Temu Sastra Penulis Buku “Surga Sungsang” Di Paris
Indonesia memang masih kurang dikenal oleh publik Prancis meskipun beberapa buku penulis Indonesia sudah pernah diterbitkan dalam bahasa Prancis. Beberapa di antaranya adalah beberapa karya Pramoedya Ananta Toer, Eka Kurniawan, Sindhunata, N.H. Dhini, Leila S. Chudori, Linus Suryadi, Djenar Maesa Ayu, Iswan Sual, Seno Gumirah Adjidarma.
Berangkat dari pemiikiran tersebut, Asosiasi Pasar Malam yang misinya dalah mempererat persahabatan antara rakyat Indonesia dan Prancis sehingga terjalin pemahaman yang lebih baik di antara keduanya, harus teguh dalam memperkenalkan sastra Indonesia meskipun menerbitkan buku, apalagi buku terjemahan bukanlah perkara mudah. Di samping asosiasi kami hanyalah sebuah asosiasi nir laba yang kecil, yang diurus oleh para relawan murni di sela-sela kesibukan dan pekerjaan masing-masing.
Pada saat yang sama, l’Institut des Culture d’Islam (ICI) atau Institut Aneka Budaya Islam di Paris mengajak Asosiasi Pasar Malam untuk berpartisipasi pada « Saison de Java : Art & Energy » yang berlangsung selama musim dingin ini. Selama musim dingin digelar serangkaian acara budaya dan sastra yang secara khusus memfokuskan diri pada kebudayaan Jawa.
Untuk informasi lebih lanjut tentang acara ICI, silakan klik web sitenya : www.institut-cultures-islam.org
Dan, buku « Surga Sungsang » ini rasanya tepat sekali disajikan dalam acara gelaran Institut Islam tersebut. Buku cerita tersebut dengan gaya fantasi secara garis besar menunjukkan keragaman pikir dan sikap masyarakat berbudaya Jawa di sebuah tanjung terhadap agama. Banyak unsur fillosofi tersembunyi di dalamnya dan kritik sosial dalam cerita-ceritanya yang dibaurkan dengan unsur religi, mitos yang berkembang dalam masyrakat dan lingkungan hidup.
Yang menarik dari novel ini adalah kita bisa memulai membacanya dari bab manapun, tanpa kita merasa ketinggalan bab sebelumnya. Satu bab dengan bab lain saling terikat tanpa mengungkung pembacanya pada sebuah kewajiban mengikuti urutan.
Saya pun lantas mengirimkan buku « Surga Sungsang » pada Odile Loiret-Caille, salah satu anggota Pasar Malam yang telah berpengalaman menerjemahkan dua buku bahasa Indonesia ke dalam bahasa Prancis. Saya meminta pendapatnya. Rupanya buku tersebut dianggap menarik untuk diterjemahkan. Demikianlah, buku Surga Sungsang itu masuk ‘dapur’ penerjemahan.
Agar buku ini lebih menarik, disepakati bahwa Erlina Doho, anggota Pasar Malam dan seorang seniman ilustrasi handal, akan memberi ilustrasi pada tiap babnya.
Setelah melalui proses panjang baik dalam hal penerjemahan maupun ilustrasi, akhirnya, berhasil juga kami menerbitkannya dengan judul « Au Paradis, on marche sur la tête ».
Demi kesempurnaan hasil, untuk saat ini kami baru bisa menerbitkkan volume 1, sedangkan volume ke-2 atau lanjutannya, akan kami terbitkan akhir tahun ini juga. Triyanto Triwikromo, sang penulis, akan menghadiri presentasi bukunya tersebut.
Selama temu sastra ini, sang penulis akan berbagi pengalamannya yang panjang di nidang jurnalistik dan pengetahuannya yang nyaris sempurna dalam masalah kesusastraan di Indonesia. Untuk memudahkan publik Prancis mengikuti dan aktif dalam diskusi dengan penulis, Nathalie Wirja, anggota Pasar Malam, penerjemah handal, akan menjembatani komunikasi.
Di penghujung acara, Triyanto Triwikromo, yang juga dikenal sebagai penyair, bersama Odile Loiret-Caille, sang penerjemah buku, akan membacaka beberapa puisi. Pembacaan puisi tsb akan diiringi alunan musik Jawa yang lembut oleh dua orang musisi Asosiasi Pantcha Indera, Annie Dieudonné, akan memainkan alat musik gender, dan Audran Le Guillou, akan memainkan suling Jawa.
Erlina Doho, sang ilustrator, juga hadir pada temu sastra tersebut. Pada hari itu, karya-karya ilustrasi buku tersebut akan dipajang di dinding perpustakaan.
Penulis dan ilustrator akan menyediakan waktu untuk memberi tanda tangan dedikasi pada buku yang dibeli oleh hadirin pada saat acara presentasi.
Acara temu sastra ini gratis. Untuk menghadirinya, publik disarankan untuk mendaftarkan diri langsung melalui website Institut Islam (ICI) berikut ini: https://www.institut-cultures-islam.org/…/au-paradis-on-mar…
TRIYANTO TRIWIKROMO
Lulusan Magister Ilmu Susastra Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia ini lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 15 September 1964, anak pasangan Mardino dan Mardiyah, “Saya menulis sejak SMP. Saya menulis untuk majalah dinding. Puisi pertama saya yang dimuat di majalah dinding bertajuk Penjara Abu-Abu Sekolahku,” ungkapnya. Waktu itu ia menganggap sekolahnya yang bercat abu-abu itu sebagai penjara, walaupun ia selalu menjadi bintang kelas.
Tulis menulis adalah dunia Triyanto Triwikromo yang digelutinya sejak duduk di bangku SMP. Kini namanya sudah tak asing di kalangan jurnalistik dan sastra Indonesia. Selain sebagai penulis dan penyair, dia juga dikenal sebagai wartawan sekaligus Wakil Pemimpin Redaksi Harian Suara Merdeka di Semarang, Jawa Tengah.
Tak hanya itu! Dia juga mengajar mata kuliah Penulisan Kreatif, Teknik Jurnalistik, dan Penulisan Kolom di Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.Sebagai sastrawan, Triyanto rajin mengikuti berbagai pertemuan sastra dan teater baik di Indonesia maupun di luar negeri. Antara lain dia mengikuti biennal internasional Utan Kayu Jakarta, Festival para penulis « Wordstorm » di Northern Territory, Darwin, Australia, Festival Gang di Sydney, Australia, residensi sastra di Berlin, Jerman dll.
Sebagai penulis dia sangat produtif dengan hasil yang sama sekali tak mengecewakan.
Cerpennya « Anak-anak Mengasah Pisau » telah menginspirasi beberapa seniman bidang lainnya: lukisan (oleh Yuswantoro Adi), karya seni 3 dimensi (oleh AS Kurnia), musik (oleh Seno), teater (oleh Sosiawan Leak) dan sinetron (oleh sutradara Dedi Setiadi). Beberapa di antaranya bahkan meraih penghargaan. Sebut saja kumpulan cerita pendeknya bertajuk « Ular di Mangkuk Nabi » meraih Penghargaan Sastra 2009 dari Pusat Bahasa (Jakarta). Cerita pendek « Cahaya Sunyi Ibu » menggondol « Anugerah Sastra