Konferensi PPI Nordik-Baltik di KBRI Kopenhagen Demi Meningkatkan Kesejahteraan Indonesia

“Kerja sama Denmark dan Indonesia di bidang lingkungan hidup dan energi sudah lama terjalin, serta memiliki komitmen kuat dalam mengimplementasikan kesepakatan kedua negara di kedua bidang tersebut, dimana Indonesia dan Denmark adalah close partners terkait menangani masalah-masalah lingkungan hidup, marine debris, energi, dan climate change,” ujar M. Ibnu Said, Dubes RI untuk Denmark, pada pembukaan konferensi “Nordic Baltic Indonesian Scholar Conference (NBISC)” ke-5 di KBRI Kopenhagen, 16 Maret 2019.

Dalam konferensi yang digelar oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Denmark tersebut, Dubes Ibnu menyampaikan perkembangan kerja sama bilateral Indonesia dan Denmark yang semakin erat, terutama di bidang lingkungan hidup dan energi dengan adanya komitmen kedua negara untuk menciptakan green growth and sustainable development, antara lain bekerja sama di sektor circular economy dan solid waste management.

Tema yang diusung dalam konferensi ini adalah “Towards Achieving a Sustainable Future Through Sustainable Development Goals (SDGs)” yang merupakan agenda global untuk mendorong perubahan-perubahan ke arah pembangunan berkelanjutan berdasarkan hak asasi manusia dan kesetaraan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup. Konferensi tersebut dihadiri oleh masing-masing perwakilan PPI wilayah Nordik-Baltik, yaitu PPI Denmark, PPI Finlandia, PPI Swedia, PPI Norwegia, PPI Estonia, PPI Latvia, PPI Lithuania, dan PPI Islandia.

Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim, Prof. Rachmat Witoelar, sebagai salah satu keynote speaker menyampaikan bahwa topik sustainability yang diangkat oleh PPI dalam konferensi ini adalah topik yang cocok untuk para generasi muda, sehingga diharapkan para mahasiswa Indonesia semakin peduli dengan isu perubahan iklim dan tantangan-tantangannya dan dapat memberikan kontribusi menciptakan solusinya.

Sedangkan Erna Witoelar yang juga hadir sebagai pembicara, berbagi pemikirannya bahwa dalam mencapai tujuan SDGs diperlukan kemitraan lintas negara, lintas wilayah, dan lintas sektor, serta lintas disiplin ilmu. Empat elemen penting dalam pencapaian SDGs adalah pemerintah, akademisi, bisnis dan organisasi masyarakat, serta media untuk bekerja sama dengan mengutamakan keterbukaan dan akuntabilitas. Erna Witoelar sendiri adalah mantan Duta Besar Khusus PBB untuk Millennium Development Goals (MDGs) dan saat ini sebagai Co-chair Filantropi Indonesia.

Pembicara lainnya yang hadir adalah mereka yang bergelut di bidang sustainability, yaitu Nick Fitzpatrick, Environmental Scientist dan climate activist Youth Climate Lab; Christian Lund – Head of Section for Global Development, Department of Food and Resource Economic, Copenhagen University; dan Kun Mahardi, Phd – R&D Engineer Bruel & Kjaer Vibro.

Konferensi dipenuhi dialog mengenai isu dan tantangan dalam menghadapi perubahan iklim, komitmen Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, tantangan sektor swasta dalam pengembangan energi terbarukan, serta yang terpenting adalah kontribusi yang dapat dilakukan sebagai mahasiswa dan pemuda Indonesia. Selain panel diskusi, para mahasiswa juga melakukan presentasi poster yang merupakan hasil penelitian atau pemikiran mereka terkait dengan SDGs yang dapat diaplikasikan untuk memajukan Indonesia.

Para mahasiswa Indonesia menyampaikan pernyataan bersama “Nordic Baltic Indonesian Scholar Conference (NBISC) 2019”, yaitu mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) bukanlah hanya tanggung jawab pemerintah, namun dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan industri untuk memajukan ekonomi dan pembangunan sosial. Mendorong triple helix dalam poin pertama untuk dapat berperan aktif mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan memerangi perubahan iklim. Memahami bahwa menjaga keberlangsungan lingkungan adalah hal yang mendesak dan diperlukan gerakan yang masif untuk menyadarkan setiap individu untuk bergerak ke arah pembangunan yang berkelanjutan. Pelajar Nordik Baltik, sebagai generasi muda, berkomitmen untuk berkontribusi dan bersinergi dalam mewujudkan target Sustainable Development Goals di Indonesia pada tahun 2030 sesuai dengan kapasitas, bidang, dan peran masing-masing sesuai dengan 17 pilar yang ditetapkan dalam SDGs. Penguatan kerja sama antara diaspora pelajar Indonesia di wilayah Nordik-Baltik dengan akademisi, profesional, peneliti, dan pemerintah untuk mengembangkan penelitian dan mengimplementasikan ilmu yang didapat untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

Sebagai penutup, Dubes Ibnu menyampaikan harapannya agar para mahasiswa yang belajar di wilayah Nordik-Baltik dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan demi memajukan kesejahteraan bangsa Indonesia.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *