Kenalan dengan Grup Tari Iramanda: Tampil Tiga Hari dengan Enerjik di ICAF 2024 Frankfurt

Catatan Aulia Kurnia Hakim

Hi Sobat Surat Dunia, kalau ditanya, kira-kira apa yang bisa menyatukan diaspora Indonesia di luar negeri? Yup, bener banget! Acara yang ada seni budaya dan bazar makanannya! Hehehe! Seperti Indonesia Culture and Arts Festival 2024 yang berlangsung 9-11 Agustus lalu. Event yang berlokasi di Titus Forum kawasan Nordwestzentrum Frankfurt am Main ini, sukses sajikan pengalaman berwisata budaya hingga rasa.

Acara yang digelar Merpati (Merah Putih Sejati) e.V bekerjasama dengan KJRI Frankfurt ini, jadi salah satu event yang ditunggu banyak orang, salah satunya saya. Dua tahun lalu saya jadi bagian dari kemeriahan ini. Namun tahun ini jadi penikmat. Incaran saya buat datang ke acara ini tentu saja menyaksikan ragam kegiatan seni budaya dan wisata kuliner alias berburu makanan Indonesia tentunya. Nah, nanti serba-serbi bazaar akan saya hadirkan di artikel yang berbeda ya hehehe.

Oke kita fokus ke acara utama kalau begitu. Di area hall, ada panggung megah yang jadi sumber tontonan masyarakat yang hadir. Ruangan terasa nyaman dengan AC yang mumpuni. Pokoknya pas buat musim panas. Pada saat saya datang, hiburan Gamelan dari Wacana Budaya hadir sebagai pembuka. Dilanjutkan Angklung dari Mawar Merah Putih Indonesia yang isinya ibu-ibu keren yang datang langsung dari Jakarta. Lalu ada sejumlah hiburan tari dan juga fashion show atau pagelaran busana.

Salah satu pengisi acara yang memberikan warna dalam ICAF 2024 adalah grup tari Iramanda. Selamq tiga hari, mereka membawakan sejumlah tarian, di antaranya tarian Ronggeng Nyentrik asal Jawa Barat yang enerjik. Tarian ini membuat hadirin juga turut bersuka cita.

Menurut Ashleika Adelea, penanggungjawab grup tari Iramanda sebut kalau keikutsertaannya dalam ICAF adalah karena antusiasme masyarakat Jerman pada event budaya Indonesia.

”Tahun 2022 kami pernah mengikuti acara IFF yang juga diselenggarakan oleh KJRI Frankfurt dan Merpati e.V. Saat itu antusiasme warga lokal Jerman terhadap acara tersebut sangat melebihi ekspektasi grup kami, sehingga di tahun 2024 ini kami tidak mau menyia-nyiakan kesempatan baik ini untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke masyarakat di sini”.

Di acara ICAF ini, Iramanda menari 8 kali. Terdiri dari total 9 penari, mereka sejak awal menentukan terlebih dahulu tarian-tarian yang akan tampilkan. Biasanya masing-masing tarian terdiri dari 2-4 personil. Terkait latihan, ternyata punya cara tidak biasa dalam menyatukan para personil.

“Untuk persiapannya, sebenarnya grup kami cukup unik karena sekalipun basis utama kami di Frankfurt, namun sebetulnya anggota grup kami tinggal di berbagai kota bahkan negara bagian yang berbeda di seluruh Jerman dan dengan latar belakang serta kesibukan yang beraneka ragam. Sehingga cara latihan yang paling efektif selama persiapan adalah dengan membuat tutorial gerakan secara mendetil dan dipelajari oleh masing-masing personil secara mandiri. Lalu berkala masing-masing personil akan mengirimkan video progress latihan mereka dan akan dievaluasi secara online”, tambah Ashleika.
Wah, menarik ya!

Fyi nih, Iramanda ternyata sudah hadir dari tahun 2018 yang terdiri dari srjumlah WNI yang berdomisili di Frankfurt dan sekitar. Meski sempat vakum karena pandemi, ternyata mereka menemukan potensi bahwa menari tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap muka, tapi juga secara online. Akhirnya Iramamda pun mulai terhubung dengan personil lain dari berbagai kota di seluruh Jerman dan menerapkan latihan online sebagai bagian dari proses latihan rutin sampai saat ini.

Nah selain Iramanda, salah satu yang juga mengisi tiga hari sekaligus menjadi bintang yang ditunggu adalah Reog dan Janthilan asal Jawa Timur. Tim Reog bantuan dari PLN dan Pemerintah Kabupaten Ponorogo ini diundang secara langsung oleh panitia lantaran aksinya yang unik dan dua tahun lalu juga jadi buah bibir para penonton yang hadir.

Jofi Puspa yang merupakan ketua Merpati e.V tambahkan, Reog kembali diundang untuk membantu Pemkab Ponorogo terkait upaya pendaftaran mereka ke UNESCO, “kita ingin mempromosikan Reog supaya pendaftaran mereka di UNESCO segera disetujui, jadi kita bantu pemerintah (kabupaten) Ponorogo agar segera Reog diakui“.

Rupanya tidak hanya menari dan menghibur, tim Reog juga mempersilakan warga untuk naik berfoto di atas kepala Barong. Ternyata banyak loh yang penasaran. Waduh, kalau buat saya yang takut ketinggian, mending foto dari samping. lalu melipir ke Bazaar makanan deh hehehe.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *