Corona Bikin Rencana Liburan, Pulkam dan Usaha Para Diaspora Indonesia Berantakan

Tiket pesawat dibatalkan. Kalaupun tidak dibatalkan, diganti terus menerus jadwalnya tetap saja pada akhirnya tidak bisa pergi. Rencana liburan hanya 2 minggu di Prancis berujung 3 bulan karena adanya lockdown. Bisnis antar dua negara juga jadi ikut terhenti karena sudah tidak ada lagi penerbangan antar negara. Inilah beberapa keluhan dari banyak orang indonesia yang terkena dampak berantakannya rencana berpergian mereka akibat corona.

“Harusnya sejak akhir Juni kami sekeluarga sudah berada di Indonesia untuk liburan, tiket sudah kami beli jauh sebelumnya. Siapa sangka ada corona yang membuat rencana pulang ke tanah air jadi gagal semua.” Tutur Widi WNI yang tinggal di Vienne-Isère, Prancis.

Widi dan Keluarga

“Padahal sudah rindu dengan keluarga di Jawa, apalagi tahun lalu kami tidak bisa mudik, ya habis mau bagaimana? Akhirnya kami batalkan dan memang pihak Qatar Airways sendiri yang juga membatalkan penerbangan kami pada akhirnya. Sekarang entah kapan kami bisa balik, masih lihat sikon juga.”

Wisnu Uriawan, seorang pelajar yang saat ini sedang mengambil PhD di Lyon juga menyatakan kepada Surat Dunia galaunya saat ini mengenai keputusan untuk pulang ke tanah air.

“Saya sampai saat ini masih melihat sisi baik dan buruknya. Bagaimana kalau saya pulang ke Indonesia apakah bisa kembali ke Prancis lagi nantinya, karena kuliah saya juga belum selesai.”

Wisnu yang juga Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Prancis menambahkan;

“Terus terang saya lebih berhati-hati karena negara tujuan dalam arti Indonesia sendiri kita belum tahu seperti apa kondisi terakhir mengenai covid ini, walaupun mungkin di Prancis sudah ‘terkendali’ ya zona hijau sudah terlihat dengan keseriusan pemerintah dalam menangani pendemi ini sementara di Indonesia saat ini masih terus dalam usaha menangani pendemi ini hingga situasi dan kondisi juga birokrasi nantinya jika saya kembali masih belum terlalu jelas, membuat saya untuk saat ini memutuskan untuk tidak pulang dulu.”

“Tentu saja soal rindu sangatlah, apalagi kepada putri saya yang sudah lama saya tidak temui, makanya rencana saya sebelumnya adalah pulang ke Indonesia untuk menjemput mereka (istri dan anak) untuk hidup bersama di Prancis, selama masa kuliah saya. Tapi yaaaa gara-gara corona ini semua jadi berantakan memang,” tambah Wisnu yang tercatat sebagai mahasiswa di Ecole Doctorale INSA de Lyon.

Seorang WNI (tidak mau disebutkan namanya) yang berencana pada awalnya hanya liburan 2 minggu untuk menemai putrinya yang kuliah di Toulouse Prancis juga terkena dampak. Dirinya terpaksa pada akhirnya tinggal selama hampir 3 bulan bersama putrinya dan menjalani bulan Ramadan di Prancis. Hal ini dikarenakan pesawat yang harusnya membawanya kembali ke Indonesia, membatalkan penerbangan. Tanggal penerbangan terus dijadwal ulang, hal ini berlangsung selama dua bulan lebih. Hingga akhirnya WNI tersebut terpaksa membeli tiket baru dengan harga sangat mahal dengan maskapai penerbangan lainnya.

Ketika sampai di Indonesia, WNI itu terkena karantina di wisma atlet karena tidak menjalani tes PCR sebelum pulang dan juga tidak membawa surat pernyataan bebas covid-19.

Kasus lainnya datang dari Indonesia. Beberapa WNI yang harusnya liburan Juli dan Agustus terbang ke Prancis dan negara pasangan WNA mereka menjadi batal.

Yuliaty, wanita WNI yang menikah dengan pria prancis menyatakan dalam komunikasinya via messenger kepada Surat Dunia;

“Kalau kami memang sudah membatalkan keberangkatan ke Prancis untuk bulan Agustus sejak bulan Maret, alasannya karena kami takut corona. Ada beberap teman yang mau berangkat ke Prancis, tapi menurut mereka ternyata sulit juga prosedurnya bahkan banyak yang batal karena kendala visa di kedutaan yang tersendat. Kedutaan Prancis memang saat itu tidak mengerluarkan visa turis layaknya Indonesia untuk orang asing.”

Ambassade de France di Jakarta mulai kembali membuka permintaan visa tertentu sejak 1 juli. Tapi masalahnya bagi yang tidak tinggal di Jakarta seperti kami ini, yaaa untuk ke sananya saja sudah susah dan ribet! Peraturan dari tempat kami tinggal dan peraturan di Jakarta itu sendiri. Harus tes PCR atau tes Swab covid. Pokoknya ribet banget bagi kami, belum lagi harga tes itu di sini kan bayar sendiri dan minimal keluarlah sekitar 2 juta untuk tes saja per-orang.” Tutur Yuliaty.

“Yang jadi masalah, bukan hanya liburan saja yang berantakan, kami kan juga memiliki bisnis penginapan di Indonesia tepatnya di Pulau Selayar Sulawesi Selatan, nah itu terkena sekali dampaknya. Kami merasakan bagaimana selama larangan turis masuk dan adanya pembatasan sosial berskala besar juga aturan untuk tetap di rumah, membuat usaha kami jadi mengalami kerugian sangat besar.”

“Tempat kami yang sudah dibooking dari tahun lalu, semuanya dicancel. Malah ada tamu kami yang nekat mau datang dari Inggris tapi kami jelaskan bahwa tidak memungkinkan karena semua transportasi ditutup untuk orang asing. Suami saya saja kalau sampai keluar dari pulau ini, untuk masuk lagi sudah nggak boleh, makanya pada akhirnya kami memilih tinggal di Pulau sajalah mencari aman,” tambah Yuliaty “Karena tidak bisa keluar inilah maka usaha kami lainnya juga jadi ikut mengalami kesulitan, yaitu minyak kosmetik Bio yang biasanya kami ekspor ke Prancis dan Swiss, apalagi karena corona ini yang ada nantinya kalaupun ekspor sudah kembali lancar tetap saja jatah kami jadi dikurangi karena Indonesia saat ini masih signifikan peningkatan coronya. Menurut saya, pendemi ini melumpuhkan semua aktifitas kami.” Tutur Yuliaty menyesalkan hal ini.

Banyak memang warga indonesia yang berada di luar negeri mengalami terjebak di negara tempat mereka berlibur atau menimba ilmu. Begitu juga dengan para warga negara asing yang berada di Indonesia tidak bisa pulang ke negara asal mereka, karena kesulitan dapat penerbangan. Kalaupun ada banyak yang menyatakan harganya sangat mahal bisa hingga 3 kali lipat dari harga normal. Bagai para WNI sendiri pada akhirnya banyak yang memilih membatalkan rencana liburan mereka ke Indonesia. Situasi yang belum pasti. Banyaknya peraturan dari segi tes yang harus dijalani, ketakutan juga akan penularan selama perjalanan menjadi alasan bagi banyak WNI yang pada akhirnya memilih untuk membatalkan pulkam tahun ini. Corona oh corona….

Penulis: Dini Kusmana Massabuau

*Foto utama telah mengalami perubahan dari aslinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *