Bumbu Segar Lebih Dipilih di Eropa Khususnya Masakan Indonesia

Orang-orang di Eropa terutama orang Perancis lebih suka bumbu yang  segar(fresh) dan mereka tidak suka bumbu instant apalagi yang dibuat di Indonesia yang nota bene ada bahan pengawetnya. Hal ini diungkapkan Eka Moncarre sebagai perwakilan VITO di Prancis, membantah pernyataan seorang Chef di Indonesia jika promosi kuliner Indonesia bisa dilakukan lewat bumbu bubuk dan lebih baik menggunakan bumbu yang sudah jadi (instant) supaya restoran Indonesia di luar negeri juga tidak bangkrut.

”Prinsipnya orang Perancis tidak suka makanan dengan produk kimia, mereka lebih suka makanan dengan bumbu alami, go nature. Jika kita memperkenalkan rempah2 Indonesia dengan bumbu instant, bagaimana dunia bisa tahu tentang kekayaan rempah-rempah di Indonesia ? ini sama sekali bertolak belakang,” tegas Eka Moncarre Country Manager Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Perancis.

Bersama para pakar kuliner prancis dan direktur sekolah masak Cordon Bleu acara gastronomie Internasional

Indonesia sudah sejak lama dikenal dunia sebagai penghasil rempah-rempah. Dan, pada masa kini rempah-rempah dari Tanah Air juga menjadi strategi yang tepat untuk mempromosikan Indonesia di luar negeri sehingga bisa memberikan dampak positif terhadap kunjungan wisatawan mancanegara ke negeri ini.

Ia mengaku tidak setuju dengan pernyataan pakar kuliner William Wongso dalam mempromosikan masakan indonesia lewat bumbu jadi dengan alasan agar restorant indonesia tidak bangkrut. Orang prancis justru malah sebaliknya, mereka begitu tahu jika yang digunakan kebanyakan bumbu tidak segar mereka malah jadi tidak tertarik. Karena bagi mereka bumbu instant mengandung pengawet dan orang tidak menganggap sebagai masakan restoran yang layak dijual dengan nota bene masakan buatan rumah. Karena di Prancis sangat penting, kualitas dari sebuah restoran, salah satunya adalah bumbu segar. Dan sejauh ini restoran indonesia di Prancis memang lebih memilih menggunakan bumbu segar.

Eka juga menambahkan dirinya sedikit kecewa ketika William Wongso mempromisikan bumbu jadi kepada sekolah paling bergengsi yaitu Cordon Bleu, padahal sekolah yang memiliki reputasi dunia itu adalah suatu instansi gastronomi yang sangat dihormati para pakar kuliner Internasional.

“Apalagi dengan adanya COVID-19, semua orang di dunia akan lebih memilih makan makanan organik yang alami dan bukan dengan bumbu jadi. Sekarang semua orang akan memiilih go natural, go green, dan makan makanan dari alam, bio food sangat laku di Eropa dan akan jadi  trend dari pasca COVID-19,” tambah Eka.

Eka meminta agar Indonesia justru lebih aktif dalam mempromosikan bumbu-bumbu segar ke luar negeri, khususnya Prancis. Terbukti setiap kali ia mempromosikan kuliner indonesia diberbagai acara di Prancis, para Chef termuka Prancis selalu tertarik akan bumbu-bumbu yang digunakan pada masakan indonesia. Dan mereka banyak yang kagum dan menyatakan minatnya untuk bisa mendapatkan rempah-rempah segar dari Indonesia, karena kebanyakan justru datang dari Thailand. Karena itu Eka meminta Indonesia agar mengambil peluang ini sebagai celah untuk maju dalam pasaran rempah. Ia menambahkan, banyak para pakar kuliner di Eropa yang sengaja datang ke Indonesia untuk membeli rempah-rempah yang tidak bisa didapatkan di luar negeri. “Peluang seperti inilah harusnya yang bisa kita ambil jangan sampai negara Asia lainnya yang selalu lebih dahulu menguasai pasar rempah”, tutur Eka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *