Kompetisi Busana Pengantin Padukan Kain Tradisional Indonesia dan Afrika Selatan
“The Beauty of Batik and Seshweshwe: A Collaboration of Creativity in South African Bride Fashion Design,” menjadi tema kompetisi busana pengantin wanita berbahan batik yang diselenggarakan KBRI Pretoria.
Kegiatan yang diselenggarakan bersama Sekolah Tinggi Kejuruan Pretoria Utara (Tshwane North TVET College) ini menampilkan rancangan busana gaun pengantin yang memadukan kain Batik dan kain tradisional Afrika Selatan, Seshweshwe.
Para Mahasiswa selain memperagakan hasil rancangannya juga mempresentasikan karya-karyanya yang dibuat berdasarkan riset mereka mengenai batik dan busana Indonesia pada umumnya.
Hasil karya rancangan para mahasiswa tersebut terinspirasi oleh keragaman budaya Indonesia dan Afrika Selatan, serta hasil perpaduan motif dan filosofi budaya kain batik.
Tampil sebagai juara pertama adalah Petronella Makgeta dengan gaun pengantin batik bermotif Rangrang dan sebagai juara kedua adalah Minicent Rasekgwalo yang menggunakan Batik Betawi.
Duta Besar RI untuk Afrika Selatan, Salman Al Farisi menyatakan, “Kebanggaan para mahasiswa dalam kegiatan ini adalah bukan sekedar berkompetisi, tetapi keberanian untuk memadukan dua budaya yang telah tumbuh berabad-abad di Indonesia dan Afrika Selatan.”
Duta Besar Salman lebih lanjut menambahkan bahwa gaun pengantin yang merupakan paduan Batik dan Seshweshwe tersebut mengandung pesan adanya keharmonisan antara kedua bangsa, Indonesia dan Afrika Selatan, yang saling dukung dan bekerja sama.
Untuk diketahui bahwa selama ini Batik hanya dikenal sebagai pakaian pria di kalangan masyarakat Afrika Selatan dan mempunyai makna historis tersendiri bagi masyarakat Afrika Selatan.
Batik dikenal secara populer oleh masyarakat Afrika Selatan dengan sebutan Madiba Shirt yang merupakan panggilan akrab tokoh pejuang anti aphartheid serta mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, yang selalu mengenakan Batik dalam setiap kesempatan.