Pesta Musik Di Seluruh Prancis Menandai Datangnya Musim Panas
Di Prancis, seperti di banyak negara 4 musim lainnya, musim panas selalu dinanti-nantikan. Pendapat yang mengatakan bahwa sinar matahari membawa pengaruh baik pada moral kita benar adanya. Pada tubuh kita, sinar matahari menstimulasi produksi beta-endorfin, hormon yang membantu hati kita merasa nyaman, gembira. Memang tidak salah. Saat musim semi dan musim panas orang-orang lebih sumringah.
Tanggal 21 Juni negara-negara di Eropa secara resmi memasuki musim panas. Hari terpanjang dalam setahun di belahan utara bumi kita. Hari di mana sinar matahari berpijar paling lama di Prancis. Terbit pukul sekitar pukul 05.45, kembali ke peraduannya pukul 18.30. Menyambut datangnya musim panas ada tradisi menarik di Prancis. Tiap tanggal 21 Juni rakyat Prancis merayakan Fête de la Musique, Pesta Musik. Dentuman dan dentingan musik terdengar di seluruh penjuru Prancis. Hampir di seluruh pelosok kota-kota di Prancis orang menikmati musik.
Tahun ini tampak istimewa. Selain menginjak usia ke-40 tahun pada Pesta Musik kali ini masyarakat Prancis seolah-olah menemukan kembali kebebasan mereka. Selama pandemi acara Pesta Musik tak bisa digelar secara bebas. Setelah dua tahun merasa terperam demi mengerem lajunya virus covid19, kini mereka bisa menikmati acara-acara konser dengan bebas.
Terasa sekali gairah masyarakat Prancis menyambut pesta musik ini. Apalagi udara sangat cerah. Di mana-mana digelar acara musik, baik kecil-kecilan maupun berskala besar. Di trotoar, square, stasiun metro, stasiun kereta api, gereja, berbagai café dan restoran hampir semua restoran menggelar acara musik. Tak ketinggalan restoran-restoran Indonesia yang ada di Paris.
Lihat saja restoran “Djakarta Bali”. Restoran yang terletak di jantung kota Paris ini menawarkan joget bareng. Ada poco-poco, goyang Maumere dan Sajojo. Seru juga bisa bergoyang ria bersama di jalanan di depan restoran. Terkadang mas Samil, salah satu karyawannya menyumbangkan suaranya yang merdu.
Sedangkan restoran “Indonesia” yang terletak di rue Vaugirard mengundang grup keroncong Mambo untuk memeriahkan Pesta Musik. Grup yang terdiri dari 4 orang ini mengajak masyarakat untuk berkeroncong ria. Penampilan mereka sangat komunikatif. Pejalan kaki berhenti sejenak menyaksikan penampilan mereka. Beberapa di antaranya antusias mengikuti ajakan penyanyi menepuk-nepuk paha dan dada dan mengadu jari tengah dengan ibu jari untuk menghasilkan bunyi mengiringi lagu Naik Delman karya ibu Soed.
Di bagian lain Paris, “Maison de l’Indonésie” atau Rumah Indonesia pimpinan Eka Moncarré ini juga berpartisipasi. Sekelompok mahasiswa Indonesia tampil mendendangkan berbagai lagu pop Indonesia. Ada lagu-lagu lawasnya Koes plus, ada pula lagu-lagu baru.
Sebenarnya kesempatan ini bisa kita jadikan wahana memperkenalkan musik-musik khas Indonesia. Semoga tahun depan ada yang berminat menampilkan musik dangdut. Musik rakyat yang asyik dan cocok untuk bergoyang bersama penuh kegembiraan.
Fête de la Musique dan ekonomi.
Prancis memang jawara dalam hal festival dan pesta. Berbagai hal bisa dijadikan perayaan. Aneka festival, berbagai perayaan digelar tiap tahun. Tak kurang dari 6.000 festival besar maupun kecil digelar tiap tahunnya di mana lebih dari setengahnya merupakan festival musik. Salah satunya adalah Pesta Musik. Penyelenggaraan aneka rupa perayaan itu sebenarnya bukan tanpa alasan. Acara-acara seni budaya tak sekedar sebagai wadah mengekspresikan rasa seni masyarakatnya, tapi juga wadah mengais rejeki bagi masyarakatnya. Festival menggerakkan roda ekonomi, sedangkan ekonomi menggerakkan dunia seni.
Dalam acara Pesta Musik ini misalnya, berbagai sektor diuntungkan. Selain musisi itu sendiri, paling tidak pengusaha persewaan perangkat konser, bar, restoran maupun café meraup untung. Jumlah pengunjung restoran atau café meningkat dibanding hari biasa. Dan bisa dipastikan walaupun acaranya sendiri gratis, mereka yang datang membeli minuman dan bahkan mungkin makanan. Untuk meraih keberhasilan acara Pesta Musik berbagai pemerintah daerah membuat kebijakan menarik. Salah satunya kebijakan transportasi pemerintah daerah Ile-de-France di mana Paris menjadi pusatnya. Agar masyrakat mau mendatangi berbagai acara musik diterapkan tarif murah meriah.
Pada tanggal 21 Juni itu ada tarif tunggal 3,50 euros bagi mereka yang tak berlangganan tiket transportasi mingguan maupun bulanan. Tiket tersebut berlaku dari pukul 17.00 hingga pukul 07.00 keesokan harinya, dan bisa digunakan untuk semua kendaraan umum. Beberapa jalur subway di Paris dan kereta yang menghubungkan dengan berbagai kota sub-urban juga lalu lalang tanpa jeda hingga pagi hari.
Sejarah singkat
Pesta Musik ini tak bisa dilepaskan dari nama Jack Lang, mantan menteri kebudayaan Prancis. Dalam masa jabatannya 1982 – 1986, menteri dalam kabinet François Mitterrand ini mengusulkan gagasan musik untuk rakyat. Kala itu Maurice Fleuret, direktur musik dan tari kementerian kebudayaan Prancis berhasil mengejawantahkannya ke dalam sebuah perayaan di bidang musik. Konsep yang ditawarkan adalah musik ada di mana-mana, untuk semua orang, bisa dinikmati secara gratis. Semua jenis musik, tak peduli bagaimana bunyinya, tanpa mengenal hirarki maupun asalnya bisa tampil. Semuanya bebas didengungkan.
Gagasan tersebut muncul karena berdasarkan angket separuh anak muda Prancis bisa bermain musik. Namun demikian hanya sedikit sekali di antaranya yang bisa manggung bermain musik. Panggung biasanya didominasi oleh para musisi profesional. Dan, pada umumnya acara-acara konser yang diadakan berbayar. Berarti hanya mereka yang punya uang yang bisa menyaksikan pertunjukan musik.
Melihat kenyataan itu, kementerian kebudayaan Prancis ingin mendobrak tradisi elitis tersebut. Paling tidak ada satu hari di mana semua orang bebas unjuk bakat musik mereka tanpa harus melalui seleksi dan berbagai persyaratan yang berbelit. Dan, semua orang bisa menikmati musik tanpa membayar. Maka lahirlah Pesta Musik yang pertama tahun 1982, mengambil momen hari pertama musim panas, 21 Juni.
Tentu saja pesta ini disambut dengan penuh antusias para pecinta musik. Bagi para musisi amatir acara ini bisa menjadi ajang unjuk kemampuan. Siapa tahu bisa jadi jalan menuju ketenaran. Sedangkan bagi penikmat musik, ini kesempatan menikmati aneka konser tanpa mengeluarkan kocek.