Bedah Buku Dunia Barat dan Islam: Cahaya di Cakrawala Karya Dr. Sudibyo Markus

Bedah buku karangan Dr. Sudibyo Markus dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal RI di Frankfurt secara daring pada hari Rabu (10/02).

Hadir sebagai penanggap adalah adalah Dr. Martin Lukito Sinaga, Dosen di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi/STFT Jakarta serta Habiburrahman El Shirazy, penulis buku Ayat-Ayat Cinta sekaligus mahasiswa S3 di Leipzig. Bertindak sebagai moderator adalah Hamzah Fansury, Ketua Majelis Seni dan Budaya Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jerman Raya.

Konsul Jenderal RI di Frankfurt, Acep Somantri, dalam sambutan pembuka menyampaikan bahwa perbedaan pendapat, perbedaan keyakinan memang sudah ada sejak dimulainya sejarah manusia, namun kita percaya bahwa Tuhan menciptakan bumi dan manusia adalah untuk perdamaian dan harmoni. Lebih lanjut Konsul Jenderal mengatakan, bahwa “Kita harus mensyukuri keberagaman kita sebagai anugerah Tuhan dan menjadikannya sebagai satu kekuatan yang mempersatukan bangsa Indonesia dan juga seluruh bangsa di dunia”.

Direktur Diplomasi Publik, Yusron B. Ambarri turut hadir sebagai perwakilan dari Kementerian Luar Negeri. Dalam sambutannya beliau menyampaikan bahwa Kementerian Luar Negeri telah mencanangkan Diplomasi Total untuk menjawab tantangan dunia pasca peristiwa 9/11. Beliau mengatakan ‘‘Diplomasi tidak hanya dapat dijalankan oleh Pemerintah tetapi juga harus melibatkan aktor-aktor non-negara. Melalui Diplomasi Total, aset kekayaan Indonesia terutama budaya, bahasa, agama dan filosofi negara seperti demokrasi dan Pancasila mulai dimanfaatkan secara sistematis dan komprehensif untuk kepentingan nasional.‘‘

Buku Dunia Barat dan Islam: Cahaya di Cakrawala adalah versi update dari buku Dr. Sudibyo yang berjudul Konsili Vatikan II, Satu Pembaharuan Sikap Gereja Terhadap Islam yang terbit pada tahun 1978. Dalam buku terbarunya ini, Dr. Sudibyo menjelaskan 4 peristiwa penting yaitu The Crusades or the Holy War (1095-1297), The Second Vatican Council (1962-1965), An Open Letter ‘’Kalimantun Sawa‘‘ (A Common Word Between Us and You (2007)) dan The Agenda for Humanity (2016). Keempat peristiwa penting ini kemudian menjadi milestone yang mendorong umat manusia menjadi lebih modern dan toleran, khususnya komunitas keagamaan ke arah perdamaian. Pesan utama dari peristiwa-peristiwa penting tersebut adalah semua kongregasi keagamaan harus bisa mentransformasikan diri sebagai instrumen perdamaian.

Diskusi berlansung dengan meriah dan seru. Sebanyak 100 peserta yang berasal dari Jerman maupun Indonesia mengikuti Diskusi Reboan yang diselenggarakan secara daring tersebut. Di akhir acara, KJRI Frankfurt mengadakan kuis berhadiah buku Dr. Sudibyo tersebut kepada 5 orang pemenang yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Acara ini terselenggara berkat kerja sama KJRI Frankfurt, PCIM se-Eropa, PERMIF, SELINDO, Masyarakat Muslim Indonesia e.V., dan PPI Jerman.

Wilayah Kerja KJRI Frankfurt mencakup enam negara bagian yang terletak di sebelah selatan Jerman yaitu Hesse, Baden Württemberg, North Rhine Westphalia, Bavaria, Rhineland Palatinate dan Saarland. Jumlah WNI di wilayah kerja KJRI Frankfurt tercatat 14.200 orang. Ini merupakan jumlah terbesar di wilayah Eropa setelah Belanda dan Inggris.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *