Sharing Pengalaman, Peran Wanita di KJRI Marseille

Catatan Dara T. Arief

Untuk mengobarkan kembali semangat perjuangan perempuan Indonesia khususnya di lingkungan KJRI Marseille, pada peringatan Hari Ibu dan sekaligus Peringatan HUT Dharma Wanita Persatuan (DWP) -organisasi para istri PNS- DWP KJRI Marseille bekerja sama dengan KJRI, menyelenggarakan Sesi Berbagi pada tanggal 22 Desember 2022 lalu.

Sesi Berbagi ini bertopik ‘Peran dan Tantangan Perempuan Terhadap Profesi yang Dipilih dalam Membangun Negeri’, sejalan dengan thema peringatan Hari Ibu ‘Perempuan Berdaya Indonesia Maju’ serta thema HUT DWP ‘Membangun Perempuan Cerdas untuk Memperkuat Ketahanan Keluarga di Era Digital’.

Dara T. Arief Ketua DWP KJRI Marseille

Sesi Berbagi yang dipandu oleh Dara T. Arief yang juga Ketua DWP KJRI Marseille dan Ariyanti yang staf KJRI, menghadirkan Olivia Martina Herawati, Penata Kanselerai/ Bendaharawan KJRI Marseille beserta Irma Kartika istri home staff, Pak Alex Sulaiman.

Diharapkan sesi ini dapat meningkatkan kesadaran kita tentang peran perempuan Indonesia -entah sebagai ibu rumah tangga sepenuhnya atau sebagai perempuan yang bekerja- sehingga mereka lebih berdaya dan memperoleh dukungan yang lebih nyata.

Hal yang unik dalam kungkungan budaya kita yang cenderung patriarki alias masih didominasi kaum lelaki ini, malah perempuan mempunyai hak yang tidak dimiliki para lelaki. Hak apakah itu? Hak memilih. Iya, perempuan dapat memilih apakah ingin menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya atau bekerja yang umumnya di luar rumah walau pada banyak kenyataan ia tidak sepenuhnya dapat membebaskan diri dari peran dan tanggung jawabnya sebagai ibu. Namun di sisi lain perempuan juga masih menghadapi stigma masyarakat yang berpandangan jika ia bekerja seolah kurang menghargai harkatnya sebagai ibu yang melahirkan dan membesarkan anak serta mengurus rumah tangga. Sebaliknya jika memilih jadi ibu sepenuh waktu, ia acap dicap pemalas dan kurang menghargai pendidikan yang sudah diraih dengan susah payah. Baiklah, mari kita simak pengalaman yang dibagikan oleh kedua ibu muda hebat ini tentang pilihan mereka.

Olivia Martina Herawati, Penata Kanselerai/ Bendaharawan KJRI Marseille

Olive bercerita sedari kecil bercita-cita ingin bekerja karena melihat keteladanan ibunda yang bekerja sebagai guru namun tetap cakap mengurus rumah tangga. Sejak bersekolah di kota kecil di Jawa Timur, ia sudah menentukan pilihannya ingin bekerja di Kementerian Luar Negeri. Berhasil diterima di Kemlu sebagai BPKRT (Bendaharawan dan Penata Kerumah Tanggaan) merupakan prestasi terbaik yang tidak ia sia-siakan. Perempuan yang saat ini memiliki dua anak yang lucu-lucu ini beruntung memiliki suami yang mendukung pilihan sang istri. Ia berbagi tanggung jawab sepenuhnya dalam mendidik anak dan bahkan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Menurut Olive, pak Gabor malah lebih ahli dalam memasak berbagai menu. Sang suami juga jauh lebih sabar dan telaten dalam mengasuh dan menghadapi peri laku anak-anak yang aktif ini, tambah Olive. Beruntungnya lagi, saat anak pertama lahir, Kemlu baru saja selesai membangun tempat penitipan anak. Setiap pagi berangkat kerja ia membawa putranya ke tempat penitipan yang berlokasi masih di halaman yang sama dengan kantor sehingga sangat memudahkan dirinya. Menurut Olive, para atasannya di Kemlu selama ini juga memahami situasinya dan penuh pengertian. Pasangan ini memilih tinggal di dekat kantor di apartemen mungil agar mobilitas ke kantor atau ke rumah jadi lebih mudah dan nyaman khususnya buat anak-anak.

Pak Gabor pria asal Hongaria ini, bertemu dengan sang calon istri saat Olive magang di KBRI Budapest. Ia berhasil resmi menjadi WNI sejak tiga tahun silam setelah menanti selama lima tahun. Di Jakarta ia bekerja di sebuah perguruan tinggi dan telah dapat menyelesaikan dua gelar master karena memang punya hobby belajar selain bermusik.

Saat suami/istri berdinas di luar negeri, tentu beda ceritanya karena ‘spouse’ sesuai ketentuan tidak diperkenankan bekerja yang menerima gaji. Menggunakan tenaga ART tentunya bukan pilihan khususnya di negara-negara maju. Oleh karenanya tanggung jawab mengurus anak dan rumah tangga menjadi jatuh sepenuhnya di pundak para ‘spouse’ ini.

Irma Kartika berbagi pengalaman sebagai istri home staff KJRI Marseille

Bagaimana dengan Irma? Ibu muda berputra tiga yang ganteng-ganteng ini adalah Sarjana Arsitek yang juga sempat menyelesaikan gelar magisternya di tanah air. Sebelum menikah, ia bekerja cukup lama, namun memutuskan menjadi ibu sepenuh waktu setelah punya anak dan ‘rempong’ dengan segala urusan, demikian ujar Irma. Ia menambahkan bahwa, akhirnya ia sangat menikmati peran sebagai ibu karena bisa selalu dekat dengan anak dan dapat mendidik mereka secara langsung. Si bungsu Barra yang usianya terpaut jauh dengan abang-abangnya, membuat ibu muda ini menjadi lebih sibuk karena mengurus remaja dan juga sekaligus balita di rumah. Hidup berpindah mengikuti penugasan suami menjadikan Irma lebih total dalam perannya. Ia menegaskan tidak setuju jika ini disebut pengorbanan tetapi lebih tepatnya sebagai sebuah pilihan. Suami Irma, Pak Alex juga kerap membantu urusan rumah tangga terutama di saat-saat ‘hectic’ di rumah, walau pekerjaan sebagai home staff di perwakilan tentunya cukup menyita waktu. Meski pun sebagai seorang diplomat di kantor perwakilan, jika di rumah ikut membantu pekerjaan rumah tangga dan berbagi tugas dengan Irma untuk meringankan beban sang istri, seperti mengantar anak sekolah, menyuapi makanan si kecil atau sekedar merapihkan rumah. Menurut Irma, putri dari pasangan dokter spesialis ini, juga penting agar perempuan selalu terus belajar dan mengembangkan diri serta terkinikan dengan perkembangan iptek terbaru. Keahlian yang dimiliki mungkin belum saat ini dapat digunakan, tapi suatu hari nanti akan sangat bermanfaat.

Sesi Berbagi ini diakhiri dengan kesimpulan bahwa, apa pun pilihan profesi yang diambil seorang perempuan, ia tetap dapat memberikan kontribusi yang optimal di setiap bidang. Syaratnya ia mampu mengenali potensi dan ketebatasan dirinya, mau tetap belajar dan mengembangkan diri, terus menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan serta menjaga komitmen untuk berbuat yang terbaik, baik untuk dirinya sendiri serta untuk keluarga dan lingkungan yang lebih luas. Tantangan pastinya selalu menghadang namun tetap percaya semua hambatan dapat diselesaikan pada saat yang tepat. Di samping itu tentu saja para perempuan ini membutuhkan dukungan penuh dan tulus iklas dari lingkungan terdekatnya terlebih dalam menjalani peran multi tasking yang kerap tidak mudah. Perempuan yang bahagia, berdaya, percaya diri, terus mengasah kemampuan, serta cerdas menyikapi setiap kondisi, pastinya mampu memperkuat ketahanan keluarga serta menjadi subjek yang berharga untuk membangun negeri bersama-sama kaum lelaki. Majulah terus para perempuan Indonesia, negara merindukan kontribusimu…

Satu tanggapan untuk “Sharing Pengalaman, Peran Wanita di KJRI Marseille

  • 12 Januari 2023 pada 9 h 51 min
    Permalink

    Bravo para wanita Indonesia…..

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *