Pergi haji dari Prancis, bisa..!! (bagian 2)

Sepengetahuan saya pada tahun ini hanya ada tiga orang Indonesia dari 22.000 orang jamaah haji dari Prancis, yaitu satu pasang orang indonesia dan saya. Teman-teman saya dalam perjalanan haji dari Prancis hampir seluruhnya keturunan bangsa Arab (maghreb) dan mayoritas telah berumur lebih dari 55 tahun. Pengalaman saya dalam group, penjelasan dari kyai atau pimpinan group dilakukan dalam bahasa arab. Hal tersebut membuat saya harus berulang kali meminta penjelasan dalam bahasa prancis atau meminta teman sekamar untuk menjelaskan ulang mengenai apa yang telah dijelaskan oleh kyai. Saran saya dalam hal ini sebaiknya tanyakan kepada agen untuk penjelasan akan dilakukan dalam bahasa apa. Jika dalam bahasa arab, kita harus pro aktif untuk meminta penjelasan ulang ke dalam bahasa yang dapat kita mengerti karena kita berhak mendapat seluruh informasi. Di bawah merupakan gambar rombongan saya setelah melempar jumrah. 




Secara garis besar, ada 6 tahapan ibadah wajib haji :
1. Tiba di kota Mekkah (diwajibkan niat dan berpakaian ihram)
2. Melakukan tawaf dan sa’i
3. Mabit/bermalam di Mina
4. Wukuf di Arafah
5. Mabit/bermalam di Muzdalifah
6. Melempar jumrah
Untuk lebih jelasnya proses ibadah haji dapat dilihat pada gambar berikut : 

sumber : google

Walaupun kita sedang berada di tanah suci, bukan berarti tidak ada pencuri dan kejahatan lainnya. Banyak terjadi pencurian terutama ketika di Mina, seperti saya contohnya kehilangan tas kecil yang berisi uang, kacamata dan beberapa dokumen di Mina. Hal pertama yang saya lakukan ketika kehilangan adalah melapor ke pimpinan group dan selanjutnya ke sekretariat tenda. Jiwa kebersamaan teman-teman satu group sangat kuat, beberapa teman satu group membantu saya untuk melapor karena menggunakan bahasa arab. Akhirnya dompet saya berhasil ditemukan di sebuah kantor informasi di dekat tenda lengkap dengn semua dokumennya walaupun uang didalamnya telah ludes. Pada prinsipnya seseorang akan sangat takut melakukan pencurian di tanah suci karena ada hukuman potong tangan jika terbukti melakukan pencurian, jadi tas atau dompet sebagian besar akan dikembalikan dengan berbagai cara. 

Setelah melakukan rangkaian kegiatan nomor 3-6, kemudian kami kembali ke kota Mekkah dan menginap di hotel Swiss Al Maqam yang berada tepat di depan Masid Al-Haram. Di dalam hotel tersebut saya merasa seperti mendapat “hadiah” setelah beberapa hari tidur di lapangan terbuka, berpanas-panasan, berjalan kaki puluhan kilometer dan kini menikmati fasilitas hotel bintang 5 yang sejuk, kasur yang empuk, buffet makanan dengan menu yang lezat (seperti gambar dibawah) serta pemandangan langsung ke ka’bah dari jendela kamar. Memang dari deal dengan agen kami hanya mendapatkan jatah makan pagi dan makan malam, sehingga pada jam makan siang saya dapat melakukan “wisata kuliner” di sekitar hotel yang juga memiliki akses langsung dengan perbelanjaan.



Menurut Kementerian Agama RI, tahun 2017 merupakan jumlah terbanyak jamaah haji Indonesia yaitu 2,1 juta orang atau 10% dari jamaah haji total. Saya bangga melihat rombongan haji dari Indonesia yang bergandengan tangan secara teratur melakukan tawaf dan sa’i, berdoa dengan suara lantang mengikuti kyainya sampai terdengar hingga langit-langit masjid. Di satu sisi saya merasa terasing sebagai orang Indonesia dalam group negara lain, terlebih lagi terkendala masalah komunikasi. Tetapi di sisi lain saya juga memiliki banyak pengalaman dan lebih mandiri dalam beribadah sehingga saya dapat berdoa dengan khusyuk di dekat ka’bah sesuai dengan isi hati tanpa tergantung dengan teman satu group.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi umat muslim yang akan melaksanakan ibadah haji, terutama yang tinggal di negara Prancis. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *