Karya Raden Saleh di Museum Seni Jerman Mengingat 140 Kepergiannya

Pada Agustus 2020, kurang lebih bertepatan dengan 140 tahun meninggalnya Raden Saleh, Museum Seni Albertinum Dresden di Jerman menambah koleksi barunya dengan lukisan Raden Saleh.

Sang Maestro Pelukis Indonesia, Raden Saleh (1811-1880), wafat sejak hampir satu setengah abad silam. Namun, hasil karyanya masih banyak diminati dan dikagumi oleh para pencinta seni. Koleksi baru tersebut diperoleh pihak museum dari satu keluarga di kota Würzburg di selatan Jerman. Lukisan berjudul “Winterlandschaft bei Maxen” (Panorama musim dingin di Kota Maxen) itu dipinjamkan kepada pihak musem untuk masa lima tahun.

Maestro Raden Saleh

Prof. Marion Ackerman, Director General for State Art Collection Dresden mengundang Dubes RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno untuk melihat koleksi baru tersebut. Kunjungan yang dilakukan pada 8 September 2020 itu sekaligus menjadi ajang napak tilas ke beberapa lokasi yang dulu ditinggali Raden Saleh.

Sebagai seorang yang juga pencinta lukisan, Dubes Oegroseno kagum saat mengamati karya lukisan Raden Saleh, Winterlandschaft bei Maxen itu. Lukisan yang dibuat tahun 1848 ini memang ukurannya relatif tidak besar, yaitu 31 x 45 cm. Meski demikian Dubes Oegroseno menyatakan lukisan Winterlandschaft bei Maxen ini sangat detail. “Sekilas memang tampak sederhana, tapi kalau diamati dari dekat, baru bisa merasakan detailnya. Dari jauh mungkin tidak kelihatan kalau dalam lukisan itu ada seorang wanita berpakaian merah yang sedang berdiri di salju” kata Dubes Oegroseno.

Kepada kurator Museum Albertinum, Dr. Holger Birkholz, Dubes Oegroseno spontan mengusulkan untuk diadakan eksibisi online. “Kita bisa jajaki kerja sama antara Museum Albertinum dengan salah satu museum atau galeri di Indonesia, seperti dengan Galeri Nasional di Jakarta“, tambahnya.

Menurutnya, Raden Saleh adalah Duta Budaya Indonesia pertama di Jerman, bahkan di Eropa. Sejak pertengahan abad ke-19, ia memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Jerman. Hasil karya Raden Saleh telah tersebar di lebih 45 museum di seluruh dunia. Belum lagi beberapa karyanya yang disimpan oleh beberapa orang sebagai koleksi pribadi. Menurut Dr. Werner Kraus, seorang pakar Raden Saleh, salah satu lukisan Raden Saleh terjual di rumah lelang dengan harga yang fantastis, yaitu hampir US$ 10 juta.

Selain Museum Albertinum di Dresden Dubes Oegroseno juga berkunjung ke Maxen. Di kota ini Napak Tilas perjalanan Raden Saleh dilakukan di beberapa tempat, seperti Blaues Häusel (Rumah Biru), Schloss Maxen (istana Maxen), dan Heimatmuseum Maxen. Schloss Maxen adalah tempat tinggal bangsawan Friedrich Anton Serre yang merupakan ayah angkat Raden Saleh. Blaues Häusel, yang berjarak 1 km dari istana ini, merupakan paviliun kecil di tengah perbukitan ladang gandum yang sengaja dibangun keluarga Serre untuk Raden Saleh. Sementara di Heimatmuseum Maxen banyak tersimpan barang, reproduksi lukisan, dan foto-foto yang berkaitan dengan Raden Saleh. Museum ini bahkan menyimpan surat asli Raden Saleh. Uniknya, surat tertanggal 1 Februari 1849 ini menggunakan dua bahasa yaitu Bahasa Jawa dengan aksara Hanacaraka dan juga Bahasa Jerman.

Raden Saleh tinggal di Dresden dan Maxen kurang lebih selama sepuluh tahun (1839 – 1849). Sebelumnya ia belajar melukis di Belanda dari gurunya Johan Christian Dahl dan Andries Schelfhout. Lukisan-lukisan Raden Saleh menyajikan pemandangan yang tidak biasa bagi orang-orang Eropa. Sentuhan kuas khas aliran romantisme Eropa yang dipelajari dari guru-gurunya ia padukan dengan eksotisme Timur. Seperti halnya lukisan Winterlandschaft bei Maxen. Orang-orang tidak akan mengira bahwa sang maestro berasal dari Jawa, Indonesia.

Fakta-fakta tentang Raden Saleh inilah yang menurut Dubes Oegroseno perlu diketahui oleh publik di Indonesia dan Jerman, khususnya generasi sekarang. Untuk itu, KBRI Berlin selalu antusias mengadakan berbagai kegiatan untuk mempromosikan Raden Saleh di Jerman.

Di tahun 2018 KBRI Berlin bekerja sama dengan Deutsche Post telah menerbitkan seri perangko bertemakan Raden Saleh. Selain itu, pada 2019, KBRI juga menerbitkan novel grafis versi singkat berjudul Leben und Abenteuer des Raden Saleh (Kehidupan dan Petualangan Raden Saleh) dalam dua versi bahasa, Jerman dan Indonesia. Novel grafis versi singkat setebal 50 halaman ini pertama kali diluncurkan di Frankfurt Book Fair, pada September 2019. KBRI Berlin merencanakan versi lengkap novel grafis Raden Saleh 160 halaman akan diterbitkan pada November 2020 mendatang.

Sebelum meninggalkan Maxen, Dubes Oegroseno menyampaikan kepada Ibu Jutta Tronicke sang pengelola Blaues Häusel bahwa KBRI Berlin akan menanam pohon ceri di jalan menuju Blaues Häusel sebagai simbol penghargaan dan kenangan KBRI Berlin untuk Maxen dan Raden Saleh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *