Tulisan Favorit Juri : Healing dengan Puisi

Diah Budiarti

Terasa setitik berbeda 17 Agustus kali ini dengan tahun lalu sebab sekarang kita memasuki era kenormalan baru. Pandemi yang sempat membuncang kurang lebih 2 tahun, sempat membuat kalut pikiran, raga, jua hati. Namun entahlah, aku juga belum bisa menahan sangsi dan keluh. Apakah sepenuhnya kita sudah merdeka dari virus Covid-19 yang sempat membuat gaduh?

Nah, kemerdekaan kali ini serasa dunia kembali lagi bersemarak. Banyak lomba-lomba Agustusan seperti balap karung, tarik tambang, panjat pinang, dan lain-lain. Kebetulan, aku masih belum bisa beranjak dari kota rantau, Malang. Semenjak pandemi pula, ke sana ke mari tidak seleluasa dulu kala. Ditambah lagi dengan aku yang belum lengkap vaksin. Secara otomatis, sertifikat vaksinku akan jadi sepenggal tanya para penyidak ketika aku berlalu-lalang di jalanan. Ya, hanya satu kata untuk tanah kelahiran: rindu. Barangkali masih akan ada waktu ke depan untukku pulang, sekedar menilik nisan Bapak, apakah sudah berlumutan?

Dingin masih menjadi teman yang paling karib di kota ini. Mood-ku belum bisa diajak kompromi. Tak banyak yang kulakukan untuk merayakan ini semua karena jiwaku juga belum terasa benar-benar merdeka dari trauma Corona. Takut kalau nanti terperanjat penyakit ini lagi. Nyatanya masyarakat kian berani berkerumun tanpa bermasker, meski warta Covid masih berkelana.

Aku berupaya berdamai dengan diri dan berusaha menerima bahwa warni kehidupan era kini mau tak mau harus berjabat tangan dengan virus-virus yang mudah menginfeksi. Jujur, aku butuh healing. Mencintai bumi pertiwi dimulai dari mencintai diri sendiri.

Pastikan kita semua jadi bangsa yang sehat untuk menjadi bermartabat.
Kalaupun sakit, mari berusaha bangkit. Negeri yang kita pijaki butuh generasi yang kuat jasmani dan rohani. Aku sedang berusaha menukas pesakitan ini.

Simpang-simpang jalan yang kutatihi adalah dengan mengikuti lomba-lomba menulis, salah satunya menulis puisi. Dengan menulis puisi, selaras akan hasil penelitian Sunarko, dkk. (2018) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Pengaruh “Expressive Writing Therapy terhadap Penurunan Depresi, Cemas, dan Stres pada Remaja” bahwa segala gundah perlahan
bisa teratasi hanya dengan terapi menulis. Psikologis pun semakin membaik karena kita punya tempat untuk menumpahruahkan rasa rindu, kecewa, duka, cita, dan sebagainya. Kamu boleh coba juga kok!

Meskipun kurayakan ini dengan keheningan pada selembar kertas, tapi
kuharap ini bisa semakin menyehatkan rohani yang semoga juga berdampak signifikan pada jasmani. Bukan perkara menang-kalahnya dalam lomba, melainkan berlapang dengan profit kesehatan mental dari efek menulis puisi yang lebih luar biasa tak bisa dibandingkan dengan hadiah materi yang akan didapati.

Satu tanggapan untuk “Tulisan Favorit Juri : Healing dengan Puisi

  • 20 September 2022 pada 9 h 08 min
    Permalink

    Tulisan yang sangat simpatik

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *