Indonesia Street Festival 2025: Sajikan Seni dan Wisata Rasa khas Indonesia di Frankfurt

Ollie
Catatan Aulia Kurnia Hakim-Jerman

Halo Sobat Surat Dunia, buat diaspora yang kangen Indonesia hayuk merapat!

Nah, Minggu 14 September 2025 saya berkesempatan menghadiri Indonesia Street Festival 2025. Acara yang berlangsung sejak Sabtu 13 September ini digelar di kawasan Bockenheimer Warte, Frankfurt am Main, Jerman. Di kawasan outdoor yang dekat area niaga dan kampus Goethe Uni Frankfurt tersebut, lebih dari 10 stan menyebar dengan apik menjajakan ragam kuliner khas Indonesia, mulai dari makanan berat seperti nasi padang-nasi kuning; sampai dengan yang ringan seperti cilok, batagor siomay sampai dengan kue-kue jajanan pasar. Selain itu juga ada stan kopi favorit aku di Jerman, apalagi kalau bukan Meramanis. Mantap kan??

Festival yang bertajuk geschmarkt triff groove, yang artinya “rasa bertemu dengan irama” ini dimulai pukul 11.00 sampai 18.00. Acara ini diselenggarakan oleh MERPATI e.V atau Merah Putih Sejati eingetragener Verein (organisasi) dan didukung oleh KJRI Frankfurt. Indonesia Street Festival ini terbuka gratis buat pengunjung, tapi yaa kalau mau makan yaaa kudu bayar hehehe. Harganya pun bervariasi, mulai dari 2 euro atau sekitar 37000 rupiah untuk gorengan hehe.

Sebenarnya, festival sudah dimulai sejak hari Sabtu 13 September. Namun karena paginya hujan dan ada kesibukan yang bikin saya baru sempat datang di hari kedua yang kata ramalan cuaca, hari Minggu lebih cerah. Alhamdulillah nyaris sepanjang event, sinar matahari yang lebih hangat menyapa meski suhunya 15 derajat. Kalau dengar cerita teman-teman yang hadir Sabtu, meski langit agak sendu, suasana tetap meriah dan bahkan banyak stand makanan yang sudah ludes sebelum jam makan siang, oleh karena itu hari Minggu saya datang lebih pagi alias jam 11 sudah di lokasi.

Memasuki musim gugur, angin yang berpotensi bikin saya masuk angin mulai sering bertiup. Lalu, sempat gerimis mengundang, nyatanya festival tetap berlangsung ramai. Dari pengamatan saya, pengunjungnya beragam, tidak hanya orang Indonesia dan warga lokal Jerman, tetapi juga terlihat banyak warga internasional, mulai dari Asia Timur seperti Korea, Jepang, saya juga dengar bahasa yang agak asing seperti dari Eropa Timur. Yes bener banget, selain letaknya strategis, Frankfurt sebagai kota internasional memang menjadi tempat yang pas untuk acara budaya semacam ini.

Seperti judulnya, Indonesia Street Festival tidal hanya menyuguhkan bazar kuliner khas Indonesia, tetapi juga menampilkan panggung hiburan. Ada tarian modern, tradisional, musik angklung, karaoke, serta aneka kerajinan tangan. Saya pribadi ikut kalap belanja makanan dan menghabiskan lebih dari 60 euro alias lebih dari 1 juta rupiah kalau ditukar kurs sekarang (semoga Rupiah cepat menguat!). Saya jajan nasi bakar, nasi padang, batagor siomay, rengginang, cilok hingga kopi pandan latte. Kadang bingung bagaimana menghabiskannya, tapi siapa sih diaspora yang bisa menolak jajanan Indonesia kan?

Selain itu, festival ini juga menjadi ajang silaturahmi. Saya bertemu kembali dengan beberapa teman lama, sekaligus berkenalan dengan pengunjung lain yang penasaran dengan budaya Indonesia. Bahkan tadi ada seorang bapak-bapak orang Jerman yang kebetulan lewat, sempat bertanya apakah acara ini berasal dari Afrika. Saya pun menjelaskan bahwa ini festival Indonesia. Semoga setelah itu beliau jadi lebih mengenal Indonesia ya!

Bisa dibilang sih selama dua hari ini, lebih dari 1000 pengunjung multi-bangsa berbaur menikmati acara yang tampilkan sedikit dari budaya Indonesia. Hal ini selaras dengan tujuan utama acara ini memang memperkenalkan seni, budaya, dan kuliner Indonesia kepada masyarakat Jerman serta internasional. Harapannya, tentu dengan adanya festival seperti ini, Indonesia bisa semakin dikenal luas, tidak hanya lewat cita rasa lezatnya, tetapi juga melalui seni, musik, dan juga keramahtamahannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *