Promosi dan Edukasi Batik di San Francisco Kuatkan Pemahaman Identitas Budaya Indonesia

Sebagai salah satu bagian dari berbagai kegiatan untuk memperingati 75 tahun hubungan bilateral Indonesia – Amerika Serikat (AS), dan terus memperkuat nation branding melalui diplomasi budaya, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) San Francisco bekerja sama dengan berbagai mitra kerjanya, telah menggelar 3 (tiga) rangkaian kegiatan promosi, edukasi dan loka karya batik secara terpadu pada bulan September 2024 di San Francisco Bay Area, California. 

Kegiatan pertama, dilaksanakan dalam bentuk presentasi dan demonstrasi pembuatan batik tulis di sela-sela acara Resepsi Diplomatik dan Promosi Terpadu di Palace of Fine Arts, San Francisco (13 September), yang dihadiri setidaknya 500 orang peserta asing dari korps diplomatik, pemerintah federal dan lokal, komunitas seni, para pengusaha AS dan diaspora Indonesia, akademisi maupun sahabat Indonesia asing lainnya.

Kegiatan kedua, dikemas dalam bentuk edukasi dan lokakarya batik bertajuk “Timeless Art of Indonesia Batik: Fabric Dyeing Workshop”, di Wisma Indonesia, San Francisco (21 September), yang dihadiri oleh banyak komunitas pasangan diplomat asing dan perwakilan organisasi nirlaba bergerak di bidang riset budaya negara-negara Asia. Kegiatan ini merupakan kerja sama antara KJRI San Francisco dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP), dan mengundang Legion of San Francisco Consular Corps (LFCC), dengan mengambil tema “Timeless Art Batik of Indonesia”. 

Kegiatan selanjutnya, yakni edukasi dan lokakarya batik yang mengangkat tema: A Centuries Old Textile Tradition: Batik of Java di University of California Berkeley/UC Berkeley (23 September), yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan di Berkeley dan San Francisco Bay Area, seperti seniman, mahasiswa lokal dan asing, serta akademisi dari berbagai kampus sekitar. Loka karya ini digagas bersama oleh KJRI San Francisco dengan Center for Southeast Asia Study – UC Berkeley.

Dalam rangkaian kegiatan batik tersebut, KJRI San Francisco melibatkan The Language of Cloth, sebuah organisasi nirlaba lokal San Francisco besutan seniman lokal ternama Daniel Gundlach, yang pernah malang melintang ke wilayah Asia Tenggara untuk mendalami seni lukis kain tradisional dan batik khususnya di Indonesia. KJRI San Francisco tersebut juga mendatangkan langsung Ny. Dalmini, seorang ahli sekaligus perajin batik tulis asal Desa Kebon, Klaten, Jawa Tengah. Melalui berbagai kegiatan batik tersebut, dijelaskan filosofi dan sejarah perkembangan batik Indonesia, pemakaiannya dan informasi mengenai berbagai jenis motif, di antaranya motif parang dengan warna biru indigo yang dalam dihasilkan dari fermentasi daun tanaman indigofera yang melambangkan semangat perjuangan. Ada pula yang ditampilkan yakni batik dengan motif kawung dengan pola simetris dan tertata, dengan warna coklat dan krem yang bersumber dari alam yakni biji dan kulit pohon tertentu. Terdapat pula motif flora dan fauna yang dapat dilihat dari gambar dedaunan, burung, dan bunga di atas kain, yang merefleksikan relasi alam dalam sebuah batik. Proses pembuatannya pun yang melalui berbagai tahap dan berulang-ulang dalam pewarnaan, memberikan kesan kagum bagi peserta asing lokakarya di acara tersebut.

Konjen RI San Francisco, Prasetyo Hadi, mengatakan bahwa acara promosi, edukasi, dan lokakarya batik ini merupakan bagian dari program seni budaya kreatif KJRI San Francisco untuk semakin mengangkat identitas bangsa Indonesia beserta nilai kearifan lokalnya yang terekfleksi melalui setiap kain batik yang dipertunjukkan. “Sebagaimana kain tradisional Indonesia lainnya, upaya ini diharapkan dapat semakin mendekatkan masyarakat AS ke Indonesia melalui terciptanya pemahaman utuh tentang keragaman budaya Indonesia, khususnya dalam aspek filosofis, historis dan sosiologis batik tulis”, tambah Prasetyo Hadi.

Sambutan hangat dan meriah pun muncul dari mitra kerja dan peserta yang hadir di rangkaian kegiatan tersebut. Selama sesi lokakarya di UC Berkeley misalnya, peserta lokal AS dan asing yang hadir terlihat terpukau saat mempelajari proses pembuatan batik tulis, yang menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan seperti bahan pewarna alami dari daun kering, kayu, dan sebagainya. Dr. Lisandro Claudio, Direktur Center for Southeast Asia Study UC Berkeley, menyatakan “Para peserta sangat tertarik untuk memahami teknik membuat batik tulis yang berbeda. Melalui kegiatan ini peserta tidak saja dapat memperoleh pemahaman utuh tentang batik tetapi juga pengetahuan tekstil Indonesia yang benar-benar merepresentasikan sebuah tradisi yang telah dimulai sejak ratusan tahun lalu dan masih berlanjut hingga saat ini.”

Dalam beberapa tahun terakhir, KJRI San Francisco secara berkesinambungan mengintegrasikan berbagai potensi ekonomi dan budaya kreatif ke dalam program promosi agar terus meningkatkan citra dan ketertarikan mitra lokal AS dan asing terhadap Indonesia. Hal tersebut diharapkan akan semakin membuka peluang peningkatan devisa negara dari pengembangan industri ekonomi kreatif. Konsul Penerangan Sosial Budaya, Mahmudin Nur Al-Gozaly, mengemukakan sebagaimana program edukasi dan promosi lainnya, promosi dan edukasi melalui batik ini dinilai memiliki magnitude yang besar bagi publik lokal dan asing di wilayah kerja mengingat batik telah ditetapkan oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009 sebagai a masterpiece of oral and intangible cultural heritage of humanity. Upaya tersebut diharapkan dapat terus membantu meningkatkan daya tarik budaya dan pariwisata dan ekonomi nasional Indonesia di mata internasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *