“Tugasku Melayani” Cerita Petugas Medis Jamaah Haji Indonesia
Dua orang petugas medis menyatakan tugas mereka selama mendampingi jamaah haji adalah sebagai pelayan. “Pelayan masyarakat pelayan Allah SWT,” begitu tutur salah satu dokter Dewiyana, spesialis paru yang tahun ini bertugas mendampingi jamaah Haji 2022. Begitu juga menurut seorang perawat bernama Utami Ain, baginya selama masa tugas yang terpenting adalah kondisi jamaah, baik yang sehat maupun yang sakit. Tambahnya, kami di sini sebagai pelayan yang melayani para jamaah, dan itu sudah menjadi komitmen kami selama bertugas. Keduanya bertugas sebagai petugas kesehatan di Bandara.
Melalui telpon Surat Dunia kemudian berbincang lebih lanjut dengan dokter Dewiyana untuk berbagi pengalaman selama masa tugasnya dan lika liku sebagai petugas kesehatan untuk Haji 2022. Dokter Dewiyana namanya juga sempat tersorot karena dirinya rupanya dianggap telah berhasil melakukan tindakan yang menyelamatkan pasien jamaah haji Indonesia, tindakan yang mendapatkan pujian dari tim medis Arab Saudi.
Dokter Dewiyana menceritakan bagaimana lika liku sebagai petugas kesehatan Haji tahun 2022 ini, setelah Arab Saudi kembali membuka Haji secara normal pasca pandemi. Selama pandemi ini, check point dilakukan lebih ketat dibandingkan sebelum pandemi. Bahkan para petugas yang sudah memiliki tasrih (izin) tetap di minta periksa ulang. Kami harus turun dari mobil yang membawa ke tempat tugas, ditanya ini dan itu secara berulang kali. Sehingga menghambat pekerjaan
Dokter Dewiyana juga menerangkan salah satu faktor yang menjadi fokus kepada jamaah adalah edukasi mengenai masker. Dikarenakan di Arab Saudi sudah dibebaskan masker maka banyak jamaah yang menyatakan “orang-orang sudah tidak pake masker di sini mengapa kita wajib?”. Hal ini menjadi perhatian kami, karena seperti kita ketahui saat ini virus corona masih tetap ada, bahkan di Indonesia mulai meningkat penyebarannya, begitu juga di negara lain. Peraturan bebas masker memang sudah banyak diberlakukan di berbagai negara namun demi keselamatan jiwa jamaah kami memilih untuk tetap memperingati mereka agar tetap waspada. Sebenarnya dengan tetap memakai masker di Arab Saudi saat ini dengan suhu yang panas, memiliki keuntungan yaitu dari segi kelembapan. Udara panas dan kering banyak membuat jamaah yang mengalami kekeringan mulut dan kerongkongan dengan tetap menggunakan masker maka membantu kelembaban. Mengenai masker, masih banyak para jamaah yang kurang disiplin yaitu setelah digunakan langsung dibuang sembarangan begitu saja. Sehingga menimbulkan sampah dimana-mana.
Dokter yang namanya sempat menjadi berita di salah satu surat kabar Indonesia ini menceritakan pengalaman unik dengan jamaah sesuai dari asal daerahnya, menurut dokter Dewiyana, ada sedikit masalah mengenai keterbukaan jamaah mengenai kondisi mereka. Misalnya ada banyak jamaah yang lebih memilih menutup-nutupi masalah kesehatan mereka. Entah karena takut atau mungkin bila ketahuan sakit, mereka takut dipisahkan dari kloternya. Sehingga seringkali ketika sudah agak parah baru bisa diketahui. Nah hal inilah yang membuat kami harus pintar-pintar dalam melihat kondisi para jamaah dan jeli serta waspada melihat secara fisik luar. Bila kami melihat secara fisik sudah ada sedikit kelainan, misalnya keletihan yang kami rasa mencurigakan kami langsung membujuk untuk melakukan pemeriksaan lebih dalam. Periksa tensinya, gulanya dan lainnya. Kebanyakan memang yang tidak terbuka atau menyembunyikan kelelahan dan rasa sakit adalah jamaah dari Jawa. Berbeda dengan jamaah dari Sulawesi atau Sumatera misalnya, begitu melihat petugas kesehatan langsung berebut untuk diperiksa, salah satunya minta diperiksa tensinya, sampai kadang kita kewalahan mana yang lebih diprioritaskan. Pernak pernik seperti inilah yang menjadi warna dalam pekerjaan kami, harus pintar dan sabar dalam segalanya demi menjaga keselamatan jamaah.
Ada juga masalah lainnya yang cukup penting yaitu bagi jamaah yang memiliki kormobid. Masih banyak jamaah yang memiliki kormobid ketika datang ke sini, tidak membawa obatnya dengan pikiran di sini sudah tersedia, padahal belum tentu selalu ada, atau mereka kerap tidak meneruskan obatnya selama melakukan ibadah haji seperti obat diabetes dan hypertensi, yang mana wajib diminum setiap harinya. Saran kami sebaiknya mengenai obat tetap dibawa dari Indonesia selama ibadah haji dan terus diminum sesuai anjuran dokter.
Saat ini kami para petugas medis sudah disibukan dengan kepulangan para jamaah. Dan kepulangan ini juga sama halnya dengan kedatangan banyak lika likunya. Salah satunya dimana para jamaah harus menunggu selama kurang lebih 6 jam di Bandara sebelum take off. Dan itu melelahkan bagi kedua belah pihak. Bagi para jamaah dan juga kami petugas kesehatan yang selalu harus siaga agar tidak terjadi drop kondisi pada jamaah. Tetap menjaga stamina yang baik maka penting walaupun untuk kembali ke tanah air.
Dokter Dewiyana juga menyarankan untuk kedepannya, selama perjalanan di pesawat agar para jamaah diingatkan untuk selalu hidrasikan diri dengan banyak minum dan tak lupa makan. Yang jadi masalah menurut dokter Dewiyana, banyak pasien yang tidak mau minum karena takut ke toilet. Mereka takut karena tidak tahu cara penggunaan toilet di pesawat. Dan ini menurutnya adalah hanya masalah edukasi saja, penting bagi para jamaah untuk bisa mengerti dan diajarkan penggunaan toilet di dalam pesawat agar tidak ada lagi ketakutan jika minum atau makan nantinya harus ke toilet, karena banyak jamaah yang datang dengan masalah kekeringan tubuh akibat tidak minum selama perjalanan.
Bertugas selama 76 hari di Arab Saudi bukan hal yang mudah menurut dokter Dewiyana yang lahir dari ayah seorang Profesor Ahli penyakit jantung dan bersuamikan spesialis jantung juga. Meninggalkan dua anak gadis dan suami kadang terasa sangat berat dengan kerinduan yang dalam. Juga ketika membaca pesan-pesan di grup medis RSPAD tempatnya kerja misalnya, bagaimana rekan-rekannya ketika disibukan hingga mungkin kewalahan, ada rasa bersalah meninggalkan pos pekerjaannya. Namun baginya, kesempatan bisa pergi haji khususnya saat ini dengan kondisi yang cukup sulit bagi warga Indonesia untuk berangkat haji adalah sebuah Rahmat dari Allah. Karenanya bagi dokter Dewiyana dan perawat Utami Ain, sudah sewajarnya jika panggilan ini juga sebagai panggilan memberikan pelayanan yang terbaik bagi manusia atas nama Allah SWT.
MashaAllah para petugas kesehatan di sana semoga.Allah jadikan mereka sebagai para syuhada Allah dan mabrur Hajinya
MashaAllah salut !