Pijatannya dikenal sebagai pengobatan tradisional asal Indonesia.
Saat dirinya memperdalam ilmu pijat, tak pernah terpikir oleh Ruth Indiathi suatu saat ia akan menjadi salah satu maestro pijat balinais di Paris. Village Balinais yang ia didirikan tahun 2007 yang merupakan salah satu tanda dari kenangannya saat berlibur ke Bali, kini merupakan tempat yang lebih banyak diincar orang khususnya warga prancis, untuk mendapatkan formasi dalam ilmu pijatan, Balinais. Ruth menerangkan baginya penting untuk menyampaikan kepada tamu dan juga orang yang datang untuk mendapatkan formasi atau kerja praktek darinya, bahwa pijatan yang ia perkenalkan adalah untuk kesehatan esprit/jiwa dan tubuh.
Karena bagi wanita yang sebelumnya bekerja menyalurkan keahlian massagenya ini di beberapa hotel dan Spa bintang lima di Paris, saat ia memulai untuk memijat seseorang, biasanya ia akan berbicara terlebih dahulu kepada kliennya apa yang mereka rasakan dan butuhkan dan permasalahan apa yang dirasakan oleh tamunya. Dari situlah Ruth wanita asal Jawa ini, melakukan pijatan agar tubuh yang di massagenya mengalami kontak dengan hasil pijatannya. Ia percaya, pijatan adalah salah satu teknik terapi yang dari segi medikal bahkan sebenarnya sudah dikenal sejak beradab-abad lamanya. Ruth yang memiliki suami seorang Kinesiotherapy, yang juga melakukan terapi tubuh, mengaku hal ini sangat membantunya untuk lebih mengenal lebih dalam sisi tubuh dalam melakukan terapi pijatan.
Sebelum melakukan pijatan, wanita yang namanya dikenal berkat istilah ‘pijat kepala’ yang ia perkenalkan dalam teknik massage di Prancis ini, menyatakan, terlebih dahulu sebelum memijat seorang klien penting baginya, mendengarkan terlebih dahulu, apa yang dibutuhkan oleh orang tersebut. Mendengarkan, tidak hanya dengan telinga namun juga dengan hati, mungkin indra keenam, kita sering menyebutnya. Kadang rasa sakit yang dirasakan seseorang secara fisik, seperti salah seorang tamunya yang mengalami masalah kulit sangat berat, hingga beberapa dokter ahli kulitpun tak bisa menyembuhkan dengan bebagai obat yang diberikan. Pasien ini lalu disarankan agar menemui Ruth, saat menerima pasien ini, dirinya mengaku tak terlalu tahu apa yang harus ia lakukan sebelumnya. Namun, Ruth mencoba mendengarkan cerita kliennya, mencari sisi mana yang membuat klien nya merasakan kegundahan, kesakitan dan masalah yang ia hadapi. Dari situlah, Ruth memulai pijatannya, ia melakukan terapi dengan mengikuti instingnya.
Beberapa waktu kemudian, Ruth mendapatkan telpon dari kliennya yang menyatakan penyakit kulit yang ia derita dan menganggunya, hilang setelah beberapa hari dari terapi pijatan yang ia dapatkan.
“Bukan berarti saya ini seorang dokter atau punya daya penyembuhan magic ya”. Tutur wanita ini sambil tersenyum. Namun justru menurutnya, hal ini membuktikan bahwa pijat adalah memang terbukti sebagai salah satu terapi pengobatan secara alami dari segi kesehatan.
Ruth menambahkan: “Karena itu, saya ingin sekali suatu saat pijat dan pengobatan dari rempah-rempah indonesia yang sebenarnya sudah lama kita kenal, di negara kita diakui sebagai pengobatan warisan nenek moyang Indonesia di luar negeri”.
Maka tak heran jika, Ruth selalu semangat memperkenalkan berbagai teknik pijat indonesia. Seperti massage balinais, yang sudah tidak asing namanya di Prancis, Pijat Kepala atau Pliritan yang kini banyak digemari dan diperkenalkan kepada klien dan juga di sekolahnya, dan masih banyak teknik memijat lainnya yang diperkenalkan olehnya.
Pliritan atau Pijat Kepala sengaja diperkenalkan oleh Ruth dengan nama indonesia, baginya penting, agar asal usul pijat kepala ini nantinya tetap dikenal sebagai massage dari Indonesia. Teknik ini, membuat namanya masuk ke dalam beberapa majalah estetika dan juga diminta untuk berbicara di kongres kecantikan di Paris. Secara profesional ia menerangkan kepada para profesional di dunia massage jika pijat kepala atau di Indonesia malah dikenal dengan nama asing ‘crembath’, adalah salah satu teknik terapi yang sangat berguna bagi kesehatan kulit kepala dan rambut, dan sudah dikenal di Indonesia sejak lama. Tentu saja teknik yang Ruth tawarkan kepada klien dengan waktu 45 menit ini, langsung menjadi nge-trend, karena bagi orang prancis, mereka bisa mendapatkan tiga hal sekaligus dari terapi Pliritan ini. Kesehatan kulit kepala, rambut dan sensasi relaks untuk otot-otot leher hingga pundak. Ruth menambahkan, tak heran jika orang yang rajin melakukan Pliritan, kerap merasa lebih segar, karena pijat kepala memang sangat membantu dalam mengatasi stress.
Lebih dari 18 tahun dirinya berkecimpung dalam dunia pijat, berguru pada guru asal Thailand, India dan Prancis, kini dirinya yang menjadi incaran sebagai guru. Hélène, salah satu murid menyatakan: “Sebelum bertemu Ruth saya belajar pijat di tempat lain, banyak teknik memijat yang saya dapatkan, namun entah mengapa ada sesuatu yang kurang. Hingga saya bertemu Ruth, barulah di sini saya mengetahui lebih dalam jika pijat tidak hanya untuk relaks namun juga sebagai terapi pengobatan”. Hélène menambahkan, “Di Village Balinais ini, saya belajar mendengarkan tubuh, merasakan kontak dari kebutuhan tubuh, karena kadang seorang klien datang dengan keluhan sakit panggung, tapi ketika saya memulai memijat saya bisa merasakan jika pusat masalah adalah di tempat bagian lainnya, dan hal inilah yang saya dapatkan dari Ruth”.
Ruth Indiathi, berharap suatu saat pijat indonesia yang sebenarnya sudah ada sejak abdi ke 7 bisa di kenal sebagai terapi kesehatan di dunia, layaknya pengobatan dari Cina dan India yang sudah mendunia dan di akui secara internasional.
Village Balinais
9, rue de la fontaine au roi.
75011 Paris.
Tel.06 50 20 62 33
http://www.levillagebalinais.com/blog/