Pesona Rempah Indonesia: Perjalanan Rasa di Kota Vendargues, Prancis

Journée des épices Indonésiennes” JDEI (hari rempah Indonesia) merupakan acara promosi budaya dan kuliner Indonesia yang diselenggarakan Surat Dunia untuk memperkenalkan kekayaan rempah-rempah dan warisan kuliner Indonesia di Prancis. Acara ini bertujuan untuk memperkuat diplomasi budaya dan meningkatkan kesadaran dunia tentang sejarah, nilai budaya, dan ekonomi rempah Indonesia. Acara ini mendapat dukungan penuh dari pihak walikota Vendargues, KJRI Marseille dan Atdikbud KBRI Paris. Pengunjung Prancis tampak terpesona dengan kekayaan rempah yang dimiliki oleh Indonesia.

Begitu melewati pintu masuk, para pengunjung yang hadir seolah memulai perjalanan eksotis ke Nusantara. Suasana dan aroma khas rempah-rempah Indonesia segera menyelimuti mereka, menciptakan pengalaman multisensori yang memikat. Harum cengkeh, pala, kayu manis, dan berbagai rempah lain yang memenuhi ruangan membangkitkan imajinasi dan membawa mereka jauh dari Prancis—seakan-akan mereka sedang berada di jantung Indonesia.

Pameran rempah yang diadakan memberikan pengalaman multisensori bagi pengunjung. Mereka dapat menyentuh berbagai jenis rempah, seperti cengkeh, pala, kluwek, kunci, daun kelor, kencur dan lainnya, merasakan tekstur dan bentuknya secara langsung. Aroma rempah-rempah yang ditawarkan dalam pameran juga memungkinkan pengunjung untuk mencium wangi khas masing-masing rempah, menambah kedalaman pengalaman dan memperkaya pemahaman tentang betapa kompleksnya rasa dan aroma rempah-rempah tersebut. Selain itu, ada juga pameran foto yang menampilkan street food, pasar tradisional dan berbagai rempah Indonesia.

Acara yang berlangsung Minggu 8 September 2024 di salle Armingué 1, Vendargues ini, dibuka dengan sambutan dari ketua asosiasi dan juga pendiri media Surat Dunia, Dini Kusmana Massabuau. Dalam sambutannya, Dini yang berprofesi sebagai jurnalis dan telah bermukim selama 24 tahun di Prancis ini dengan penuh semangat menekankan bahwa “Hari Rempah Indonesia adalah salah satu cara untuk memperkenalkan kekayaan budaya dan sejarah Nusantara kepada dunia internasional, khususnya masyarakat Prancis.”

Dini juga menambahkan “Rempah Indonesia yang menghasilkan berbagai masakan lezat ini merupakan budaya pemersatu, karena Indonesia memiliki banyak perbedaan budaya, bahasa dan agama, namun ketika duduk bersama menikmati hidangan khas berbagai daerah seolah rasa perbedaan itupun tak terasa lagi”.

Dari kiri ke kanan; Walikota honoraire, Walikota vendargues, Konjen RI Marseille, Ketua Asosiasi Surat Dunia

Walikota Vendargue, Guy Lauret, menyampaikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap acara Hari Rempah Indonesia. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan rasa bangga karena kotanya terpilih menjadi salah satu tempat yang menyambut dan merayakan kehadiran diaspora Indonesia. Menurutnya, acara seperti ini tidak hanya memperkaya hubungan internasional tetapi juga memberikan kesempatan bagi masyarakat Prancis untuk lebih mengenal warisan budaya dan kuliner Indonesia yang sangat beragam.

Walikota Vendargues, Guy Lauret ( menggunakan jas berdasi) mengunjungi stand stand Indonesia

Guy Lauret menekankan bahwa acara rempah ini berhasil memperkuat ikatan antara Vendargue dan komunitas Indonesia yang ada di kota tersebut. Ia juga berharap bahwa acara ini akan terus berlanjut di masa mendatang, sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi diaspora Indonesia dalam memperkenalkan kekayaan budaya Nusantara kepada masyarakat lokal. Walikota menegaskan bahwa Vendargue dengan senang hati membuka pintu bagi lebih banyak inisiatif yang mendukung pertukaran budaya seperti ini, yang dapat mempererat hubungan antarbangsa.

Konsul RI di Marseille, Dian Kusumaningsih, turut memberikan sambutan yang hangat dalam acara Hari Rempah Indonesia. Beliau menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada penyelenggara acara, khususnya Dini Kusmana Massabuau, Siti Madinah dan Dewi Hadin, dan juga kepada Walikota Vendargue, Guy Lauret, atas dukungan dan kesempatan yang diberikan untuk menyelenggarakan acara yang penting ini.

Konsul RI di Marseille, Dian Kusumaningsih, dalam sambutannya juga menekankan bahwa Hari Rempah Indonesia merupakan bagian dari program pemerintah Indonesia yang dikenal dengan inisiatif “Spice up the World”. Program ini dirancang untuk mempromosikan kekayaan rempah-rempah Indonesia di panggung internasional, serta memperkenalkan warisan sejarah, budaya, dan kuliner Nusantara melalui rempah-rempah.

Konsul menjelaskan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk mengukuhkan posisi Indonesia sebagai pusat rempah dunia, yang tidak hanya memainkan peran penting dalam perdagangan global di masa lalu, tetapi juga berpotensi besar dalam dunia kuliner modern. Melalui program ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan diplomasi budaya dan ekonomi, serta memperkuat hubungan internasional, seperti yang terlihat dalam acara di Prancis ini.

Ia menegaskan bahwa acara seperti Hari Rempah Indonesia di Vendargue merupakan langkah konkret dalam mendukung misi Spice up the World, dengan membawa kekayaan rasa dan sejarah rempah Indonesia ke hadapan publik global, termasuk Prancis, yang memiliki apresiasi tinggi terhadap kuliner dan budaya.

Pembukaan Hari Rempah Indonesia, ditandai dengan pemotongan tumpeng, penyerahan ulos dan pemukulan gong.

Ida Digong penggiat kuliner

Acara JDEI semakin atraktif dan memikat dengan adanya demo pembuatan bumbu khas Indonesia yang dibawakan oleh penggiat kuliner Ida Digon. Para pengunjung terlihat antusias menyaksikan bagaimana bumbu-bumbu tradisional Nusantara diracik, sambil memahami lebih dalam tentang rempah-rempah yang menjadi dasar cita rasa khas Indonesia. Chef Eliseo Colacino yang juga penduduk kota Vendargues, turut meramaikan suasana dengan demo masaknya yang memukau, memadukan rempah-rempah Indonesia dengan teknik kuliner modern, menciptakan hidangan yang menggugah selera dan menampilkan kekayaan rasa Nusantara kepada publik Prancis, merekapun bisa mencicipi secara langsung tiga masakan hasil Chef Eli.

Chef Eliseo Colacino, Chef Intercontinental

Acara JDEI menawarkan keberagaman kuliner Indonesia yang dapat dinikmati di berbagai stand dengan dekorasi menawan. Setiap sudut menyajikan pengalaman visual dan budaya yang kaya. Masakan yang ditawarkan begitu beraneka ragam, mulai dari sate ayam lengkap dengan gerobaknya, masakan Toraja, Minang, Manado, Sunda, Jawa dan masih banyak dari daerah lainnya memanjakan lidah para pengunjung. Persatuan Pelajar Indonesia Montpellier (PPI) tak mau ketinggalan, mereka menawarkan berbagai minuman yang dari Indonesia. Kopi, dan jamu kunyit asam laris manis dibeli pengunjung.

Para parsipasi stand datang berbagai kota di Prancis, bahkan ada yang sengaja datang dari Belgia. Pengisi stand juga tidak hanya warga Indonesia, namun warga Prancis yang memiliki cinta dan ketertarikan dengan Indonesia ikut berjualan.

Pengunjung juga dimanjakan dengan pertunjukan seni yang memikat. Tarian Lenggang Nyai, yang dibawakan oleh dua pelajar Indonesia-Prancis, Desta Sasi Kirana Ningtyasdan Nais Ayu Millot, memukau penonton dengan kostum yang berwarna-warni dan gerakan yang anggun. Penampilan ini menggambarkan keindahan dan kekayaan tradisi tari Indonesia yang mengundang decak kagum.

Tarian Lenggang Nyai oleh Desta dan Nais
Lenggang Nyai dibawakan Desta dan Nais

Tarian Bajidor Kahot oleh Septi de Blanes menampilkan gerakan dinamis dengan kipas sebagai ciri khasnya, menciptakan suasana meriah dan penuh energi. Penariannya yang penuh warna dan ekspresi menambah vibrasi acara, menunjukkan sisi ceria dari budaya Indonesia.

Tarian Bajidor Kahot oleh Septi de Blanes

Berry Octavyando, pria asal Sunda, membawakan tarian Kandagan dengan sangat mempesona. Tarian ini, yang kaya akan elemen budaya Sunda, memperlihatkan keahlian dan keindahan gerakan tradisional yang memikat perhatian dan menghargai estetika lokal.

Berry Octavyando membawakan tarian Kandagan

Pengunjung juga dihibur oleh penampilan pencak silat dari Club Pendita Bunia, Maugio yang dipimpin oleh Laurent Quartier. Demonstrasi seni bela diri ini menampilkan teknik dan gerakan yang memukau, membuat jantung para penonton berdebar-debar. Pencak silat, dengan gerakannya yang lincah dan penuh disiplin, memberikan sentuhan dramatis dan memukau pada keseluruhan acara.

Club Pendita Bunia, Maugio
Pencak silat, Club Pendita Bunia, Maugio

Kombinasi antara kuliner, pertunjukan tari, dan seni bela diri membuat Journée des Épices Indonésiennes menjadi pengalaman yang menyeluruh dan menyenangkan, memberikan kesempatan bagi publik Prancis untuk merasakan kekayaan budaya Indonesia dalam berbagai aspek.

Acara ini menjadi hidup berkat dipandu dengan penuh semangat oleh pasangan pemandu acara, Sita Phulpin, seorang diaspora Indonesia, dan Karine Soulé, warga Prancis. Kehadiran mereka sebagai pembawa acara menambah warna dan keakraban acara, dengan perpaduan bahasa dan budaya yang memperkuat suasana multikultural dan kolaboratif. Dengan kepiawaian mereka, acara menjadi hidup, menghubungkan penonton dengan para pengisi acara dan menjadikan pengalaman ini tidak hanya edukatif tetapi juga sangat menghibur.

Lomba ulek yang diadakan sebagai bagian dari acara JDEI menjadi salah satu highlight yang paling heboh dan meriah. Acara ini menarik perhatian banyak pengunjung, terutama warga Prancis, yang antusias berpartisipasi dalam lomba sambal menggunakan cowet dan ulekan.

Suasana menjadi semakin hidup ketika para peserta pria, yang kebanyakan adalah warga Prancis, menunjukkan semangat tinggi dalam berlomba. Mereka tidak hanya berusaha dengan serius menggunakan cowet (alat penggiling bumbu) dan ulekan (lesung).

Beberapa momen lucu dan tak terduga terjadi ketika peserta pria mencoba beradaptasi dengan teknik tradisional ini. Beberapa dari mereka bahkan tampak berjuang keras untuk menguasai penggunaan cowet dan ulekan, membuat penonton tertawa dan bersorak. Keberanian mereka untuk mencoba sesuatu yang baru dan berusaha dengan penuh semangat menambah keceriaan acara.

Lomba ini tidak hanya menjadi ajang kompetisi yang seru, tetapi juga sebagai sarana edukasi yang menyenangkan tentang bagaimana bumbu-bumbu tradisional Indonesia dibuat.

Sita Phulpin berhasil mencuri perhatian warga Prancis dengan memperkenalkan jamu, minuman tradisional Indonesia, di acara Journée des Épices Indonésiennes (JDEI). Olahan jamu yang disajikannya di stand minuman laris manis, membuktikan betapa efektifnya ia dalam memperkenalkan dan mempopulerkan minuman herbal ini di kalangan masyarakat Prancis.

Sita Phulpin demo pembuatan Jamu

Saat Sita Phulpin mengadakan demo pembuatan jamu, banyak pengunjung Prancis yang terkejut dan terkesan dengan keunikan serta manfaat kesehatan dari jamu. Demo ini memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mencoba langsung proses pembuatan jamu dan mendapatkan pengetahuan mendalam tentang khasiat jamu. Reaksi positif ini menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang sebelumnya tidak menyangka bahwa minuman tradisional seperti jamu bisa memiliki rasa yang lezat dan manfaat kesehatan yang signifikan.

Tombola menjadi salah satu bagian yang sangat dinanti dalam acara JDEI. Pengunjung antusias mengikuti undian ini karena berbagai hadiah menarik yang disiapkan, semuanya didatangkan langsung dari pengrajin Indonesia. Dari mulai rempah hingga berbagai kerajinan tangan Indonesia.

Pengunjung semakin terpesona dengan penampilan tarian Poco Poco yang dipimpin oleh Cristin Kavin Fibrianto yang juga terpilih sebagai juara stand terbaik. Christin berhasil memikat hati dan menciptakan suasana penuh semangat di acara Journée des Épices Indonésiennes (JDEI). Tarian Poco Poco, dengan gerakan yang enerjik dan ritme yang menular, membawa suasana ceria dan mengundang banyak orang untuk ikut bergabung, menari bersama dan merasakan keceriaan khas Indonesia.

Acara Journée des Épices Indonésiennes (JDEI), yang diprakarsai oleh Dini Kusmana Massabuau, Siti Madinah, dan Dewi Hadin, berjalan dengan sangat sukses. Menariknya, sekitar 70 persen dari para pengunjung adalah warga Prancis, yang menunjukkan antusiasme tinggi dan minat besar terhadap kultur dan kuliner Indonesia.

Keberhasilan acara ini tidak hanya terlihat dari jumlah pengunjung, tetapi juga dari respon positif yang diterima, baik dalam hal partisipasi maupun penerimaan terhadap berbagai kegiatan yang disajikan. Stand-stand kuliner dengan berbagai hidangan khas Indonesia, pertunjukan seni yang memukau, serta demo pembuatan bumbu dan masak, semuanya berkontribusi pada kesuksesan acara ini.

Dini Kusmana Massabuau, Siti Madinah, dan Dewi Hadin berhasil menciptakan platform yang efektif untuk memperkenalkan dan merayakan kekayaan budaya Indonesia di Prancis, menjadikannya momen penting dalam diplomasi budaya dan pertukaran internasional. Acara ini tidak hanya mempererat hubungan antara Indonesia dan Prancis tetapi juga membuka peluang lebih luas untuk kolaborasi dan pemahaman yang lebih dalam di masa depan.

3 tanggapan untuk “Pesona Rempah Indonesia: Perjalanan Rasa di Kota Vendargues, Prancis

  • 11 September 2024 pada 12 h 37 min
    Permalink

    Luar biasa para diaspora Indonesia di Prancis ini, angkat topi buat para penyelenggara, apalagi melihat kebanyakan wanita ya. Hebat 👍🏼

    Balas
  • 11 September 2024 pada 12 h 39 min
    Permalink

    Spice up the world! Rempah Indonesia kekayaan alam, menjadi sumber negara, semoga semakin banyak wanita wanita Indonesia yang memiliki rasa cinta seperti para panitia ini dan persertanya. Kalian semua hebat.

    Balas
  • 11 September 2024 pada 12 h 40 min
    Permalink

    Keren banget 👏🏼👏🏼

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *