aneka rempah-rempah. Tak ketinggalan booth foto bagi pengunjung yang ingin berfoto ria mengenakan baju daerah nusantara. Pengunjung juga bisa mencoba permainan tradisional Indonesia. Stand-stand yang ada menawarkan kerajinan tangan cantik berkualitas, kain batik, pakaian jadi bernuansa Indonesia, buku, jamu, dan jajanan serta bumbu-bumbu khas Indonesia.

Ah, ya, tentu saja ada stand kuliner siap santap. Dan, itu  laris manis! Rupanya masakan Indonesia cocok bagi lidah orang Prancis. Cafe yang dikelola oleh pemegang manajemen gedung pun hanya menyajikan kopi Indonesia, tepatnya dari desa Babadan Merapi. Ini menjadi wahana untuk memperkenalkan kopi Indonesia. Apalagi rasa dan kualitas kopi Indonesia tak kalah dari kopi dari negara-negara penghasil kopi besar lainnya.

KBRI juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menggali opini pengunjung asal Prancis mengenai Indonesia.

Di sisi panggung, acaranya yang ditampilkan pun beragam. Mulai dari alunan gamelan Bali, goyang dangdut, peragaan kostum tradisional dan wastra dari berbagai daerah di Indonesia, serta tentu saja tari-tarian tradisional.

Agar makin semarak, panitia menawarkan undian berhadiah. Hadiahnya menggiurkan. Selain paket berisi kerajinan tangan berkualitas, buku, makanan kering persembahan Tasna Ambu, Desi Paris , Alda Trisda & Toko Manis, ada dua hadiah bernilai 1.700€ dari Azimuth Adventure Travel berupa akomodasi liburan gratis selama dua pekan di Bali. Waaah!

Melihat gairah warga Lille yang penasaran dengan budaya Indonesia, festival ini sangat berpeluang menjadi festival Indonesia yang besar. Dan mengapa tidak menggantikan Pasar Malam Tong Tong yang telah almarhum? Posisi geografisnya yang berbatasan dengan Belgia, membuat Lille menjadi kota yang sangat strategis, mudah dijangkau warga Prancis warga

Belgia bahkan Belanda. Kereta cepat TGV dari Paris menuju ke Amsterdam dan sebaliknya, melewati Lille dan Brussel. Bagi penduduk Antwerpen di Belgia pun tak sulit pergi ke Lille. Festival-festival seperti ini selain menampilan pertunjukan budaya juga bisa jadi ajang dagang bagi produk-produk karya anak bangsa, baik karya diaspora maupun langsung dari Tanah Air.

Apalagi, setelah melihat kesuksesan acara Festival Garuda, di samping Joshua Hochart, salah satu senator propinsi Haute de France, Hakim Agouni, penasehat bidang kualitas ruang publik dan berbagai kegiatan budaya kota madya Lille sempat berujar pada Dubes RI, bapak Moh. Oemar, bahwa kota madya Lille siap mendukung penyelenggaraan Festival ini tahun depan. Nah, tunggu apalagi? Peribahasanya, sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Satu gelaran, aneka bidang unggulan Indonesia tersaji secara terintegrasi. Cocok dengan slogan asosiasi Rumah Indonesia, “Satu rumah, ragam budaya”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *