Karya Perupa Taat Joedawinata, Pencerahan Kehidupan Manusia dan Alam

Catatan Andi Sopiandi

Taat Joedawinata atau biasa disapa Taat Joeda, jebolan seni Grafis Seni Rupa (FSRD) ITB, dan pernah kuliah di jurusan Interior, dan bekerja dibidang Exhibisi sejak 1970 sampai saat ini sebagai konsultan maupun kontraktor pelaksana berbagai kegiatan Pameran di dalam dan luar negeri.

Ia menekuni dunia lukis sehingga membuat dirinya lebih mencintai dunia seni lukis daripada harus menjadi konsultan di dunia interior.

Sosok perupa Bandung ini sangat produktif baik dalam pameran maupun kekaryaannya yang sangat banyak diminati atau di koleksi.

Baginya Seni (ART) sendiri merupakan pekerjaan yang dilakukan seorang ahli secara sungguh-sungguh, benar, baik, bermakna dan indah.“Sejak tahun 1995 telah memulai belajar berkarya secara otodidak untuk seni lukis. “Saya berpendapat aliran atau gaya karya saya ini adalah “Expresionis”, dan saya banyak menggunakan warna-warna cerah,”katanya membuka perbincangan dengan Andi Sopiandi, kontri Surat Dunia di Indonesia.

Taat Joedawinata bersama Andi Sopiandi

Karya yang saya buat selama ini, tiada lain sekedar pencerahan agar kita hidup di dunia ini seharusnya hidup saling menghargai sebagai sesama ciptaan Tuhan, dan lindungi serta lestarikan alam sekitar kehidupan kita, karena terbukti sangat bermanfaat bagi kehidupan kita dalam keseharian.

Hampir semua karya yang saya buat, erat berkaitan dengan semak-semak yang ada disekitar kita. “Umumnya semak-semak itu dianggap buruk, berantakan, kotor, tidak ada baik maupun indahnya.“

Yang sebenarnya semak-semak itu sangat bermanfaat keberadaannya di lingkungan kita, baik sebagai penahan erosi, melindungi dari debu, polusi udara, dan ada sisi indahnya juga.” ungkapnya.

Sebagai contoh kecil, ” saya angkat semak-semak ini sebagai obyek lukisan yang penuh makna, dan indah di dalamnya karya lukis saya. Maka saya beri judul, “Semak Itu Indah”.

“Jangan menggangap rendah kepada pihak lain di dunia ini, hiduplah saling menghargai, semua yang Tuhan ciptakan itu bermanfaat dan indah bagi kita semua”.

Bagi Taat yang jelas karya itu Pertama, karya kita harus menarik perhatian publik, untuk sekedar menoleh, melihat, mengerti dan menghayati deskripsi pelukisnya dalam berkarya, indah secara visual dan indah maknanya.

Ada juga “Promosi, publikasi dan sensasi adalah kunci utamanya, disamping tentunya disertai karya yang baik berkualitas dan bermakna. Seorang pelukis itu tentunya perlu sensasi, lebih banyak dibicarakan publik, baik atau buruk menurut publik, yang penting dibicarakan khalayak”.

“Salah satunya usaha konvensional sepertinya pameran dan lainnya. Karya kita harus sering dilihat, dikomentari oleh publik.

Misalnya Deskripsi karya tentang lingkungan hiduplah. “Banjir di Bandung Timur, daerah Jatihandap-Cicaheum”.

Karya ini dibuat secara spontan karena terenyuh sekali melihat, mendengar saat kejadian.

“Saling menyalahkan antara pemangku jabatan kota Bandung, aparat daerah lokal, dan penduduk atau masyarakat”. Hal yang “klise, logika: “Banjir masih di kota Bandung, akibat curahan hujan sesaat dan akibat Kondisi resapan hutan yang gundul, karena banyaknya pembangunan di bukit-bukit Indah utara Bandung.”

Siapa pemohon, siapa pemberi ijin membangun di wilayah tersebut. Hal yang sepele untuk diketahui “, “Tuhan menciptakan alam perbukitan yang Indah, bermanfaat bagi hambanya, satu dua orang membangun, sepuluh, seratus lebih membangun diperbukitan itu, diberitahukan ijin lagi.”

“Rusaklah alam dan lingkungan hiduplah kita semua. Semua perbukitan yang Indah dari Dago sampai Ujung Berung Manglayang, yang terjadi banjir itulah”.

Semua ribut saling tuduh.. Tersentuh dan terenyuh melihatnya, makan saya berita judul ‘Siapa yang Salah’. Tuhan, takdir, atau alamnya?”

Yang jelas faktanya mental, moral dan akhlak manusianya. Tengoklah betapa semerawutnya penataan perbukitan dengan bangunan, cafe, restoran, vila-vila dan juga penataan perumahan, perkampungan di bawah perbukitan itu semerawut sekali, siapa yang salah?

Karya ini dibuat khusus di atas bahan kayu-kayu limbah banjir, dan akrilik, serta cukilan-cukilan dibagi atas tiga hamparan: “hamparan pertama menunjukkan indahnya alam ciptaan Tuhan, hamparan kedua menunjukkan betapa penuhnya bangunan-bangunan sporadis dibangun, hamparan ketiga hancurlah daerah pemukiman atau perkampungan padat bawahnya karena curahan, genangan banjir, yang meluncur dari perbukitan diatasnya……. ”

“Siapa salah”. Ya siapa yang salah dan mau bertanggung jawab?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *