Sejarah 60 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia – Tunisia

Hubungan Indonesia – Tunisia dimulai sejak awal 1950-an dimana Pemerintah Indonesia menerima kunjungan pimpinan Tunisian Independence Movement, Habib Bourgiba tahun 1951, mendukung aspirasi rakyat Tunisia untuk menentukan nasib sendiri di Perserikatan-Bangsa-Bangsa sepanjang tahun 1950-an serta mendukung pendirian Representative Office for Tunisia Independence Movement di Jakarta tahun 1952.

KBRI Tunis menyelenggarakan Konferensi Pers untuk memperingati 60 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia dan Tunisia (17/11/2020). Kegiatan tersebut bertempat di Gedung KBRI dan dihadiri oleh wartawan cetak, radio dan media online nasional Tunisia antara lain Mosaique FM, Tunis Afrique Press (TAP) Tunisia, La Press, Le Temps, Assabah, Express FM, Achourouk, Alkabar+, Le Maghreb, Assabah Al Osboui, Radio RTCI dan Alhadath TV.

Penyelenggaraan Konferensi Pers 60 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia – Tunisia tersebut dimaksudkan untuk memperingati hubungan diplomatik kedua negara selama 60 tahun terakhir, dengan menyampaikan sejarah serta perkembangannya, serta harapan bagi peningkatan hubungan kedua negara di berbagai bidang di masa mendatang.

Pada Konferensi Pers tersebut, Dubes RI Tunis Ikrar Nusa Bhakti menyampaikan antara lain sejarah hubungan Indonesia – Tunisia yang dimulai sejak awal 1950-an dimana Pemerintah Indonesia menerima kunjungan pimpinan Tunisian Independence Movement, Habib Bourgiba tahun 1951, mendukung aspirasi rakyat Tunisia untuk menentukan nasib sendiri di Perserikatan-Bangsa-Bangsa sepanjang tahun 1950-an serta mendukung pendirian Representative Office for Tunisia Independence Movement di Jakarta tahun 1952.

Tidak hanya itu, pada Konferensi Asia Afrika tahun 1955, Indonesia juga mendukung dikeluarkannya Final Communique Konferensi Asia Afrika yang salah satunya berisi dukungan terhadap Tunisia untuk dapat menentukan nasib sendiri dan memperoleh kemerdekaan.

Dubes RI Tunis menambahkan bahwa sejak dibukanya hubungan diplomatik dengan Tunisia pada tahun 1960, sebanyak 3 (tiga) Presiden RI telah mengunjungi Tunisia, yaitu Presiden Soekarno (1960), Presiden Soeharto (1993) dan Presiden Megawati Soekarnoputri (2003). Sebaliknya, Perdana Menteri Tunisia, Mohamed Ghannouchi, mengunjungi Indonesia pada tahun 2005 untuk menghadiri Perayaan 50 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA).

Dubes RI Tunis juga meng-highlight sejumlah capaian kedua negara di bidang politik diantaranya pelaksanaan Sidang Komisi Bersama sejak tahun 1985, dan Konsultasi Bilateral sejak tahun 2006. “Hubungan politik Indonesia – Tunisia diperkuat melalui kerjasama penyelenggaraan Bali Democracy Forum chapter Tunisia tahun 2017 dan kerjasama sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB tahun 2020 dalam menangani isu-isu global”, demikian penjelasan Dubes RI Tunis seraya menambahkan bahwa saat ini kedua negara sedang mengupayakan pembentukan perjanjian di bidang pertahanan dan terorisme.

Sementara dalam perdagangan, trend statistik nilai perdagangan kedua negara terlihat menuju pada keseimbangan perdagangan. Saat ini kedua negara sedang berupaya untuk memfinalkan pembentukan perjanjian Preferential Tariff Agreement (PTA), yang diinisiasi tahun 2018, untuk dapat ditandatangani pada tahun 2021. Hubungan kedua negara juga diperkuat dengan adanya people-to-people contact dalam upaya meningkatkan pemahaman antara masyarakat Indonesia – Tunisia melalui berbagai kegiatan seni budaya, pendidikan, agama dan olah raga.

Pada akhir konferensi pers, Dubes RI menyampaikan harapan agar hubungan diplomatik 60 tahun ini bisa menjadi momentum untuk lebih meningkatkan kebersamaan dan kerja sama antara Indonesia dan Tunisia di masa depan berlandaskan kepentingan bersama, rasa saling percaya dan saling menghormati, serta berbagi nilai-nilai yang sama dalam perdamaian, demokrasi, hak asasi manusia dan keadilan.

Penyelenggaraan Konferensi Pers 60 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia – Tunisia di KBRI Tunis telah berlangsung dengan baik, lancar dan tertib dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang dikeluarkan Pemerintah Tunisia seperti pemakaian masker, pengukuran suhu tubuh, dan menjaga jarak sosial.

Pada tahun ini yang bertepatan dengan 60 tahun hubungan diplomatik, KBRI Tunis tidak dapat merayakannya dengan sebuah acara yang mengundang banyak orang dikarenakan situasi pandemi COVID 19 di Tunisia yang semakin meningkat dan adanya pembatasan-pembatasan kegiatan keramaian oleh pemerintah setempat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *