Keramahtamahan Orang Indonesia yang Menakjubkan Dimata Seorang Dosen Rusia

Dr. Victor A. Pogadaev – Moskow

Setiap kali saya datang ke Indonesia, maka semakin yakin bagaimana orang Indonesia ramah tamah. Bangsa yang cerdas. terkendali dalam perilaku, tulus, rendah hati dan disiplin, ceria, ramah dan murah senyum. 

Saya berhak menilai hal ini, karena saya mengenal orang Indonesia waktu saya masih belajar di Universitas Negeri Moskow dan terutama pada tahun 1977-1982 ketika saya sebagai seorang staf Kedutaan Besar Uni Sovyet pertama kali menginjakkan kaki di tanah yang ramah ini. Kesan pertama itu kemudian terbukti selama beberapa kunjungan saya ke Banda Aceh, Medan, Sumatra Barat, dan Yogyakarta. 

Di Banda Aceh pada tahun 2013 saya ikut serta dalam peluncuran antologi puisi “Secangkir Kopi” dalam mana termuat puisi saya “Aroma Kopi yang Kugemari”. Di situ saya menerima sambutan hangat dan mendapat banyak teman baru, termasuk dua editor buku itu Fikar W. Eda dan Salman Yoga S serta penyair D. Kemalawati dan L.K. Ara. 

Salman Yoga S., saya dan buku Secangkir Kopi

Pada tahun 2017 saya mengunjungi Banda Aceh lagi  ditemani oleh istri dan cucu lelaki untuk menyertai puluncuran antologi puisi lain yaitu ”Pasie Karam”: di dalamnya ada tiga sajak saya “Tsunami Jangan Berulang lagi”, “Renungan di Pulau Subar Darat”, “Kuala Lumpur”. Kami juga diberi peluang melihat beberapa tempat yang menarik termasuk Masjid Raya Baiturrahman yang indah itu, Komplek Taman Ghairah, Museum Sejarah Aceh, Museum Tsunami Aceh, Makam Sultan Iskandar Muda, Museum sastrawan Ali Hasyimi dan berbagai macam situs peninggalan sejarah.

Bersama penyair Aceh L.K. Ara
Bersama para peserta peluncuran buku ”Pasie Karam”

Dalam Festival Puisi (20-22/11:2009) di Medan saya hadir atas undangan penyair dan dramawan Afrion untuk mengambil bagian. Selain daripada deklamasi puisi, ( deklamasi adalah seni membacakan puisi atau teks dengan ekspresi dan intonasi yang kuat untuk menyampaikan pesan dan emosi dari karya tersebut) saya juga mempresentasikan makalah “Perkembangan Puisi di Rusia”. Berkat keramahan para penganjur dalam rangka Festival itu saya sempat mengunjungi danau Toba. 


Di Pulau Samosir bersama para peserta Festival Puisi

Di Sumatra Barat saya berkesempatan untuk hadir diberbagai acara. Pada tahun 2012 di Padang sebagai peserta Seminar Internasional “Melacak Identitas Kultural Melayu Melalui Sastra, Budaya dan Sejarah” (16-18 Maret) dengan makalah “Taufiq Ismail: Penyambung Lidah Orang Miskin dan Tertindas”. Dalam rangka seminar, saya dan rombongan mengunjungi Rumah Puisi Taufiq Ismail. Kami sangat beruntung karena penyair yang tersohor itu ada di kediamannya saat itu dan kami diberi kesempatan untuk berbincang, beliau menceritakan berbagai aktivitasnya.

Di seminar “Melacak Identitas Kultural Melayu Melalui Sastra, Budaya dan Sejarah”
Bersama Taufiq Ismail. Kita membaca sebuah puisinya dalam bahasa Indonesia dan terjemahan ke bahasa Rusia

Pada 7-9 November tahun 2018 saya diundang ke “Festival Puisi Sawahlunto” di Batu Runcing. Festival itu  menghimpun 65 penyair, antara lain dari Jakarta, Pekanbaru, Bali, Riau, Indramayu, Jambi, Depok, Cilacap, Bogor, Pontianak, Bukittinggi, Bekasi, Modjokerto, Kudus, Padang (Sarifuddin Arifin, Muhammad Ibrahim Ilyas, Eddy Pramduane), Aceh, dan kota serta provinsi lainnya di Indonesia. Di antara peserta asing terdapat penyair dari Malaysia Yassin Salleh, Brenda Doretni Zurupin, Kamal Bukhari, dari Singapura – Kamin Abbas. Penduduk setempat bersikap sangat hangat dan ramah terhadap kami. 

Bersama dengan para peserta Festival Puisi Sawahlunti

“Festival Literasi Minangkabau” yang saya ikuti pada tahun 2023 adalah pengalaman yang sangat menakjubkan. Para peserta disambut dengan meriah dan ramah, dan ini terjadi dimanapun kami berada. Senyuman selalu menghiasi wajah orang yang kami temui. Penyelenggara Festival adalah penyair Sastri Bakri, dialah yang membuat semua acara agar terasa nyaman dan para tamu merasa seperti di rumah sendiri. 

Sambutann di bandara

Yogyakarta juga menjadi tempat di mana saya merasa sangat nyaman. Semuanya berkat keramahtamahan pelukis terkenal Kartika Affandi yang menjadi sahabat baik saya. Di Yogyakarta saya berada untuk beberapa waktu, pada 19-30 November 2022 dan 17-21 Juli 2023. Selain Ibu Kartika sebagai orang dekat, saya memiliki beberapa sahabat di Yogyakarta antara lain Prof Koentjoro dari Universitas Gajah Mada dengan siapa saya berkenalan melalui Internet pada tahun 2021. Beliau segera datang menemui saya di hotel ketika saya menelponnya, dan mengusulkan membawa saya keesokan harinya di sekitar Yogyakarta dengan mobilnya.  Kita mengunjungi banyak tempat yang menarik termasuk Pantai Parangtritis yang katanya adalah tempat di mana terdapat gerbang menuju Kerajaan Kanjeng Ratu Kidul. 

Bersama Prof. Koentjoro

Sahabat lain di Yogyakarta adalah Guntur dengan siapa saya berkenalan melalui Muhammad Ridho yang pernah mengunjungi Moskow pada Juni 2002 dan kini belajar di sebuah Institut di St. Petersburg. Guntur memberi banyak perhatian kepada saya,menunjukkan beberapa candi kepada saya, termasuk candi Prambanan dan mentraktir saya dengan masakan khas Yogyakarta.

Di restoran dengan Guntur dan istrinya

Seorang penyair yang karyanya pernah saya terjemahkan ke bahasa Rusia yaitu Evi Idawati juga menyambut saya dengan hangat di Yogyakarta. Dia menceritakan tentang kegiatan kepenyairannya dan menghadiahkan beberapa buku barunya kepada saya. Saya berjanji bahwa buku itu akan saya serahkan ke Perpustakaan Negara Rusia di mana setiap orang yang berminat kepada sastra Indonesia bisa meminjamnya. 

Dengan Evi Idawati di Yogyakarta

Saya berusaha membalas budi orang Indonesia dengan keramahtamahan khas Rusia juga. Ketika pada 11 Oktober 2023 saya tiba-tiba berjumpa dengan Muhammad Ridho di Universitas MGIMO di mana saya mengajar bahasa Indonesia maka saya mengundangnya untuk makan malam di rumah saya. Pada hari berikutnya kita berjumpa lagi dan saya membawanya ke Museum Seni Halus A. S. Pushkin.

Dengan Muhammad Ridho di rumah saya di Moskow

Peribahasa Indonesia berbunyi “tak kenal maka tak sayang”. Semakin banyak kita berkenalan satu sama lain semakin erat persahabatan kita. Katanya persahabatan adalah ketika anda memegang tangan seseorang dan merasakan hatinya. Keramahtamahan dan persahabatan antara orang adalah kunci hubungan persahabatan antar negara. Hubungan seperti itu berkembang antara Indonesia dan Rusia selama 75 tahun dan saya harap hal ini akan terus bekelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *