Pendekar Silat Denmark Aliran Setia Hati Anoman Tampil Memukau di Kota Horsens
Atraksi pencak silat tersebut merupakan bagian dari acara “Indonesian Bazaar and Cultural Day” yang diselenggarakan oleh KBRI Kopenhagen bekerja sama dengan Dini’s Restaurant dan masyarakat Indonesia di wilayah Jutland, Denmark.
“Tahun ini kami menampilkan pencak silat yang merupakan warisan budaya Indonesia, namun uniknya didalami oleh warga Denmark,” ujar M. Ibnu Said, Duta Besar RI untuk Denmark. ”Acara bazaar dan hari budaya ini juga diselenggarakan untuk memperkuat dan meningkatkan people-to-people contact antara warga Indonesia dan Denmark,” lanjutnya.
Tidak hanya dengan tangan kosong, Martin Sangill dan murid-muridnya juga menunjukkan kebolehannya dengan menggunakan tongkat dan golok. Setiap jurus yang diatraksikan menimbulkan decak kagum penonton yang juga sibuk merekam adegan dengan hand phone.
“Acara seperti ini sangat penting bagi kedua bangsa. Kita dapat saling mengenal dan menperkaya hidup kita dengan budaya lain. Seperti pencak silat sebagai bukti nyata, sebuah warisan budaya Indonesia, tetapi didalami oleh warga Denmark,” ujar Peter Sinding Poulsen, Wakil Pemerintah Kota Horsens.
Martin Sangill sendiri telah mempelajari pencak silat lebih dari 30 tahun sejak tahun 1988. Pada tahun 2012 dia membuka klub pencak silat pertama di Denmark dan memiliki murid-murid warga Denmark.
Selain pencak silat, ditampilkan juga berbagai tarian nusantara mulai alusi au dari Sumatera Utara, Lancang Kuning dari Riau, Lenggang Nyai dan Nandak dari Jakarta, Jaipong dari Jawa Barat, Tanduk Majeng dari Madura, Tenun dan Condong dari Bali, Gantar dari Kalimantan, hingga tari-tarian dari daerah Timur Indonesia, seperti Poco-poco, Maumere, Tobelo, dan Sajojo.
Tidak hanya promosi budaya, berbagai kuliner Indonesia juga diperkenalkan kepada warga setempat. Mulai dari bakso, mie ayam, nasi kuning, rendang, masakan Manado, masakan Bali, kupat tahu Bandung, sate, martabak telur hingga mpek-mpek. Selain itu, berbagai produk makanan Indonesia, seperti kecap, gudeg Bu Tjitro, Sambal Bu Rudi, dan produk-produk P.T. Mayora, seperti kopiko, bengbeng dan coffee joy juga laris manis diminati tidak hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga warga setempat.
Dini Banowati, pemilik restoran Indonesia di kota Horsens yang merupakan satu-satunya restoran Indonesia di Denmark saat ini, mengatakan bahwa acara tersebut tidak hanya bertujuan untuk mempromosikan budaya dan kuliner saja, namun juga merupakan ajang silaturahim yang ditunggu masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di wilayah Jutland.
Sebagai kick off pesta rakyat 17 Agustus nanti, acara ini juga dimeriahkan dengan berbagai permainan tradisional, seperti lomba bawa kelereng untuk anak-anak. Sedangkan bagi orang dewasa mengikuti lomba balap bakiak, memasukkan pulpen ke dalam botol, dan joged jeruk diiringi dangdut, serta lomba membuat lumpia. Lomba-lomba ini tidak hanya diikuti oleh warga Indonesia, namun juga oleh warga setempat.
Tidak ketinggalan, Persatuan Pelajar Indonesia juga ikut memeriahkan dengan menampilkan berbagai lagu-lagu modern Indonesia. Ini juga untuk memperkenalkan bagi warga Denmark bahwa Indonesia tidak hanya memiliki musik tradisional, seperti gamelan atau angklung, namun juga kaya akan berbagai jenis musik, seperti dangdut dan modern.
Rasa haru menyelimuti ketika seluruh WNI yang hadir menyanyikan bersama lagu Tanah Airku dan Kebyar-kebyar sebagai penutup acara.
Kota Horsens terletak di pesisir timur wilayah Jutland, Denmark, atau sekitar 200 kilometer dari ibukota Kopenhagen dan memiliki populasi sebesar 58.646 orang pada tahun 2018. Saat ini terdapat sekitar 800 orang WNI yang menetap di Denmark.
Narasumber: KBRI Kopenhagen