Tokoh Politik Indonesia Bahas Strategi Pembangunan Dunia di tengah Perubahan Iklim di Paris

Tampil sebagai narsum di Paris, Ibu Mari Elka Pangestu bahas strategi tersebut berdampingan dengan Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon.

Paris, 20 Januari. Berbagai krisis lingkungan kerap memunculkan pertanyaan, apakah kita betul-betul bisa menyatukan konservasi lingkungan hidup dengan tujuan ekonomi, kepentingan pembangunan? Saat ini, dunia tengah dihadapkan pada masifnya kebakaran di Australia, setelah sebelumnya di California serta hutan Amazon di Brasil.

Apa tantangan mengatasi fenomena ini, serta bagaimana solusinya, baik untuk politik, kebijakan, dan teknologi? 

Pembahasan di Universitas Sciences Po-Paris

Hal ini menjadi tempa pembahasan dalam konferensi Youth & Leaders Summit yang berlangsung Senin 20 Januari 2020 di Paris. Forum yang diselenggarakan oleh universitas terkemuka, Sciences Po – Paris School of International Affairs, ini mengangkat tema Prospering in A Climate -Impacted Society.

Mantan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, hadir sebagai pembicara utama, bersama para pakar dari berbagai negara dan sektor yang berbicara di sejumlah panel. 

Ban Ki-moon ikut berbicara di forum

Ibu Mari Elka Pangestu, ekonom terkemuka Indonesia dan mantan Mendag, berbicara pada panel pembangunan ekonomi dalam kondisi perubahan iklim, bersama Duncan Austin (pakar lingkungan hidup) dan Francesto Starace (CEO Enel Group, energi).

Dalam paparannya, Ibu Mari menyampaikan bahwa komitmen politik yang kuat sangat diperlukan untuk menciptakan kerangka pembangunan yang berimbang, antara kepentingan ekonomi dengan misi konservasi lingkungan hidup. Selain itu, penguatan awareness di level masyarakat untuk perubahan iklim sangatlah signifikan. “Later is Now,” demikian ditegaskan oleh Ibu Mari, mengutip pernyataan Thomas Friedman, penulis terkemuka dan penerima penghargaan Pulitzer.

Bagi Indonesia, penanganan isu ini secara komprehensif sangat relevan, antara lain karena deraan kebakaran hutan. 

Dalam beberapa hari di Paris, kegiatan Ibu Mari Pangestu sangat padat. Selain berbicara di Sciences Po, Ibu Mari juga berkesempatan untuk melihat produk-produk ekspor Indonesia yang sedang tampil di pameran “Maison et Objet” Paris 2020, bertemu dengan José Ángel Gurría (Sekjen OECD ) untuk membahas sejumlah kerja sama, serta tak lupa berdialog dengan warga dan diaspora Indonesia di KBRI Paris. 

Universitas Sciences Po sendiri merupakan salah satu universitas terbesar di dunia untuk jurusan International Affairs. Sangat banyak alumni universitas ini yang menjadi pemimpin di berbagai negara, termasuk Presiden Emmanuel Macron dan PM Edouard Philippe dari Prancis, Chandrika Kumaratunga (mantan Presiden Srilangka), dan Pierre Trudeau (mantan PM Kanada). Saat ini terdapat tujuh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Sciences Po.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *