Festival Garuda di Mata Sukarelawan

Alfi pic profil
Catatan Alfi Rizal – France

Saat mendengar kabar tentang diselenggarakannya Festival Garuda oleh Association Rumah Indonesia (ARI) di Lille, saya langsung bersemangat. Wah, pas sekali dengan jadwal libur musim gugur si Butet, putri saya yang baru saja memasuki bangku kuliah tahun ini. Butet tak mau pulang. Tak mau memotong ritme adaptasinya yang belum juga dua bulan sebagai mahasiswa. Karenanya, saya yang menengoknya ke rantaunya di Valenciennes.

Valenciennes—Lille yang berjarak 50 km bisa ditempuh dalam waktu 40 menit dengan kereta api. Saya makin semangat saat mendengar adanya tawaran menjadi sukarelawan. Saya selalu ingin terlibat dalam acara yang berkaitan dengan Indonesia. Sayang sekali, tak ada banyak kesempatan. Karenanya, kali ini jelas tak mau saya lewatkan!

Penawaran partisipasi sebagai sukarelawan dalam dua bahasa

Ada beberapa posisi sukarelawan yang dibutuhkan panitia: petugas pameran, logistik, teknisi panggung, tata rias, …. Saya yang memilih untuk menjaga stand pameran dan diberi tugas di bagian pameran foto-foto karya Florian Benna yang sekaligus juga sebagai koordinator stand. Saya dipasangkan dengan Cloé yang ternyata dalam kesehariannya tinggal di Bukit Lawang, Sumatera Utara sebagai guru di pusat konservasi orangutan sekaligus pemilik biro perjalanan Wild Nature Trips dan sedang berlibur di Prancis!

Ya, sukarelawan tidak hanya terdiri oleh WNI dan keluarganya. Ada banyak warga Prancis dan ada warga negara lainnya! Kebanyakan adalah mahasiswa di Lille. Tapi ada juga yang “sekedar” pecinta Indonesia. Entah karena pernah berkunjung, pernah tinggal, atau karena jatuh hati pada WNI. Ehem.

Saya pikir, saya adalah sukarelawan dengan domisili terjauh—selain yang tinggal di Indonesia, tentunya! Dan memang benar. Namun ternyata ada juga seorang warga Prancis yang tinggal di Marseille yang hadir di kota ujung utara Prancis itu, lho!

Sukarelawan datang dari ujung selatan ke ujung utara Prancis

Semua sukarelawan dikumpulkan dalam grup-grup Whatsapp untuk memudahkan koordinasi. Selain itu, masing-masing stand juga membuat grup sendiri. Jadilah untuk Festival Garuda ini saya menambah dua grup Whatsapp baru: grup Pameran dan grup spesifik Pameran Foto.

Selain melalui Whatsapp dan e-mail, diadakan tiga pertemuan daring melalui Google Meet untuk koordinasi penyelenggaraan sekaligus saling berkenalan. Bagi yang luang, diminta hadir ke lokasi Festival di Bazar St So untuk mencicil mempersiapkan ruangan hari Jumat pukul 10–15, sehari sebelum hari-H.

Jumat itu untuk pertama kalinya saya bertemu dengan panitia dan sukarelawan secara luring. Selain ketua ARI, Teh Hetty yang sempat saya temui akhir Agustus lalu, dan mbak Sita sang pembawa acara yang saya kenal saat sama-sama menerima pembekalan sebagai Pengajar BIPA KBRI Paris, saya belum pernah bertemu fisik dengan yang lain. Termasuk dengan Teh Lien yang sudah saya kenal sejak awal datang di Prancis melalui Yahoogroups. Ya, Yahoogroups! Memang sudah sejadul itu!

Pertama kali juga saya bertemu dengan Florian dan Cloé. Namun kami semua langsung akrab. Semua yang hadir sigap turun tangan mempersiapkan yang bisa disiapkan. Butet yang tak terdaftar sebagai sukarelawan pun turut membantu mengecek posisi foto, menyiapkan paku, … apapun yang bisa dikerjakan!

Pukul 15, stand pameran foto sudah hampir siap. Semua latar sudah terpasang, demikian juga paku-paku untuk menggantungkan foto yang sengaja kami lakukan di hari-H untuk menghindari risiko foto jatuh saat tak ada yang berjaga. Florian mengatakan kalau saya dan Cloé bisa hadir setelah pukul 9, tak perlu seperti bagian logistik yang harus hadir mulai pukul 7 pagi. Namun kami mengatakan akan hadir sepagi mungkin, untuk membantu yang lain juga.

Stand pameran foto siap menyambut pengunjung

Hari-H tiba. Saya berangkat sendiri menuju Bazar St. So. Butet menyusul agak siangan bersama papanya. Saya tiba di lokasi pukul 8. Florian masih sibuk menyiapkan stand kopi yang juga menjadi tanggung jawabnya, saya membantu persiapan stand lain. Saatnya persiapan stand pameran foto, ada sukarelawan lain yang datang membantu pula.

Persiapan makan siang untuk sukarelawan yang aromanya membuat keroncongan

Untung saja. Karena belum pukul 11 pun sudah ada pengunjung yang berdatangan! Semua sukarelawan sigap menyambut dengan senyum.

Stand rempah-rempah di mana pengunjung bisa membaui aroma berbagai rempah yang dipamerkan

Pengunjung yang datang ternyata membludak. Hujan yang datang beberapa kali hari itu tak menghalangi antusiasme warga. Lebih dari 1000 orang hadir! Terlihat antrian panjang di stand makanan. Beberapa pembeli harus menunggu lama. Termasuk Butet dan papanya.

Antrian panjang di stand Salero Minang

Panitia dan sukarelawan sih tak perlu mengantri. Makan siang kami sudah dijamin. Menunya sama dengan yang dijual di stand Salero Minang tuh. Sayangnya, saya dan sebagian besar sukarelawan tak sempat mencicipi jajanan karena sudah kehabisan!

Antusiasme pengunjung di stand demo jamu

Memang itu salah satu konsekuensi menjadi sukarelawan: kami tak bisa benar-benar berkeliling melihat-lihat, menikmati Festival, berbelanja, atau sekedar mengambil foto. Harus atur-atur waktu, bergantian dengan partner kita untuk meninggalkan stand.

Selain stand jualan, ada stand pameran wastra Nusantara antik yang jelas tak bisa ditinggalkan!

Kegiatan yang berkaitan dengan pameran direncanakan dihentikan saat dimulainya acara pembukaan resmi dan pertunjukan seni. Agar pengunjung bisa berkonsentrasi lah, ceritanya. Dan memang pukul 15, pengunjung mulai berkurang. Tapi tetap ada saja yang datang!

Bapak Duta Besar mengunjungi stand pameran foto didampingi fotografer dan Ketua Panitia Festival Garuda

Saya tak bisa melihat pembukaan oleh ketua ARI dan ketua panitia. Ketinggalan peragaan busana daerah juga. Namun saya sempat menyaksikan pidato-pidato resmi oleh Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Bapak Mohamad Oemar, senator Region Hauts-de-France, Bapak Joshua Hochart, dan perwakilan Mairie de Lille, Bapak Hakim Agouni.

Pidato Bapak Mohamad Oemar, Bapak Joshua Hochart, dan Bapak Hakim Agouni

Saat pertunjukan tari dimulai, Florian membebaskan saya. Gantian, katanya. Jelas, saya tak menolaknya. Ada rasa haru yang merasuk di dada saat menyaksikan berbagai tarian daerah yang diiringi musik tradisional itu.

Berbagai tarian yang disajikan

Butet yang sengaja tak mau mendaftar menjadi sukarelawan karena berniat mencari objek gambar pun puas! Dia berhasil membuat beberapa sketsa para penari dengan kostum berwarna-warni dan berbagai aksesoris yang cantik itu.

Butet santai saja duduk di lantai untuk menggambar

Rangkaian pertunjukan tari diselingi dengan peragaan wastra nusantara dan penarikan undian berhadiah berbagai produk dari sponsor, dengan hadiah utama menginap seminggu di Bali untuk dua orang! Menjelang pukul 18, acara ditutup dengan … Poco-poco bersama, tentunya!

Saatnya Poco-poco!

Rangkaian acara selesai, pengunjung masih saja datang hingga jadwal ditutupnya acara pada pukul 18. Saatnya panitia dan para sukarelawan berbenah: menyimpan bahan pamer dan merapikan ruangan sehingga seperti sedia kala. Praktis, saya baru keluar dari Bazar St So pukul 19.30!

Hujan turun cukup deras saat saya berjalan kaki sendirian menuju stasiun metro. Dengan jaket basah kuyup, saya bertemu dengan beberapa mahasiswa Indonesia yang menuju restoran untuk makan malam bersama Bapak Duta Besar. Saya tidak ikut hadir. Saya memang tidak mendaftar. Dan rasanya sudah tak mampu juga. Lelah tetiba menyergap. Namun ada puas tak terhingga.

Berfoto bersama Bapak Duta Besar dan Ibu

Dua minggu berlalu, kenangan akan acara itu masih lekat. Kebanggaan masih membuncah. Kebahagiaan bertemu dengan teman-teman yang sebelumnya hanya ditemui secara daring, senangnya mendapat kenalan baru, … Kehangatan rekan panitia, sukarelawan, juga para pengunjung yang dengan penuh semangat berbagi kecintaan mereka akan Indonesia masih terasa. Sebuah perayaan 75 tahun hubungan bilateral Indonesia-Prancis yang riil di mata saya.

Semoga makin banyak acara yang merekatkan persaudaraan semacam ini di Prancis. Baik persaudaraan sesama bangsa Indonesia, juga persaudaraan antar bangsa. Dan semoga saya berkesempatan untuk berpartisipasi di dalamnya, tentunya!

Untuk foto-foto dokumentasi yang lebih lengkap dan informasi lebih lanjut mengenai ARI, silakan mengakses instagram @asso.rumahindonesia serta @festival.garuda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *