Haruskah Saya Berdamai dengan Virus Mematikan Itu?
Sudah hampir tiga minggu saya terbaring di kamar tidur yang tidak terlalu luas. Rasanya sudah lelah dan ingin menyerah. Tapi masih banyak impian dan cita-cita yang ingin saya raih. Saya tidak akan berdamai dengan virus yang mematikan itu. Namun memang bila waktunya sudah tiba saya pun sudah siap. Bak pepatah orang Inggris I have a good life. Berikut penuturan Zeynita Gibbons yang dikenal dengan panggilan akrab ‘mbak Ita’. Wartawan senior dari Antara News di London.
Setiap pagi mau berangkat kerja ada perasaan was-was dan merasa kawatir. Bagaimana tidak? Saya bekerja dengan manula di Inggris yang mana mereka inilah yang paling rentan terkena dampak ditengah-tengah merebaknya virus corona. Profesi saya memang sebagai jurnalis kontributor bagi Antara News. Tapi saya juga memiliki pekerjaan tetap di panti jompo.
Banyaknya berita mengenai pendemi yang menyerang para manula membuat ada perasaan tidak menentu. Apa mungkin saya juga bisa terkena virus yang mematikan ini. Apalagi beberapa bulan terakhir kami bekerja tanpa mengunakan alat pelindung seperti masker.
Setelah merebaknya virus corona di Kerajaan Inggris. Hal ini sempat ditanyakan rekan apa saya mengunakan masker saat bekerja menyiapkan sarapan pagi dan makan siang bahkan sekedar sandwich di sore hari. Awalnya Saya pun merasa heran namun tidak bisa protes. Baru dua minggu lalu kami semua diharuskan mengenakan masker setelah ada bapak tua yang meninggal dunia. Saya tidak tahu apa karena virus corona? Lalu ada juga seorang nenek yang tiba-tiba harus tetap di dalam kamar. Padahal sebelumnya setiap pagi beliau tetap makan di ruang makan.
Sejak pendemi ditetapkan di Inggris di panti tempat saya bekerja pun mulai diterapkan jaga jarak. Dan setiap manula harus makan di dalam kamar masing-masing. Pada hari terakhir saya bekerja di akhir pekan, awal bulan Mei perasaan mulai tidak nyaman dan saya pun sering batuk-batuk kering. Badan pun mulai terasa lemas. Akhirnya saya pun menulis surat bahwa saya kurang enak badan. Mereka pun minta agar saya melakukan test covid-19 sebelum kembali bekerja.
Pada tanggal 5 Mei saya akhirnya mendapat waktu untuk bisa ikut test. Ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. ‘You have been allocated a slot for a COVID-19 test. Go to https://www.test-for-coronavirus.service.gov.uk/appointment to book a slot and enter your code 41P6-LURF-ZC45-CBWG.‘ Balasan surat yang saya terima agar saya bisa mendapatkan waktu untuk dapat ikut test covid-19. Dari hasil surat menyurat yang dilakukan suami saya akhirnya saya dapat waktu untuk ikut test yang ternyata harus dilakukan sendiri.
Tidak seperti saya bayangkan harus datang ke rumah sakit. Bersama suami dan ayah angkat mengantarkan saya test di daerah Ipwich yang saya pikir di suatu gedung atau rumah sakit. Ternyata saat mobil memasuki kawasan dan nomor mobil harus didaftarkan sebelumnya tempat dilakukan test adalah lapangan luas sepertinya tempat parkir yang cukup luas dengan dibuat bangunan semi permanen berupa bedeng bedeng.
Saat memasuki kawasan petugas memberi no telepone yang harus kami hubungin. Lalu petugas lain menyerahkan satu set test yang harus dilakukan sendiri di dalam mobil. Bila ada pertanyaan kami bisa berhubungan petugas melalui handphone. Terlihat dalam kawasan mobil-mobil dengan penumpang yang sepertinya ingin melakukan test mandiri. Ternyata tempat tersebut memang dikhususkan untuk pekerja key workers. Kebayang di tanah air test dilakukan di rumah sakit dan bila hasil positif bisa langsung dirawat. Ternyata di Inggris tidak seperti yang saya bayangkan. Semua dilakukan secara mandiri.
Usai sang suami melakukan test dengan memasukan alat ke dalam mulut dan hidung saya serta memasukan ke dalam bungkus plastik yang tersedia, petugas kembali menghampiri mobil kami dan minta test yang sudah dilakukan di masukin dalam keranjang dan akhirnya test selesai. Kami pun kembali ke rumah dengan harapan test yang saya lakukan hasilnya akan negatif. Apalagi setiap sholat saya selalu berdoa agar dijauhkan dari virus yang belum ada obatnya ini. Tidak terbayangkan bila saya positif covid-19 rasanya sudah tiba waktunya buat saya hidup di dunia ini. Bagaimana tidak setiap hari jumlah yang meninggal karena covid-19 di Inggris jumlahnya terus bertambah. Mengerikan memang tapi kalau memang saya harus menyerah paling tidak saya masuk dalam daftar orang meninggal karena covid-19 yang tercatat dalam sejarah manusia.
Sambil menunggu hasil saya pun berharap-harap cemas. Mudah-mudahan hasil test nya negatif. Setelah menunggu beberapa hari hasil pun dikirim melalui pesan di selular saya. Tiga hari setelah melakuakn tes mandiri Jumat (08/05/2020) siang, saya menerima pesan yang saya terima di telpon selular saya. Rasanya tidak percaya. Pesan tersebut berbunyi :
NHS COVID-19 Notification: Dear ZEYNITA GIBBONSYour Covid-19 test has come back POSITIVE, meaning you have the virus.You MUST self-isolate for 7 days from onset of symptoms or from the day of your test if you don’t have symptoms. If you develop symptoms continue to self-isolate for 7 days from the onset of your symptoms. All your household members who remain well must stay at home for 14 days from the day you took the test. For care home staff/residents please follow specific advice for care homes.You can return to work on day 8 if you have not had a fever in 48 hours, even if you still have a cough. Contact your employer before returning to work. For further advice go to https://www.gov.uk/coronavirus. If your symptoms worsen please go to NHS 111 online, call 111, or dial 999 in an emergency.
Wah berarti saya positif dan membawa virus tersebut dalam tubuh saya mungkin untuk selamanya. Kata-kata yang saya baca berulang kali Your Covid-19 test has come back POSITIVE, meaning you have the virus, bagaikan petir disiang bolong saat saya tahu dalam tubuh saya sudah diserang oleh virus yang banyak dibicarakan di dunia fanah ini.
Kini terserah saya apakah saya harus berdamai atau saya harus menyerah. Akhirnya semua itu saya serahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Saya memang harus berdamai dengan tubuh ini untuk berjuang melawan virus yang berarti mahkota ini. Mahkota telah dipasang di kepala saya dan untuk itu saya tidak boleh menyerah dan saya harus lawan sekuat tenaga saya untuk membuang mahkota itu jauh-jauh.
Caranya selain mendekatkan diri pada yang kuasa saya pun minum obat seperti paracetamol, multivitamin dan vitamin C dosis tinggi dan tidak ketinggalan minum air panas dengan madu dan irisan jeruk serta jahe. Sebenarnya saya bukan orang yang suka minum obat dan bahkan sangat sulit untuk menelan obat. Apa boleh buat saya lakulan tiga kali sehari serta tidak lupa minum satu sendok teh habatussauda yang saya bawa saat melaksanakan ibadah Umroh Desember lalu bersama sahabat saya Nani.
Akhirnya berita yang mengerikan itu pun sampai ke seluruh keluarga besar saya di tanah air dan juga infonya saya pasang di laman facebook saya dengan harapan mohon doa dari sanak saudara dan temen-temen dimana pun berada.
Ucapan dan doa pun berdatangan dan saya sempat membaca semua pesan sayang nya tubuh masih lemah dan untuk pegang handphone saja saya tidak berdaya untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih. Saya merasa terharu begitu banyak perhatian teman-teman facebook saya.
Alhamdullilah kondisi saya selama ini sebelum terserang virus cukup sehat setiap pagi berangkat kerja saya berjalan kaki sekitar 20 sampai 30 menit sambil menikmati pemandangan dan tidak lupa saya abadikan dan bahkan hearphone menemani saya dalam perjalanan adalah lantunan ayat-2 suci Al Quran dan dzikir pagi yang saya denger melalui youtube di handphone. Setiap pagi dengan riang saya menyusuri jalanan yang sunyi dan sepi sesekali ada mobil yang liwat selebihnya burung-burung yang menemani saya dalam perjalanan dari rumah ke tempat saya bekerja yang saya sebut sebagai ladang amal untuk mencari ridho Allah.
Rasanya semua sudah saya rasakan dan bertemu banyak pejabat, berkunjung ke tempat-tempat indah hampir di seluruh dunia. Rasanya buat saya hidup hanya tinggal menunggu waktu dan lebih banyak beramal soleh dan banyak-banyak ibadah,What else you want. Anak-anak sudah besar dan mempunyai kehidupan masing-masing dan saya hanya bisa berdoa semoga mereka selalu berada dalam Lindungan Allah Yang Maha Kuasa.
Alhamdullilah dari kantor Antara saya mendapat dukungan dan rekan saya pun memberikan kesempatan saya beristirahat dan tidak perlu memikirkan berita begitupun perhatian dari Dewan Pengawas LKBN Antara di Jakarta memberikan dukungan yang sangat besar. Bahkan dokter di kantor LKBN Antara pun memberikan perhatian dengan bertanya tentang kondisi saya.
Begitupun pejabat dari KBRI London tidak lupa mengirimkan saya masker, multivitamin dan makanan tidak cukup sekali. Pak Dubes pun menyapa saya di whatsapp dan memberikan semangat dan dukungan semoga saya lekas sembuh. Alhamdullilah semua ini membuat saya kuat meskipun kadang rasanya putus asa dan lelah harus terbaring di tempat tidur dan bosan pun menghinggapi membuat bayangan saya bermain ke dunia sana. Apalagi dalam mimpi saya berjumpa kedua orang tua dan kakak yang telah mendahului kami di alam sana.
Selain adanya keinginan untuk kembali ke tanah air dan hidup damai di kampung halaman bila Allah berkehendak. Tidak hanya cukup doa dan minum obat serta makan vitamin serta buah-buahan dalam seminggu pertama hanya itu yang bisa saya nikmati. Berlanjut minggu kedua meski masih lemah sudah mulai bisa makan. Rekan saya Wati di Colchester begitu perhatian dan selalu bertanya makanan apa yang saya inginkan. Dan soto ayam yang sedang saya inginkan bisa saya nikmati berkat perhatiannya. Kiriman makanan juga datang dari rekan saya Utami dan Nita dari Farindon. Alhamdullilah nafsu makan mulai ada meskipun tidak banyak.
“Mami harus makan banyak liat badan nya kurus,” ujar suami saya yang setiap saat bertanya apa yang saya inginkan. Setiap hari, dia yang menyiapkan makanan dan mengantar ke kamar. Tidak lupa pesanan saya berupa buah2an dan juga lemon. Ia pun membesarkan hati dan juga mengingatkan agar saya tidak lupa membalas semua pesan yang dikirim temen-temen di Facebook. Sayangnya saya masih lemah untuk memegang handphone. Selain bisanya hanya tidur dan sholat pun saya lakukan dengan duduk karena tidak mampu lama berdiri.
Rasanya sudah cukup buat saya untuk terus berdamai dengan virus yang tidak ada obatnya. Selain semua saya serahkan kepada Allah dengan tidak lupa berdoa dan berusaha serta bersedekah saya berharap virus ini bisa pergi menjauh dan membiarkan saya hidup dalam situasi yang normal. Karena masih banyak impian dan keinginan yang ingin saya raih. Selain tekad untuk kembali ke tanah air dan mulai hidup baru sebagai petani dan membantu anak-anak di Paninjawan. What else you want semua sudah engkau raih dan mungkin setengah dunia sudah dijelajahi. Hanya bersyukur dan ikhlas dalam mencari ridho Allah diakhir hayat mengandung semoga barokah dan Allah ridho.
Saya tidak harus berdamai dengan covid-19 yang telah membuat ibadah saya dibulan suci Ramadhan tidak dapat saya lakukan dengan sempurna. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.
Terima kasih banyak suami dan anak-anak serta Hugo yang memberikan dukungan setiap saat. Keluarga besar Abd Moeis di tanah air. Seluruh sahabat dan rekan saya di Antara Jakarta, serta bapak-bapak dan ibu dimana pun berada yang tidak henti-hentinya mendoakan saya, Semoga Allah menerima Amal ibadah kita di akhir-akhir Ramadhan ini. Mohon maaf lahir bathin.
Dari dalam kamar saya ingin menghaturkan beribu terima kasih semoga Allah membalas semua kebaikan dan perhatian teman-teman, bapak-bapak dan ibu-ibu handai taulan dimanapun mari kita menyambut akhir Ramadhan dengan sukacita. Kita semua kembali ke fitrah.
Wasalam Zeynita Gibbons27 Ramadhan (19/5/20)