Tulisan Favorit Juri : Merayakan Agustusan di Tanah Napoleon
Saat itu bulan Agustus tahun 2019, tiga bulan setelah saya menginjakan kaki
di tanah Napoléon Bonaparte, Republik Perancis. Riak-riak rindu mulai terasa di hati, rindu kepada tanah air. Jujur, tak pernah sekalipun saya meninggalkan tanah air tempat saya dilahirkan dan dibesarkan. Namun kini tiba-tiba saya berada sejauh ribuan kilometer darinya.
Benar kata orang, ketika kita jauh dari kampung halaman, malah berlipat kecintaan kita kepadanya. Mungkin karena adanya riak rindu tadi. Waktu itu menjelang peringatan hari kemerdekaan Indonesia, saya putar lagu-lagu kebangsaan kencang-kencang.
“Walaupun banyak negeri ku jalani, yang mahsyur permai dikata orang. Tetapi
kampung dan rumahku, di sanalah ku merasa senang.”
Lagu itulah yang begitu mengena di hati. Membuat air mata tergenang haru. Itu terjadi saat saya belum mengenal banyak sesama perantau Indonesia di Prancis.
Semua terasa berbeda ketika saya mengikuti sebuah acara yang diadakan oleh KBRI Paris, Perlombaan Agustusan Memperingati Kemerdekaan Indonesia Tahun 2019. Kegiatan ini bertempat di Ile de Loisirs, Saint Quentin, Yvelines. Tempat tersebut adalah sebuah ruang terbuka hijau yang teramat luas, tempat masyarakat melakukan berbagai kegiatan.
Saat saya tiba di padang rumput tersebut hati terasa hangat, ratusan orang Indonesia dengan pakaian bernada merah putih tengah beraktifitas dalam perlombaan. Ada yang sedang lomba makan kerupuk, balap karung bahkan sepakbola. Sungguh, orang yang belum pernah berada di tempat asing tidak akan tahu betapa nikmatnya bertemu dengan sesama orang Indonesia di perantauan.
Betapa nyamannya hati ini saat bertegur sapa menggunakan Bahasa sendiri. Ucapan sapaan “Bonjour, ca va?” yang biasa dilontarkan sehari-hari berganti menjadi, “Hallo, apa kabar?”. Sedernaha, namun sangat bermakna.
Salah satu perlombaan yang diselenggarakan adalah sepak bola. Melihat dua tim laki-laki tengah bersungguh-sungguh menendang bola disertai teriakan penyemangat dalam bahasa Indonesia dari para penonton, sejenak membuat saya merasa berada di desa kecil saya di Bandung dan mereka tengah melaksanakan pertandingan bola antar kampung! Sungguh saat itu, rasa bahagia tiba-tiba menyeruak dan tumpah ruah.
Tentu saya tidak hanya berdiam diri saja. Kesempatan itu saya gunakan untuk berkenalan dengan sesama perantau di Paris dan sekitarnya. Tidak sia-sia, banyak sekali yang juga berpikiran sama denganku. Meskipun baru pertama kali bertemu, namun kami langsung akrab. Tidak peduli dari daerah mana mereka berasal. Semua orang Indonesia adalah saudara.
Sejak hari itu hidup pengembaraanku berubah menjadi lebih ceria. Kawan dan kenalan bertambah banyak. Kami sesekali mengadakan rendez-vous pada acara- acara tertentu. Semisal saat momen Idhul Fitri dan Idul Adha. Masing-masing membawa makanan Indonesia khas dari daerahnya. Tentu saja momentum seperti itu teramat sangat khimat dan menyentuh. Alasannya sudah pasti karena kami satu sama lain merindukan keluarga di kampung halaman, kepada sahabat yang sama- sama tengah merantau kita saling menyemangati dan mengobati rindu