“Malin Kundang” di pentas Rusia

Penulis: Dr. Victor A. Pogadaev/Moskow

Bagaimana guru Indonesia Awal Uzhara melahirkan minat mahasuswa Rusia terhadap pementasan lakon Indonesia

Pada tanggal 2-4 Desember 2024 dilaksanakan ASEAN Week yang bertempat di Pusat ASEAN Universitas MGIMO. di mana para guru dan siswa dari institusi pendidikan tinggi Moskow ambil bagian. Minggu tersebut diakhiri dengan konser yang menampilkan dua lagu Vietnam dan satu lagu Khmer, tarian Laos, drama adaptasi dongeng Burma dan dramatisasi legenda Indonesia “Malin Kundang” yaitu cerita rakyat dari provinsi Sumatera Bara yang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu.

Persembahan itu dibawakan oleh mahasiswa tahun ke-2 MGIMO yang mempelajari bahasa Indonesia di bawah arahan dosen mereka Anton Sapronov. Peran Malin Kundang dimainkan oleh siswa Fyodor Bobkov, dan peran ibunya dimainkan oleh siswa Polina Krasichkova. Peran lain dibawakan oleh siswa Yaroslav Miroshnichenko, Farit Miraitov, Andrey Popluzhny, Kristina Rishko, Angelina Chubenko, Evgenia Katanaeva, Maxim Polunov, Anastasia Bober, Daniil Nuzhnykh.

Saya menyaksikan lakon tersebut dan teringat Awal Uzhara (1931-2017), seorang guru bahasa Indonesia di Institut Studi Asia dan Afrika yang aktif melibatkan siswa dalam produksi lakon Indonesia di lembaga tersebut.

Awal Uzhara adalah seorang Indonesia yang lulus dari Institut Sinematografi Seluruh Uni Sovyet (VGIK) pada tahun 1965, namun tidak dapat kembali ke Indonesia dan tetap tinggal di Rusia, di mana dia berumah tangga dan menjadi warga negara Rusia. Dia memulai aktivitas kreatifnya bahkan sebelum tiba di Uni Sovyet.

Mula-mula dia bekerja di sebuah biro iklan di Jakarta, kemudian mendapat pekerjaan sebagai pelukis di Perusahaan Film Negara (PFN) di mana berkenalan dengan sutradara Basuki Effendi yang mengajaknya menjadi desainer produksi film “Kepulanngan” yang diadaptasi dari novel Toha Mokhtar. Dia juga memainkan peran kecil dalam film itu. Selama penggambaran film Basuki Effendi selanjutnya, “Selamat Tinggal”, dia sudah berperan sebagai sutradara kedua. Dalam kapasitas yang sama, dia tampil dalam penggambaran film “Corak Dunia” dan “Daerah Hilang” atas dasar karya Bakhtiar Siagian. Pada tahun 1956, dia menyutradarai film pertamanya, “Melati Senja” dan pada tahun 1958 – film “Liburan”, keduanya dibintangi oleh aktor populer waktu itu Bing Slamet (1927-1974). Pada tahun 1958, dia dikirim untuk belajar di VGIK di bengkel sutradara Sergei Gerasimov. Dia belajar di kursus yang sama dengan aktor-aktor Soviet terkenal seperti Nikolai Gubenko (1941-2020), Galina Polskikh, Zhanna Prokhorenko (1940-2011), Zhanna Bolotova, Eugeny Zharikov (1941-2012), Lidiya Fedoseeva-Shukshina.

Pada tahun 1960, dia membuat film pendek “Badai” tentang bantuan pangan yang diberikan Indonesia kepada Afrika pada tahun 1946. Di tahun ketiga dia membuat film pendek “Tembakan” berdasarkan cerita oleh A.S. Pushkin (bersama dengan Soebroto dan Syumanjaya) dan juga menyutradai lakon “Lagu-lagu Sunda” berdasarkan cerita Nugroho dan “Hiruk-pikuk” berdasarkan cerita A.P. Chekhov di Teater Mahasiswa Internasional Universitas Negeri Moskow, di mana dia menciptakan grup Indonesia “Di Negeri Musim Panas Abadi.”

Pada tahun 1966, dia kembali ke Indonesia, lulus skrining keamanan (yaitu tidak terlibat dalam kegiatan Partai Komunis Indonesia) dan mulai mencari pekerjaan. Namun situasi negara pasca kudeta 30 September 1965 sulit. Bahkan rekan mahasiswanya di VGIK, pegawai Kementerian Kebudayaan Syumanjaya, tidak bisa membantunya. Pada tahun 1967, Uzhara menerima pesan tentang penyakit putranya di Moskow dan memutuskan untuk berangkat ke sana. Di Moskow, dia menjadi asisten sutradara Gerasimov. Selama bekerja di VGIK, dia memproduksi beberapa film dokumenter: “Tentang Festival Film Tashkent”, “Sekolah Kami di Moskow” (tentang sekolah untuk anak-anak Arab), “Pameran” (1972; tentang pameran seni rupa suku bangsa Indonesia di Museum Ketimuran Moskow), “Tahpol” (1975; tentang nasib tahpol di Indonesia, hadiah di Festival Film Moskow 1977).

Pada tahun 1991-1995 Awal Uzhara menjadi penyiar radio Moskow, pada tahun 1995-2012 – dosen di Institut Studi Asia dan Afrika (pada Departemen Filologi Asia Tenggara, Korea dan Mongolia).

Meskipun dia menjadi warga negara Rusia dia sangat rindu akan tanah airnya dan saudaranya di Indonesia. Pada tahun 1993, dia bertemu dengan kerabatnya di Malaysia. Pada tahun 2001, setelah 32 tahun di luar negeri, dia melakukan perjalanan singkat ke Indonesia. Pada tahun 2009 dia bernikah dengan Susi Magdalena, seorang mahasiswi Indonesia yang belajar di Rusia. Mereka pulang ke Indonesia bersama pada tahun 2012. Di sini dia bekerja di Fakultas Ilmu Budaya, Jurusan bahasa Rusia Universitas Pajajaran dan sering diundang ke komunitas pecinta film Rusia untuk berbagi informasi tentang sinematografi Rusia. Sayangnya kehidupannya di Indonesia yang dia sangat cintai tidak lama: pada tanggal 28 bulan Agustus tahun 2017 dia pulang ke Rahmatullah.

Dia tetap dalam kenangan bekas mahasiswanya di Rusia yang dengan rasa pilu mengingat gurunya yang bukan saja mengajar mereka berbicara dalam bahasa Indonesia tetapi juga mengikutsertakan mereka berperan dalam berbagai lakon Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *