Diaspora Indonesia Di Prancis Bergandengan Untuk Semeru
Jauh dari Tanah Air tetap membuat para diaspora Indonesia peduli pada Ibu Pertiwi. Apalagi saat terjadi bencana. Semampunya, para diaspora Indonesia bahu membahu bergerak meringankan beban para korban runtutan bencana di tanah air.
Setelah berhasil menggalang Dana untuk korban bencana Palu 2021 IDN (Indonesian Diaspora Network) United France kembali menggagas malam penggalangan dana bergandengan tangan dengan berbagai
asosiasi franco-ndonesia yang ada di Paris: Pantcha Indera, Joget Nusantara, Sekar
Jagat Indonesia, IKFI, Keluarga Minang Paris, Keroncong Mamboo, PPI Paris,
Sasando dan Pasar Malam.
Gagasan yang langsung disambut hangat oleh masyarakat indonesia maupun Prancis untuk menyumbang sambil menyaksikan keindahan seni budaya Indonesia. Udara dingin Paris dan hujan tak menghalangi masyarakat untuk datang mendukung aksi solidaritas kemanusiaan tersebut. Pengunjung yang datang langsung memenuhi kapasitas maksimal sesuai dengan prokes kotamadya Paris yang juga memberikan pinjaman ruang pertunjukan secara gratis sebagai aksi peduli dan bentuk persahabat Indonesia Ptancis.
Dengan persiapan yang sangat singkat, malam bertajuk “Ensemble pour Semeru”
atau Bersama untuk Semeru mencatat sukses di tengah pandemi yang belum juga berakhir secara tuntas.
Dubes RI untuk Prancis, Monaco dan Andora, Bapak Mohammad Oemar beserta beberapa staf KBRI, hadir di malam penggalangan dana ini yang diawali dengan pemutaran film pendek. Sebuah film yang memperlihatkan penduduk dan suasana di salah satu desa yang hancur lebur akibat letusan gunung Semeru di Jawa Timur.
Penonton juga diajak mendengarkan terlebih dahulu mantera Rumeksa yang dikidungkan secar elok oleh Christophe Moure, dalang kondang Prancis sekaligus guru gemelan. Mantera Rumeksa adalah semacam doa menurut tradisi Jawa untuk meminta perlindungan Gusti Allah dan
alam semesta agar terhindar dari bencana atau hal-hal buruk dalam kehidupan.
Ruangan Jean Dame yang berkapasitas 350 orang pun bergetar penuh kehangatan. Dimulai dengan tarian selamat datang dari Bali “Sesaji”, bergantian para penari baik yang profesional maupun amatir dari berbagai asosiasi naik ke panggung mengajak penonton berkelana ke berbagai daerah di Indonesia. Dari Bali, kita diajak mampir ke Jawa Tengah lewat tarian Rumeksa yang bernuansa budaya Banyumas, berlanjut ke Jawa Timur lewat tari Jaranan atau Jathilan, kemudian ke Sumatera Barat melalui tari “Baju Kurung” dan tari “Piring”. Kemudian ke Jawa Barat lewat tarian Jaipongan yang aduhai, sebelum kembali ke Bali melalui tari Rejang Renteng.
Tanah nusantara memang kaya tradisi, termasuk dalam bidang tarian. Tiap daerah memilik berbagai jenis tari tradisional. Namun tari kontemporer pun berkembang dengan baik di Indonesia. Terbukti dengan tarian kontemporer Kapang yang terinspirasi dari seni tari Bali sekaligus Jogjakarta dan tari Panji Uchrony yang terinspirasi dari kisah epos Panji yang berasal dari Jawa Timur berhasil memukau seluruh hadirin.
Suasana syahdu tercipta saat lagu balada legendaris gubahan Ebit G. Ade “Berita ke pada Seorang Kawan” disenandungkan dengan iringan petikan gitar dan ditemani sajian ulang film suasana desa korban bencana di latar belakang panggung.
Kemeriahan kembali hadir saat para seniman dan seluruh panitia naik ke pangung mengumandangan lagu-lagu pujian pada tanah air “Rayuan Pulau Kelapa” dan “Indonesia Pusaka” mengakhiri malam yang penuh pesona. Rupanya kerinduan mendalam pada tanah air mendorong masyarakat Indonesia yang hadir malam itu secara spontan ikut menyanyikan kedua lagu yang sudah begitu kita kenal.
Malam “Ensemble pour semeru” memperlihatkan bahwa jiwa gotong royong masih mendarah daging dalam jiwa para diaspora Indonesia. Memang tidak salah apabila dalam sebuah angket internasional yang dibuat oleh le World Giving Index, dua kali berturut-turut, tahun 2018 & 2021 masyarakat Indonesia menduduki peringkat pertama kategori masyrakat yang paling murah hati.
Berakhirnya malam “Ensemble poyur Semeru tak berarti penggalangan dana ini
serta merta berhenti. Masih ada kesempatan bagi yang ingin menyumbang dana. Sumbangan secara online masih terbuka. Klik saja tautan berikut ini: https://gofund.me/79ffb3c1.
Naskah : Sita S. Phulpin. Editor : Dini Kusmana Massabuau. Dokumentasi : Heri Setyo dan Lingga Gonsalez
Cinta Tanah Air meskipun jauh di Prancis. Keren
Hebat nih Diaspora Indonesia di Prancis. Salut deh. Lanjutkan
Ikut senang bacanya, luar biasa!