Peristiwa Tragis di Magdeburg, Ini Opini Sejumlah Warga di Jerman
Sobat Surat Dunia, beberapa waktu lalu dunia dikagetkan dengan peristiwa penabrakan pengunjung di Pasar Natal di kota Magdeburg Jerman. Lima orang menjadi korban jiwa, dan setidaknya 200 orang terluka.
Peristiwa yang berlangsung beberapa hari jelang hari natal ini lantas jadi perbincangan hangat di semua media Eropa, terutama Jerman. Semua orang di negeri Panser pun berduka, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Profil pelaku yang merupakan seorang pria Arab Saudi tersebut cukup membuat terkejut masyarakat. Lelaki bernama Taleb al-Abdulmohsen ini diduga merupakan seorang anti Islam, pro Israel, dan pendukung partai sayap kanan Jerman, AFD. AFD atau Alternative für Deutschland ini merupakan partai politik yang dikenal memiliki pandangan rasis, anti imigran, Islamofobia serta disebut mencerminkan ideologi Neo-Nazi.
Lalu lewat segala cuitannya di media sosial, Taleb ini juga menuduh Jerman hendak mengislamisasi Eropa. Terkait hal ini, masyarakat lokal banyak berkomentar, salah satunya Rania. Mahasiswi Jerman keturunan Maroko ini sebut seharusnya masyarakat bisa melihat berita ini lebih adil dan tidak mendiskreditkan muslim, ”Menurut saya, harusnya masyarakat bisa menilai lebih jelas kalau si pelaku itu terbang ke Jerman karena dia anti Islam meski dia berasal dari Arab Saudi. Di tambah lagi, dia juga banyak mengutarakan pikiran soal anti Islam dan support AFD. Ini harusnya udah jadi pertanda bahwa dia adalah seseorang yang berbahaya buat masyarakat Jerman.”
Selain itu, Bjoern warga kota Frankfurt am Main juga sebut kalau si pelaku yang merupakan imigran, perbuatannya membuat situasi di Jerman makin rumit, apalagi di bulan Februari 2025 akan digelar Pemilihan umum.
“.. Jika dia (pelaku) seorang anti-Islam, saya harap hal itu tidak akan menambah rasa takut terhadap orang asing atau Muslim di Jerman. Karena di Magdeburg, saya baca (di berita) beberapa orang yang (terlihat) asing dikejar dan diburu oleh sejumlah orang kelompok sayap kanan dan saya berharap hal ini tidak mengarah ke arah yang salah. Apalagi Jerman akan mengadakan pemilu (Februari nanti)…Permasalahan migrasi ini adalah topik yang sangat hangat di seluruh Eropa.”
Sementara, Deni yang merupakan WNI yang hampir 10 tahun tinggal di Jerman sebut kalau peristiwa mengkhawatirkan ini harusnya jadi pembelajaran buat lebih waspada.
”Menurutku sangat mengkhawatirkan ya, kejadian seperti tahun 2016 di Berlin terulang lagi. Pemerintah Jerman seharusnya sekarang lebih aware untuk tidak menghiraukan warning dari pemerintah arab Saudi atau dari siapa pun itu, terlebih kalau warning nya sudah beberapa kali terkait seseorang yang berpotensi berbahaya. Intinya jangan terlalu lambat bertindak terkait deportasi.”
Hal ini juga diamini Rania. Pemerintah Jerman juga harus lebih memeriksa dengan jelas perihal latar belakang pendatang. “.. Pemerintah harusnya lebih teliti mrngecek latar belakang imigran, pendatang dan lain-lain. Apalagi mereka (pemerintah) umumnya cuma tahu terorisme datang dari “muslim”. Padahal semua orang bisa saja berbuat hal gila. Kemudian hal ini juga harus jadi evaluasi pihak keamanan. Kok bisa momen seperti Pasar Natal pengamanannya seperti itu? Jika ditangani tepat, hal kayak gini bisa dicegah.”
Bjoern juga menambahkan, pemerintah juga harus bisa mengantisipasi agar hal seperti ini tidak terjadi di kemudian hari,” sekarang semua orang mendiskusikan cara mencegah hal ini di masa depan dan peningkatan keamanan selalu berarti berkurangnya kebebasan dan privasi bagi masyarakat dan di Jerman undang-undang perlindungan data sangat kuat yang seharusnya melindungi kebebasan individu… Namun jika itu untuk keamanan negeri dan itu untuk ke arah lebih baik, saya dukung.”
Belum ada informasi korban asal Indonesia. Meski begitu usai peristiwa naas 20 Desember tersebut, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Berlin turut mengimbau Warga Indonesia di Jerman untuk meningkatkan kewaspadaan di lokasi keramaian. Informasi yang diunggah di akun instagram @indonesiainberlin ini juga turut diteruskan di media sosial KJRI Frankfurt dan KJRI Hamburg.