80 Tahun Mengajar Bahasa Indonesis Di Rusia

Dr. Victor A. Pogadaev

September nanti, Rusia akan merayakan ulang tahun ke-137 kelahiran Lyudmila Aleksandrovna Mervart, pendiri studi bahasa Indonesia di Rusia, dan ulang tahun ke-80 dimulainya pengajaran bahasa Indonesia.

Lyudmila Mervart lahir pada tanggal 6 September 1888 di St. Petersburg dalam keluarga dokter terkenal Alexander Mikhailovich Levin, yang pergi ke India pada tahun 1897 untuk memerangi wabah pes.

Pada tahun 1910, beliau lulus dari Kursus Wanita Tinggi (Bestuzhev), dan pada tahun 1911 dari Fakultas Oriental Universitas St. Petersburg. Pada tahun 1914-1918, bersama suaminya Alexander Mervart, beliau berpartisipasi dalam ekspedisi ke India dan Ceylon yang diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan. Pada tahun 1924, sesudah kembali ke Petrograd melalui British Malaya, beliau, seperti suaminya, menjadi karyawan Museum Antropologi dan Etnografi, mempelajari budaya Indonesia secara intensif. Pada tahun 1927, beliau belajar bahasa Indonesia di Prancis dan Belanda.

“Suara Kerbau: Lagu Rakata Melayu (Indonesia)” (1961)

Sayangnya, awal tahun 1930 ternyata tragis baginya. Pada bulan Oktober, beliau ditangkap dan diasingkan dalam apa yang disebut “kasus akademis” yang direkayasa oleh otoritas keamanan negara terhadap sekelompok cendekiawan dari Akademi Ilmu Pengetahuan dan sejarawan lokal pada tahun 1929-1931 di Leningrad, tempat Akademi Ilmu Pengetahuan Uni Soviet berada hingga tahun 1934. Para ilmuwan tersebut dituduh menciptakan “organisasi kontra-revolusioner monarki”. Ratusan dari mereka dipecat dari pekerjaan mereka, sekitar 150 orang ditangkap, beberapa di antaranya dijatuhi hukuman penjara dan pengasingan, bahkan eksekusi. “Kasus akademis” tersebut menyebabkan kerusakan pada ilmu sejarah di Uni Soviet: kelangsungan pelatihan personel terputus, pekerjaan penelitian terhenti selama beberapa tahun, dan penelitian tentang sejarah gereja, kaum bangsawan, dan kaum borjuis dilarang.

“Bidasari. Dongeng Indonesia” (1967)

Sejarawan Soviet menjadi alat yang patuh dari mesin propaganda Soviet. Suami Lyudmila, yang juga ditangkap dan diasingkan ke kamp, meninggal dalam tahanan pada tahun 1932. Lyudmila direhabilitasi dan dibebaskan pada tahun 1935. Namun, pengasingan tersebut tidak mematahkan tekadnya.

Beliau terus melakukan penelitian selama pengasingan, sehingga pada bulan Mei 1936 dianugerahi gelar Doktor Ilmu Sosial dan Filologi. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pada bulan September 1945, ia menyelenggarakan pengajaran bahasa Indonesia yang saat itu disebut seperti bahasa Melayu di Institut Militer Bahasa Asing, dan kemudian di Institut Studi Oriental Moskow dan Institut Hubungan Internasional Negara Moskow (1949-1958), melatih sejumlah besar orientalis dan menerbitkan sejumlah manual tentang bahasa dan sastra Indonesia. Lyudmila juga bekerja di Penerbitan Negara Kamus Asing dan Nasional (1944), dan terlibat dalam kegiatan penerjemahan.

“Sri Rama. Ramayana Indonesia” (1961)

Beliau menerbitkan karya pertama di Rusia, “Teater Melayu” (1929), kumpulan contoh sastra Indonesia (1951), terjemahan hikayat “Sri Rama. Ramayana Indonesia” (1961), dan “Sang Boma” (1973), dan mempersiapkan penerbitan buku “Dongeng dan Legenda Sulawesi Selatan” (1958), “Suara Kerbau: Lagu Rakata Melayu (Indonesia)” (1961), “Bidasari. Dongeng Indonesia” (1967) dan hingga hari terakhir hidupnya (9 September 1965) beliau menyusun kamus, yang sayangnya tidak pernah diterbitkan.

“Sang Boma” (1973)
“Dongeng dan Legenda Sulawesi Selatan” (1958)

Tentu saja, meninggalnya Lyudmila Alexandrovna merupakan kehilangan yang berat bagi semua sahabat dan muridnya serta studi Indonesia secara keseluruhan. Namun, karyanya sangat dihargai: beliau terpilih sebagai Anggota Kehormatan Institut Antropologi Internasional (Prancis) dan Anggota Koresponden Institut Linguistik, Studi Regional, dan Etnografi Kerajaan (Belanda). Dan tentu saja, setiap orang yang terus terlibat dalam studi Indonesia sekarang tidak melupakan jasanya, menyelenggarakan konferensi dan simposium tentang kehidupan dan aktivitasnya, menerbitkan artikel memoar tentang pendiri studi Indonesia yang tak terlupakan ini di Rusia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *