Interaksi Budaya Indonesia dan Australia Telah Terjalin Sejak Beberapa Abad Oleh Para Nelayan Makassar Dengan Penduduk Asli Australia
“Bersama, kita bisa merefleksikan apa saja yang sudah dilakukan selama ini, dan juga memikirkan strategi yang lebih baik untuk mempromosikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia,” demikian disampaikan Konsul Jenderal RI Sydney, Heru Hartanto Subolo, dalam sambutan kuncinya pada Acara Apresiasi bagi para Guru dan Penggiat Bahasa Indonesia yang bertempat di Australian National Maritime Museum (ANMM) pada tanggal 14 Januari 2021.
Konjen Heru Subolo juga menggarisbawahi bahwa interaksi budaya antara Indonesia dan Australia melalui bahasa telah terjalin, bahkan sejak beberapa abad yang lalu yang dilakukan oleh para nelayan Makassar dengan penduduk asli Australia.
Sementara itu, Co-Chair dari Balai Bahasa dan Budaya Indonesia (BBBI) New South Wales, Kestity Pringgoharjono, yang juga merupakan salah satu penggagas Acara Apresiasi ini, menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada para guru dan penggiat Bahasa Indonesia atas kerja keras dan dedikasi dalam mempromosikan pengajaran Bahasa Indonesia meskipun di tengah situasi sulit pandemi Covid-19 sekalipun.
Mewakili pihak ANMM sebagai tuan rumah acara ini, Peter Tattersall selaku Head of Learning menjelaskan bahwa melalui berbagai koleksi benda budaya dan peninggalan sejarah yang dimiliki, ANMM mampu memberikan informasi mengenai sejarah interaksi penduduk Australia dalam membangun hubungan dengan penduduk di daerah-daerah sekitarnya, termasuk Indonesia.
Acara diisi dengan kunjungan ke Galeri “Di Bawah Langit Selatan” (Under the Southern Skies) yang merupakan galeri yang baru dibuka di ANMM. Di dalam galeri ini turut dipamerkan benda-benda budaya dan peninggalan sejarah yang menggambarkan interaksi, hubungan dagang, dan migrasi di sekitar Australia, termasuk bukti interaksi antara nelayan Makassar dengan suku Aborigin beberapa abad yang lalu. Selain itu, para peserta acara juga berkesempatan untuk menaiki replika Kapal Duyfken yang saat ini sedang bersandar di dermaga ANMM.
Kapal Duyfken merupakan milik VOC Belanda yang berangkat dari Pulau Banda, Indonesia, menuju selatan untuk menjejalah dan menjajaki hubungan dagang. Kapal Duyfken tiba di bagian utara Australia pada tahun 1606, jauh sebelum kedatangan James Cook dari Inggris yang diklaim menemukan benua Australia pada tahun 1770.
Di balik perjalanan Kapal Duyfken terkandung nilai sejarah hubungan antara Belanda, Indonesia, dan Australia pada masa perdagangan rempah-rempah. Acara Apresiasi bagi para Guru dan Penggiat Bahasa Indonesia ini terselenggara atas hasil kolaborasi yang baik antara KBRI Canberra, KJRI Sydney, BBBI, Indonesian Literature Club, dan ANMM.
Acara ini menghadirkan 50 orang tamu undangan, baik yang merupakan diaspora Indonesia maupun warga negara Australia, yang selama ini aktif mempromosikan Bahasa Indonesia, baik sebagai guru di sekolah formal, sekolah komunitas, maupun universitas. Selain itu, Acara Apresiasi ini juga disiarkan secara virtual melalui kanal media sosial KJRI Sydney guna memberikan kesempatan kepada publik secara luas untuk menyaksikan acara.