KBRI Papua Nugini Dorong Pembelajaran Bahasa Indonesia Lewat Siaran Radio Maria

Minat warga negara di Papua Nugini untuk mempelajari Bahasa Indonesia ternyata cukup tinggi. Karena itu KBRI di Port Moresby, Papua Nugini (PNG), melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) RI meluncurkan Program Penyiaran Bahasa Indonesia melalui Radio Maria yang disiarkan ulang oleh sepuluh radio di 10 kota di Papua Nugini guna menjangkau area-area besar di negara tersebut.

Atdikbud RI di Port Moresby, Chaerun Anwar, dalam peluncuran perdana menyepakati kerja sama dengan  Direktur Radio Maria PNG di Port Moresby, Martin We-En. Atdikbud Chaerun mengakui, kerja sama ini strategis karena siaran Radio Maria dan siar ulangnya dapat menjangkau pelosok negeri Papua Nugini yang luas.

“Siaran ini juga bisa diakses oleh lebih dari 110 ribu murid dan mahasiswa secara gratis. Program Bahasa Indonesia disiarkan pada hari kerja Senin sampai Jumat, pukul 11 sampai 12 siang waktu setempat,” ucap Atdikbud Chaerun yang mengakui dirinya juga aktif menjadi penyiar tetap pada program ini. “Radio Maria melayani kurang lebih satu juta pendengar di seluruh Papua Nugini dan Kepulauan Solomon.”

Radio Maria dipilih sebagai mitra karena mempunyai jaringan penyiaran yang luas. Program Penyiaran Bahasa Indonesia sendiri berdurasi 60 menit dan terbagi dalam empat segmen, yaitu Mari Bicara Bahasa Indonesia, Mari Menyanyi Lagu Indonesia, Mari Mengenal Provinsi di Indonesia, dan Mari Belajar di Indonesia.

Selain itu, sejumlah Guru Lokal Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) juga bertugas menjadi penyiar, yaitu Lasera Siinari, Tony Kaufa, Mark Ah Chee, Henry Jimmy, John Bare, dan Peter Baundi. “Mereka secara bergantian mengisi acara. Sementara itu, narasumber tamu akan dihadirkan dalam format acara sesuai topik dan bahasan siaran setiap minggunya,” tutur Atdikbud Chaerun. “Terdapat 852 orang pemelajar Bahasa Indonesia yang saat ini tercatat aktif di kampus, sekolah, dan Bahasa Indonesia Learning Centre (BLC).”

Sepuluh kota besar di PNG dan Kepulauan Solomon yang mendapatkan relai program ini, adalah Port Moresby, Vanimo, Goroka, Wewak, Lae, Rabaul, Aitape, Alotau, Jiwaka, Honiara, dan Bougainville. Radio Maria Papua Nugini merupakan Radio Katolik Nonkomersial yang merupakan anggota dari Radio Maria Sedunia yang aktif di 70 negara dengan kantor pusat di Arcellasco d’Erba, Milan, Italia.

Adapun kesepuluh frekuensi radio yang menyiarkan program, adalah 1) Archdiocese of Port Moresby 103.5 FM; 2) Diocese of Alotau 92.9 FM; 3) Archdiocese of Rabaul 91.3 FM; 4) Diocese of Kimbe 103.1 FM; 5) Archdiocese of Mt. Hagen 98.1 FM; 6) Diocese of Mendi 103.1 FM; 7) Diocese of Lae 103.7 FM; 8) Diocese of Wewak 103.5 FM; 9) Diocese of Aitape 92.9 FM; dan 10) Diocese of Vanimo 91.5 FM.

Bahasa Indonesia Dipelajari di Sejumlah Perguruan Tinggi Papua Nugini

Atdikbud Chaerun mengatakan, Bahasa Indonesia juga dipelajari di beberapa perguruan tinggi di Papua Nugini, “Secara formal, pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan di University of Goroka (UoG), University of Papua New Guinea (UPNG), Asia Pacific Institute of Applied Social Economic and Technical Studies (APIASETS), St. Joseph International College, dan Lae Secondary School Lae-Moreobe.”

Secara non formal, dilanjutkan Chaerun, pembelajaran Bahasa dan Budaya Indonesia dilaksanakan di KBRI Port Moresby, Bahasa Indonesia Learning Centre (BLC), dengan cabang-cabang pelaksanaan di BLC Josephnesia Mc Gregorr Police Barrack 9 Mile NCD, BLC Saraga 6 Mile NCD, BLC 5 Mile NCD, BLC Bush Wara, dan BLC Kereva Goldie Central Province.

Pembelajaran melalui Siaran Radio Dorong Minat Belajar Bahasa Indonesia di Papua Nugini

Seiring pembatasan berskala besar (hard restriction dan soft restriction) oleh pemerintah pusat dan provinsi di Papua Nugini dalam rangka mitigasi penyebaran Covid-19, perluasan akses dan tempat belajar Bahasa Indonesia turut mengalami kendala signifikan.

“Pembelajaran di dalam kelas mendapat kendala serius dan tingkat kehadiran pemelajar di pusat layanan belajar bahasa berkurang,” ucap Atdikbud Chaerun. Namun, di sisi lain, lanjut dia, pemelajar Bahasa Indonesia masih tetap menghubungi KBRI untuk mencari informasi terkait pembukaan kembali kelas Bahasa Indonesia di KBRI Port Moresby. “Permintaan untuk pembukaan belajar bahasa pun berdatangan seiring minat yang semakin luas di kalangan masyarakat pelajar di PNG. Namun, pembukaan kelas baru terkendala ketersediaan tenaga pengajar di PNG dan adanya pembatasan berkumpul.”

Diakui Chaerun, kemampuan KBRI dan BLC dalam menampung peserta belajar, terbatas. “Untuk itu, perlu program yang dapat menjangkau pemirsa Papua Nugini secara massal dan mudah diakses,” ucap Chaerun. Pembelajaran melalui siaran radio, menurut Chaerun, dipandang efektif karena sekaligus merupakam metode belajar yang dipakai Departemen Pendidikan Papua Nugini PNG dalam masa tanggap darurat Covid-19, ketika para pelajar dirumahkan dalam pembatasan berskala besar di PNG baru-baru ini.

Ditambahkan Chaerun, pemirsa radio yang setia mengikuti program belajar juga akan diapresiasi dengan sertifikat partisipasi usai mengikuti program penyiaran. “Bisa mendaftarkan diri pada kantor Atase Pendidikan melalui surel atau WhatsApp,” ucap Chaerun. “Ujian hasil belajar juga akan dilaksanakan di beberapa tempat yang telah ditunjuk di satuan pendidikan atau BLC melalui pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan kantor pos.”

Program Penyiaran Bahasa Indonesia melalui Radio Maria didukung  dengan bahan siaran dan konsultansi dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. “Harapannya, program ini dapat lebih memperluas cakupan peserta belajar dan memopulerkan bahasa Indonesia di Papua Nugini khususnya dan wilayah Pasifik pada umumnya,” tutup Atdikbud Chaerun.  

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *