Solo Riding Jakarta London 30.000km dalam waktu 145 hari!

Ditemui oleh Surat Dunia di Palavas les Flot, Stephen Langitan banyak bercerita mengenai perjalanannya yang penuh dengan petualangan. Di sambut oleh warga indonesia yang bermukim di kota tersebut yaitu Agus Kurniawan dan Yuli, pemotor dari Jakarta ini, menceritakan kepada saya dan teman-teman wni lainnya.


Palavas Les Flot bersama Stephen Langitan, Agus Kurniawan dan Yuli.

Pelepasan rider ini memulai petualangannya sebagai solo riding pada tanggal 25 Maret di lepas di kantor kemenhub dengan misi “Kibarkan merah putih”.
Bagaimana awalnya ia memiliki niat ini, persiapan apa saja untuk melakukan solo riding dengan jarak 30.000km ini?

Awalnya, Stephen yang dikenal sebagai master of biker di komunitas pemotor ini tidak mendapatkan ijin dari istri. Karena berpergian selama lima bulan meninggalkan keluarga bukanlah hal yang mudah, apalagi kepergiannya ini lebih bersifat petualang dengan tantangan dan resiko tinggi.

Namun ayah dari dua anak ini berhasil menyakinkan sang istri, sehingga misinya yaitu kibarkan merah putih yang juga sebagai misi perdamaian diberikan restu oleh istri, bahkan petualangan ini nantinya akan dijadikan buku oleh Stephen.

Persiapan Perjalanan

Perjalanan melintas benua bukanlah hal yang mudah, karena ijin memasuki negara merupakan faktor utama yang harus dimiliki, yaitu visa. Pria berusia 53 tahun ini menyatakan, sejak di Jakarta ia sudah mengurus segala keperluan visa. “Bukan hal yang mudah ya mendapatkan visa tersebut, bayangkan, harus satu-satu saya minta dan peraturannya juga berbeda-beda”. “Tapi Puji Syukur kelima visa yaitu India, Pakistan, Iran, Sechen Eropa dan Inggris bisa saya dapatkan tanpa hambatan”.

Persiapan yang ia butuhkan hanya yang utama saja yang ia bawa seperti, kompor kecil, kursi lipat, tenda untuk bermalam. “Namanya solo rider, harus selalu siap, kalau memang situasi mewajibkan kita untuk buka tenda dan berkemah ya harus siaplah, pokoknya dari awal saya sudah mempersiapkan diri jika harus tidur di mana saja”.

Sejak 25 maret pemotor Stephen memulai petualangannya sebagai solo riding dengan motor kawasaki merah putihnya. Setelah melewati Malaysia, perjalanan lewat jalur darat dimulai. Dengan rute Thailand, Myanmar, India, Nepal, Himalaya, Pakistan, Iran, Turki dan barulah masuk ke Eropa. Di Eropa rute yang ditempuh adalah Perancis, Spanyol, Swiss, Italia, Jerman, Belgia, Belanda dan berakhir di London yang direncanakan bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus.

Pengalaman berkesan

Dari perjalanan yang ia tempuh hingga saat ini ada dua hal yang paling berkesan baginya, yaitu saat berada di Pakistan. Ketika ia melewati Provinsi Balochistan, selama enam hari, ia wajib dikawal oleh polisi setempat. Alasan keselamatan dirinya merupakan faktor mengapa ia dilarang mengendarai motor sendiri.

“Kabarnya daerah situ rawan Taliban, karena itu saya nggak boleh mengendarai motor sendiri, wah pokoknya selama enam hari itu, polisiĀ  kawal saya terus”. “Ya memang kita jadi merasa aman ya, tapi jadi tidak ada lagi kebebasan sebagai pemotor, bahkan untuk tidurpun saya masih dikawal juga, bahkan pernah tidur di kantor polisi!” “Tapi ya kita wajiblah mengikuti peraturan setempat”.


(foto Stephen Langitan)

Hal ke dua adalah ketika ia berada di wilayah Iran. Di mana ternyata badai pasir dari gurun dikabarkan datang. “Bayangkan, saat itu sepanjang 400km, seharian saya dan kebetulan ada seorang pemotor lainnya, mengendarai motor bagaikan karena kejar-kejaran dengan badai yang akan datang. Sepanjang 400km itu kami berdua mengendarai motor dengan kecepatan sangat tinggi, dengan kecemasan besar, kalau sampai kita terkenal badai, ya sudahlah yang ada kita berdua tewas!”.

Lalu apa sih sebenarnya misi dari perjalanan Jakarta London ini?

“Misi saya itu yang pertama adalah damai, dengan merah putih saya ingin menyampaikan salam damai khususnya kepada sesama bike rider”. “Kedua adalah untuk memperlihatkan bagaimana kita itu sebagai manusia harus bisa mandiri dan memiliki sifat berjuang, ya misalnya dengan saya mengendarai motor melintas benua ini dimana setiap harinya saya harus bisa mandiri dan bertanggung jawab atas diri saya, dari mulai disiplin, ketika ada masalah, entah itu masalah teknik motor, masalah kesehatan, masalah administrasi dan masalah lainnya saya dilatih dan diwajibkan untuk bisa mandiri dan menyelesaikan sendiri”. “Di sini saya ingin memperlihatkan kepada anak muda bangsa, agar mereka juga melihat jika ingin maju, maka belajarlah mandiri, belajarlah berjuang untuk maju, bukan dengan bergantung dengan orang lain, ini sangat penting bagi saya juga untuk memperlihatkan kepada anak-anak saya, kemandirian dan sifat perjuangan petualangan ini. “Saya berharap sifat mandiri dan perjuangan dalam menghadapi hidup untuk selalu maju bisa menurun ke anak-anak saya nantinya, karena itu penting bagi saya untuk bisa menyelesaikan target misi kibarkan merah putih tepat waktu!”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *